Hypereport: Memetik Inspirasi dari Para Kartini Masa Kini
23 April 2024 |
21:49 WIB
Setiap generasi, selalu lahir sosok perempuan yang menjadi inspirasi bagi banyak orang. Mereka berkarya secara konsisten hingga sukses dalam berkarier, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat. Bukan hanya sukses secara material, eksistensi para Kartini muda ini juga membawa dampak signifikan bagi kehidupan sosial.
Lewat kekuatan ideologi dan semangat pemberdayaan, para Kartini muda-kreatif ini pun menjadi sosok yang bersinar di bidangnya. Dengan kreativitas dan kecakapannya, mereka mampu menyentuh isu sosial, yang selama ini luput dari perhatian publik.
Baca juga: Hypereport: Menggali Kembali Harta Karun Warisan Budaya
Para Kartini muda ini, tersebar di berbagai bidang strategis mulai dari pembuat film, penulis, musisi, desainer, hingga pengusaha. Sebut saja nama Laila Nurazizah yang berbagi inspirasi lewat kekuatan naskah film populer, atau sosok pengusaha muda Bella Chrisanti Indiana, hingga Hana Alfikih atau yang dikenal dengan nama Hana Madness yang berbagi inspirasi lewat karya seninya.
Pada momen Hari Kartini ini, Hypeabis.id membuat laporan khusus yang mengangkat profil para perempuan berbakat tersebut, yang diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya. Potret perjalanan karier, tantangan dalam berkarya, hingga segala pencapaian mereka, sangat menarik untuk dijadikan motivasi.
Berikut rangkuman singkat dari laporan hypereport edisi Hari Kartini yang terbit pada 21 April 2024.
1. Hypereport: Mendorong Keterwakilan Perempuan & Menghapus Stigma Lewat Karya Film
Perlahan, kesetaraan gender kini dapat dirasakan di semua aspek kehidupan, termasuk di dunia perfilman. Apa yang dicita-citakan Raden Ajeng (R.A) Kartini berpuluh-puluh tahun lalu soal persamaan hak antara perempuan dan laki-laki kini terus menemukan muaranya yang baik.
Mereka adalah Kartini-kartini muda yang turut memberi warna di dunia sinema. Tak sebatas jadi aktris atau model di depan kamera, perempuan juga terus menduduki banyak bidang lain, dari sutradara, produser, sampai penulis naskah sekalipun.
Memang, mungkin persamaan hak belum terjadi sepenuhnya, dan perjuangan itu masihlah amat panjang. Keterwakilan perempuan dalam peran di belakang layar masih harus terus didorong.
Hingga saat ini, Di Amerika Serikat, berdasarkan data studi Celluloid Celandine yang disponsori oleh San Diego State University (2022), persentase perempuan yang bekerja sebagai sutradara, penulis, editor, produser dan sinematografer di 250 film terlaris di AS memang meningkat setiap tahun. Namun, kenaikannya berjalan sangat perlahan.
Di lini produser dan produser eksekutif, perempuan hanya mengisi 36 persen dan 26 persen dari keseluruhan pada tahun tersebut. Di bidang editor, perempuan baru mengambil porsi 22 persen dari keseluruhan, sedangkan sutradara dan penulis perempuan masing-masing berjumlah 17 persen
Di Indonesia, menurut riset yang dilakukan oleh Asosiasi Pengkaji Film Indonesia (Kafein) pada 2020, keterlibatan perempuan pada 9 profesi kunci dalam produksi film, jumlahnya tidak lebih dari 20 persen. Perempuan penerima penghargaan dalam ajang Festival Film Indonesia sejak tahun 1955 sampai 2019 juga tercatat hanya sekitar 8 persen.
Penulis naskah film Laila Nurazizah sepakat kalau perempuan mesti meningkatkan partisipasinya di berbagai lini kreatif bidang film. Perempuan juga mesti berdaya dan bebas dari rasa takut setiap kali mempresentasikan karyanya. (Baca selengkapnya)
2. Hypereport: Kunci Sukses Berbisnis dari Para Pengusaha Perempuan Muda Inspiratif
Di dunia yang cenderung maskulin, peran perempuan kerap diasosiasikan sebatas kepentingan domestik untuk mengurus rumah tangga dan keluarga. Namun, seiring waktu, anggapan itu mulai tergeser dengan banyaknya perempuan yang sukses dalam meniti karier baik secara profesional maupun sebagai wirausaha (womanpreneur).
Bahkan, peran perempuan sebagai roda penggerak perekonomian kini juga semakin besar. Layanan e-commerce Tokopedia melaporkan pada tahun 2023 terjadi peningkatan jumlah pelaku usaha perempuan rata-rata 2,5 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2020 saat pandemi Covid-19.
Sementara laporan Womenpreneur Indonesia 2022 oleh Sirclo menyebutkan bahwa sebanyak 52 persen responden perempuan mengaku lebih memilih terjun menggeluti bisnis secara mandiri. Alasan utama mereka adalah tidak ingin bergantung dengan pasangan dalam hal finansial. Hal ini didorong oleh keinginan mereka untuk dipandang rata, tidak mengenal gender.
Laporan itu juga menjelaskan bahwa sebanyak 56 persen wirausaha perempuan menjalankan usaha mandiri tanpa pegawai. Dari segi pendapatan, sebanyak 87 persen responden mengaku bisa mendapatkan omzet kurang dari Rp15 juta dalam menjalankan bisnisnya.
Di sisi lain, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, mayoritas dari total usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Indonesia tepatnya sebanyak 64,5% atau 37 juta UMKM dikelola oleh perempuan dari total 65 juta UMKM di Indonesia. Dari kondisi tersebut, diproyeksikan bakal menciptakan total pendapatan mencapai US$135 miliar pada tahun 2025.
Kondisi ini menjadi kemajuan yang signifikan terutama karena partisipasi perempuan tidak hanya ikut menggerakkan roda ekonomi negara, tetapi juga memperkuat aspek personal, relasional, dan aspek ekonomi dari setiap perempuan yang terlibat.
Co-Founder & CMO Social Bella Chrisanti Indiana menilai setiap perempuan memiliki peran penting di posisi apapun yang mereka jalani, serta mampu memberikan dampak signifikan di setiap apapun yang mereka lakukan dengan sungguh-sungguh. (baca selengkapnya)
3. Hypereport: Memberi Nilai Bagi Banyak Orang Lewat Seni Rupa
Perjuangan Raden Ajeng (R.A) Kartini dalam upayanya menciptakan kesetaraan antara wanita dan pria – tidak bisa dimungkiri – memberikan dampak yang luas sampai saat ini. Para perempuan Indonesia bisa berkarya dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara, termasuk melalui seni rupa.
Kini, para Kartini muda Indonesia pun mulai memainkan peran penting yang berusaha memberikan dampak positif terhadap sesama. Banyak wanita Indonesia menunjukkan kemampuan dan perannya dalam banyak hal yang sangat penting dalam kehidupan.
Salah satu di antaranya adalah seniman Hana Alfikih atau yang kerap dikenal dengan nama Hana Madness. Wanita yang lahir di Jakarta pada 1992 silam itu telah malang melintang di dunia seni rupa.
Dia telah mengerjakan berbagai macam proyek dengan skala internasional dan berinteraksi dengan banyak orang di luar negeri, tidak terbatas terhadap gender. Bagi Hana, semua yang dilakukan dan kebebasan yang diimiliki pada saat ini tidak terlepas dari peran seorang R.A Kartini pada masa lampau.
“Kalau tidak ada peran Kartini, mungkin saya tidak akan bisa jadi istri yang berkarya, jadi ibu yang juga berkarya atau bersuara menyuarakan keresahan-keresahan. Mungkin saya tidak bisa melakukan kegiatan di luar rumah, terus enggak akan bisa mengerjakan proyek internasional dengan lawan jenis,” ujarnya.
Dalam berkarya, Hana kerap mengusung tema-tema yang berhubungan dengan kesehatan mental. Karya-karya yang dihasilkannya banyak berbicara tentang stigma, diskriminasi, disabilitas, keadilan, disability justice, dan sebagainya.
Semua karya itu merupakan hasil dari personal, dan sampai pada akhirnya menjadi universal lantaran pengalaman yang dimiliki terhubung dengan pengalaman banyak orang di luar sana meskipun presentasenya berbeda. (baca selengkapnya)
4. Hypereport: Kartini Masa Kini Pejuang Kuliner Ibu Rumah Tangga dan UMKM
Setiap 21 April, masyarakat Indonesia akan mengenang hari lahirnya tokoh pejuang emansipasi wanita, R.A Kartini yang banyak menginspirasi masyarakat masa kini. Wanita kelahiran Jepara, 21 April 1979 tersebut begitu vokal menyuarakan isu-isu kesetaraan gender di tengah getirnya kondisi Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Selama ini, kiprah dan perjuangan Kartini terekam melalui tulisan-tulisannya dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Namun, selain piawai menulis, Kartini juga merupakan seorang juru masak handal yang dikenang sebagai pejuang kuliner dan pangan lokal.
Kartini sebagai putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang merupakan seorang bupati Jepara, tentunya banyak berjumpa dengan beragam bahan pangan dan produk kuliner kualitas tinggi pada zamannya. Kartini sempat merekam resep-resep masakan yang dihidangkan untuk keluarga bangsawan di lingkungan Kadipaten Jepara.
Beragam jenis masakan tersebut berasal dari tangan dingin wanita-wanita bangsawan dan dayang terbaik. Kartini menulis resepnya dalam aksara Jawa dengan rinci dan telaten. Mengikuti jejak sang kakak, R.A Roekmini dan R.A Kardinah juga turut menuliskan resep-resep makanan yang populer pada masa itu.
Baca juga: Hypereport: Melukis Pesan, Mengukir Kesadaran, dan Mengubah Tindakan
Rekaman tulisannya kemudian ditransliterasi dan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia modern oleh sang cicit, Suryatini N. Ganis. Kumpulan resep Kartini diterbitkan sebagai buku dengan judul Kisah & Kumpulan Resep PUTRI JEPARA Rahasia Kuliner R.A Kartini, R.A Kardinah dan R.A Roekmini 19 tahun silam. (baca selengkapnya)
Editor: Fajar Sidik
Lewat kekuatan ideologi dan semangat pemberdayaan, para Kartini muda-kreatif ini pun menjadi sosok yang bersinar di bidangnya. Dengan kreativitas dan kecakapannya, mereka mampu menyentuh isu sosial, yang selama ini luput dari perhatian publik.
Baca juga: Hypereport: Menggali Kembali Harta Karun Warisan Budaya
Para Kartini muda ini, tersebar di berbagai bidang strategis mulai dari pembuat film, penulis, musisi, desainer, hingga pengusaha. Sebut saja nama Laila Nurazizah yang berbagi inspirasi lewat kekuatan naskah film populer, atau sosok pengusaha muda Bella Chrisanti Indiana, hingga Hana Alfikih atau yang dikenal dengan nama Hana Madness yang berbagi inspirasi lewat karya seninya.
Pada momen Hari Kartini ini, Hypeabis.id membuat laporan khusus yang mengangkat profil para perempuan berbakat tersebut, yang diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya. Potret perjalanan karier, tantangan dalam berkarya, hingga segala pencapaian mereka, sangat menarik untuk dijadikan motivasi.
Berikut rangkuman singkat dari laporan hypereport edisi Hari Kartini yang terbit pada 21 April 2024.
1. Hypereport: Mendorong Keterwakilan Perempuan & Menghapus Stigma Lewat Karya Film
Perlahan, kesetaraan gender kini dapat dirasakan di semua aspek kehidupan, termasuk di dunia perfilman. Apa yang dicita-citakan Raden Ajeng (R.A) Kartini berpuluh-puluh tahun lalu soal persamaan hak antara perempuan dan laki-laki kini terus menemukan muaranya yang baik.
Mereka adalah Kartini-kartini muda yang turut memberi warna di dunia sinema. Tak sebatas jadi aktris atau model di depan kamera, perempuan juga terus menduduki banyak bidang lain, dari sutradara, produser, sampai penulis naskah sekalipun.
Memang, mungkin persamaan hak belum terjadi sepenuhnya, dan perjuangan itu masihlah amat panjang. Keterwakilan perempuan dalam peran di belakang layar masih harus terus didorong.
Hingga saat ini, Di Amerika Serikat, berdasarkan data studi Celluloid Celandine yang disponsori oleh San Diego State University (2022), persentase perempuan yang bekerja sebagai sutradara, penulis, editor, produser dan sinematografer di 250 film terlaris di AS memang meningkat setiap tahun. Namun, kenaikannya berjalan sangat perlahan.
Di lini produser dan produser eksekutif, perempuan hanya mengisi 36 persen dan 26 persen dari keseluruhan pada tahun tersebut. Di bidang editor, perempuan baru mengambil porsi 22 persen dari keseluruhan, sedangkan sutradara dan penulis perempuan masing-masing berjumlah 17 persen
Di Indonesia, menurut riset yang dilakukan oleh Asosiasi Pengkaji Film Indonesia (Kafein) pada 2020, keterlibatan perempuan pada 9 profesi kunci dalam produksi film, jumlahnya tidak lebih dari 20 persen. Perempuan penerima penghargaan dalam ajang Festival Film Indonesia sejak tahun 1955 sampai 2019 juga tercatat hanya sekitar 8 persen.
Penulis naskah film Laila Nurazizah sepakat kalau perempuan mesti meningkatkan partisipasinya di berbagai lini kreatif bidang film. Perempuan juga mesti berdaya dan bebas dari rasa takut setiap kali mempresentasikan karyanya. (Baca selengkapnya)
2. Hypereport: Kunci Sukses Berbisnis dari Para Pengusaha Perempuan Muda Inspiratif
Di dunia yang cenderung maskulin, peran perempuan kerap diasosiasikan sebatas kepentingan domestik untuk mengurus rumah tangga dan keluarga. Namun, seiring waktu, anggapan itu mulai tergeser dengan banyaknya perempuan yang sukses dalam meniti karier baik secara profesional maupun sebagai wirausaha (womanpreneur).
Bahkan, peran perempuan sebagai roda penggerak perekonomian kini juga semakin besar. Layanan e-commerce Tokopedia melaporkan pada tahun 2023 terjadi peningkatan jumlah pelaku usaha perempuan rata-rata 2,5 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2020 saat pandemi Covid-19.
Sementara laporan Womenpreneur Indonesia 2022 oleh Sirclo menyebutkan bahwa sebanyak 52 persen responden perempuan mengaku lebih memilih terjun menggeluti bisnis secara mandiri. Alasan utama mereka adalah tidak ingin bergantung dengan pasangan dalam hal finansial. Hal ini didorong oleh keinginan mereka untuk dipandang rata, tidak mengenal gender.
Laporan itu juga menjelaskan bahwa sebanyak 56 persen wirausaha perempuan menjalankan usaha mandiri tanpa pegawai. Dari segi pendapatan, sebanyak 87 persen responden mengaku bisa mendapatkan omzet kurang dari Rp15 juta dalam menjalankan bisnisnya.
Di sisi lain, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, mayoritas dari total usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Indonesia tepatnya sebanyak 64,5% atau 37 juta UMKM dikelola oleh perempuan dari total 65 juta UMKM di Indonesia. Dari kondisi tersebut, diproyeksikan bakal menciptakan total pendapatan mencapai US$135 miliar pada tahun 2025.
Kondisi ini menjadi kemajuan yang signifikan terutama karena partisipasi perempuan tidak hanya ikut menggerakkan roda ekonomi negara, tetapi juga memperkuat aspek personal, relasional, dan aspek ekonomi dari setiap perempuan yang terlibat.
Co-Founder & CMO Social Bella Chrisanti Indiana menilai setiap perempuan memiliki peran penting di posisi apapun yang mereka jalani, serta mampu memberikan dampak signifikan di setiap apapun yang mereka lakukan dengan sungguh-sungguh. (baca selengkapnya)
3. Hypereport: Memberi Nilai Bagi Banyak Orang Lewat Seni Rupa
Perjuangan Raden Ajeng (R.A) Kartini dalam upayanya menciptakan kesetaraan antara wanita dan pria – tidak bisa dimungkiri – memberikan dampak yang luas sampai saat ini. Para perempuan Indonesia bisa berkarya dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara, termasuk melalui seni rupa.
Kini, para Kartini muda Indonesia pun mulai memainkan peran penting yang berusaha memberikan dampak positif terhadap sesama. Banyak wanita Indonesia menunjukkan kemampuan dan perannya dalam banyak hal yang sangat penting dalam kehidupan.
Salah satu di antaranya adalah seniman Hana Alfikih atau yang kerap dikenal dengan nama Hana Madness. Wanita yang lahir di Jakarta pada 1992 silam itu telah malang melintang di dunia seni rupa.
Dia telah mengerjakan berbagai macam proyek dengan skala internasional dan berinteraksi dengan banyak orang di luar negeri, tidak terbatas terhadap gender. Bagi Hana, semua yang dilakukan dan kebebasan yang diimiliki pada saat ini tidak terlepas dari peran seorang R.A Kartini pada masa lampau.
“Kalau tidak ada peran Kartini, mungkin saya tidak akan bisa jadi istri yang berkarya, jadi ibu yang juga berkarya atau bersuara menyuarakan keresahan-keresahan. Mungkin saya tidak bisa melakukan kegiatan di luar rumah, terus enggak akan bisa mengerjakan proyek internasional dengan lawan jenis,” ujarnya.
Dalam berkarya, Hana kerap mengusung tema-tema yang berhubungan dengan kesehatan mental. Karya-karya yang dihasilkannya banyak berbicara tentang stigma, diskriminasi, disabilitas, keadilan, disability justice, dan sebagainya.
Semua karya itu merupakan hasil dari personal, dan sampai pada akhirnya menjadi universal lantaran pengalaman yang dimiliki terhubung dengan pengalaman banyak orang di luar sana meskipun presentasenya berbeda. (baca selengkapnya)
4. Hypereport: Kartini Masa Kini Pejuang Kuliner Ibu Rumah Tangga dan UMKM
Setiap 21 April, masyarakat Indonesia akan mengenang hari lahirnya tokoh pejuang emansipasi wanita, R.A Kartini yang banyak menginspirasi masyarakat masa kini. Wanita kelahiran Jepara, 21 April 1979 tersebut begitu vokal menyuarakan isu-isu kesetaraan gender di tengah getirnya kondisi Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Selama ini, kiprah dan perjuangan Kartini terekam melalui tulisan-tulisannya dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Namun, selain piawai menulis, Kartini juga merupakan seorang juru masak handal yang dikenang sebagai pejuang kuliner dan pangan lokal.
Kartini sebagai putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang merupakan seorang bupati Jepara, tentunya banyak berjumpa dengan beragam bahan pangan dan produk kuliner kualitas tinggi pada zamannya. Kartini sempat merekam resep-resep masakan yang dihidangkan untuk keluarga bangsawan di lingkungan Kadipaten Jepara.
Beragam jenis masakan tersebut berasal dari tangan dingin wanita-wanita bangsawan dan dayang terbaik. Kartini menulis resepnya dalam aksara Jawa dengan rinci dan telaten. Mengikuti jejak sang kakak, R.A Roekmini dan R.A Kardinah juga turut menuliskan resep-resep makanan yang populer pada masa itu.
Baca juga: Hypereport: Melukis Pesan, Mengukir Kesadaran, dan Mengubah Tindakan
Rekaman tulisannya kemudian ditransliterasi dan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia modern oleh sang cicit, Suryatini N. Ganis. Kumpulan resep Kartini diterbitkan sebagai buku dengan judul Kisah & Kumpulan Resep PUTRI JEPARA Rahasia Kuliner R.A Kartini, R.A Kardinah dan R.A Roekmini 19 tahun silam. (baca selengkapnya)
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.