Ilustrasi kampanye lingkungan melalui seni. (Sumber foto: Unsplash/Markus Spiske)

Hypereport: Melukis Pesan, Mengukir Kesadaran, dan Mengubah Tindakan

26 December 2023   |   20:31 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Seni memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menyuarakan isu-isu sosial, termasuk kampanye peduli lingkungan. Di Indonesia, fenomena seni sebagai media kampanye peduli lingkungan semakin berkembang, menciptakan dampak positif dalam menciptakan kesadaran masyarakat akan isu lingkungan yang mendesak.

Seni memberikan platform untuk mengungkapkan perasaan, ide, dan pandangan terkait isu lingkungan. Melalui lukisan, musik, seni pertunjukan, dan berbagai bentuk karya lainnya, seniman dapat menyampaikan pesan-pesan tentang kerusakan lingkungan, keanekaragaman hayati, atau isu lingkungan global lainnya.

 


Fenomena seni sebagai media kampanye peduli lingkungan di Indonesia mencerminkan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan. Seni bukan hanya menjadi sarana ekspresi kreatif, tetapi juga alat yang efektif untuk merangsang pikiran, meresapi emosi, dan membangun solidaritas dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup.

Karya seni yang kuat dapat memotivasi audiens untuk bertindak dan merubah perilaku mereka terkait isu lingkungan. Seniman seringkali merancang karya yang memberikan panggilan untuk tindakan nyata.

Dengan kemajuan media sosial dan teknologi, karya seni dapat dengan cepat diunggah dan dibagikan secara luas. Hal ini memungkinkan pesan lingkungan untuk mencapai audiens yang lebih besar dan memicu perbincangan di dunia maya.

Kira-kira apa yang menggerakkan para seniman ini untuk menyuarakan keresahan mereka melalui karya? Dampak apa yang mereka harapkan sampai ke masyarakat serta seberapa optimistis mereka untuk melihat adanya perubahan perilaku masyarakat melalui keterlibatan seni dalam isu lingkungan?

Simak laporan selengkapnya dalam Hypereport edisi terbaru berikut ini.
 

1. Hypereport: Menggugah Kesadaran Lingkungan Melalui Sapuan Kuas

Lebih dari sekedar nilai estetika, seni lukis yang tercipta dari kreativitas seniman juga dapat menjadi medium untuk menyebarkan pesan kepada banyak orang – termasuk tentang keberlangsungan lingkungan dan alam demi masa depan yang lebih baik. 

Pada masa yang akan datang, PBB memperkirakan masyarakat yang mengungsi akibat perubahan iklim dapat mengalami peningkatan. Keadaan ini membuat banyak orang peduli dan mencoba mengingatkan satu sama lain agar tetap menjaga alam.

Mereka mengingatkan banyak orang dengan berbagai cara dan kemampuan yang dimiliki, salah satunya seniman seni rupa yang menggunakan karyanya untuk menggugah banyak individu agar lebih peduli terhadap alam.

Seniman Ugo Untoro salah satunya. Dia mengungkapkan lingkungan dan alam menjadi salah satu tema yang kerap dihadirkan dalam karya – karya lukisannya. ukan tanpa alasan, lingkungan – terutama di sekitarnya – begitu cepat mengalami perubahan. Sawah-sawah dan pepohonan besar berganti menjadi perumahan. Jalan – jalan menjadi keras karena aspal atau cor, mengalai pelebaran, dan sebagainya.


2. Hypereport: Suara Lantang Musisi Respons Isu Perubahan Iklim

Di Indonesia, ada sejumlah musisi yang konsisten menyuarakan isu-isu lingkungan lewat lagu-lagu berlirik kritis. Mereka adalah orang-orang yang percaya bahwa musik punya daya gedor lebih kuat untuk ikut membentuk peradaban, alih-alih hanya digunakan sebagai media hiburan belaka.

Melalui musik, topik-topik yang tadinya terasa berat bisa dibawakan dengan lebih cair oleh para musisi. Sifatnya yang universal juga membuat musik menjadi bahasa yang lebih mudah dipahami oleh banyak orang. 

Ppengamat musik nasional Nuran Wibisono mengatakan musik sebagai media menyuarakan isu-isu genting memiliki sejarah panjang. Dimulai dari isu anti perang, seperti terjadi pada era 1960-an dan berlanjut hingga 2000-an ketika banyak musisi menentang perang Irak.

Dalam perkembangannya, berbagai isu lain, termasuk lingkungan juga muncul. Menurutnya, musik sebagai alat kampanye isu tertentu memang tak pernah hilang di mana pun dan dalam periode apa pun, termasuk di Indonesia. 


3. Hypereport: Tampil Modis dan Nyaman dalam Balutan Busana Ramah Lingkungan

Fesyen menjadi ruang terbuka bagi orang-orang untuk mengekspresikan selera busananya dengan bebas. Namun tren mode bergerak secara dinamis, belum lagi dibarengi permintaan pasar yang kian melonjak. Dalam sekejap membuat industri ini menimbun sampah kain dan pakaian setiap harinya.

The Sustainable Fashion Forum mengungkapkan, konsumsi pakaian dunia diperkirakan akan terus meningkat hingga 63 persen pada 2030, dari 62 juta ton menjadi 102 juta ton. Akibatnya, limbah tekstil di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai 300 juta ton pada 2050.

Padahal upaya menekan limbah tekstil dan meningkatkan kualitas industri fesyen lokal bisa saja berjalan beriringan. Dewasa ini tak sedikit desainer dan rumah mode yang mulai peduli lingkungan dengan membuat pakaian dari bahan daur ulang.

Chitra Subyakto desainer dari lini busana Sejauh Mata Memandang membuat program daur ulang pakaian yang sudah berjalan selama dua tahun. Mereka mengajak orang-orang untuk mengumpulkan pakaian bekasnya. Semua jenis pakaian bisa didaur ulang kecuali yang berbahan polyester.
 

4. Hypereport: Net Zero Energy Building hingga Ugahari, Konsep Arsitektur yang Lestari

Ancaman perubahan iklim sudah nyata terjadi di seluruh penjuru dunia, mulai dari suhu yang semakin panas, kekeringan, kerusakan lingkungan hingga krisis pangan. Perubahan iklim banyak disebabkan oleh aktivitas manusia. Salah satu unsur yang paling berpengaruh terhadap iklim dan lingkungan sekitar ialah bangunan atau arsitektur. 

Salah satu konsep arsitektur berkelanjutan yang populer saat ini adalah Net Zero Energy Building (NZEB). NZEB adalah rancangan arsitektur pada bangunan yang menitikberatkan keseimbangan antara energi yang dihasilkan dan energi yang dikonsumsi. Tujuan utama dari konsep NZEB ini adalah mengurangi konsumsi energi secara signifikan melalui desain bangunan yang efisien dan penggunaan teknologi terbarukan, sehingga dapat meminimalisir kebutuhan energi dari sebuah bangunan.

Menurut Arsitek Nelly Lolita Daniel proses pembangunan NZEB memerlukan perencanaan yang matang dan harus melibatkan ahli bangunan hijau alih-alih hanya menggunakan jasa arsitek. Atau, melibatkan arsitek yang telah memiliki sertifikasi greenship professional.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

5 Resep Saus Bakaran yang Bikin Sajian Malam Tahun Baru Jadi Nikmat

BERIKUTNYA

Menggali Peluang Bisnis Hampers, Sederhana Tapi Mengundang Cuan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: