Deretan bangunan cagar budaya di kawasan Kota Tua Jakarta. (Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Hypereport: Menggali Kembali Harta Karun Warisan Budaya

29 January 2024   |   18:13 WIB
Image
Fajar Sidik Hypeabis.id

Setiap negara pasti memiliki karya-karya warisan bernilai sejarah yang harus dirawat dan dilestarikan keberadaannya. Bukan sekadar memajangnya sebagai koleksi museum dan data arsip nasional, karya-karya terbaik itu harus dihadirkan kembali dalam wujudnya yang asli dengan kondisi yang lebih segar dan memiliki nilai tambah secara social ekonomi.

Untuk itu, upaya merawat dan mengembangkan aset karya benda bernilai sejarah ini harus menjadi perhatian bersama, baik pemerintah pusat maupun daerah, hingga para pemangku kepentingan terkait. Pasalnya, pelestarian aset warisan budaya itu menjadi bagian dari trasformasi edukasi bagi generasi muda dalam menapaki jejak kekaryaan nasional dan nilai budaya yang tinggi.

Untuk itu, proyek seperti restorasi dan revitalisasi menjadi langkah strategis yang harus digulirkan secara berkesinambungan agar upaya merawat koleksi warisan budaya nasional menjadi lebih terjaga. Baik revitalisasi maupun restorasi bertujuan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting budaya dengan penyesuaian yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian.

Kegiatan pelestarian itu bisa berbentuk pembangunan atau pengembangan, restorasi, replikasi, reskontruksi, revitalisasi, atau penggunaan untuk fungsi baru suatu aset warisan masa lalu. Untuk melaksanakannya, butuh upaya lintas sektoral, multidimensi dan multidisiplin ilmu, serta dilaksanakan secara berkelanjutan.

Restorasi dan revitalisasi misalnya, dapat dilakukan dengan mempertimbangkan aspek keunikan dan nilai sejarahnya, serta bertujuan untuk mengangkat citra suatu koleksi dan warisan budaya tersebut, sehingga lebih terawatt, lebih menarik dan memberi nilai tambah bagi social, budaya dan ekonomi.

Selama ini, Pemerintah Indonesia telah menggulirkan sejumlah proyek restorasi dan rehabilitasi, seperti dalam film, musik, koleksi benda seni, hingga bangunan cagar budaya. Semua karya terkait sektor kreatif itu layak untuk dilestarikan guna merawat sekaligus mempopulerkan kembali nilai budaya dan sejarah yang terkandung di dalamnya.

Pada Hypereport edisi kali ini, tim Hypeabis.id menggali lebih jauh tentang pencapaian proyek restorasi dan revitalisasi di empat subsektor kreatif tersebut. Apa saja target dan prioritasnya? Bagaimana strategi untuk mempercepat proyek revitalisasi dan restorasi yang dicanangkan? Apa saja tantangan dan solusinya? Simak laporannya berikut ini:


1. Hypereport: Kerja Berat Melestarikan Bangunan Cagar Budaya

Lebih dari sekadar peninggalan masa lalu, bangunan cagar budaya merupakan bukti kemajuan dalam sebuah peradaban. Keberadaannya menyimpan banyak cerita dan sejarah yang harus dipelihara dan dilestarikan oleh seluruh pihak, terutama pemerintah dan pemangku kepentingan terkait.

Sebagai upaya memelihara dan melestarikan cagar budaya, pemerintah di berbagai belahan dunia memiliki arsip dan pendataan tentang bangunan heritage, dan secara berkala menjalankan program pemulihan dan perbaikan agar tetap terjaga.

Berbicara restorasi dan revitalisasi bangunan cagar budaya, salah satu nama ahli bangunan yang melekat dengan kegiatan tersebut ialah arsitektur senior Yori Antar. Sejumlah bangunan bersejarah telah berhasil dipugar atau direvitalisasi. Misalnya, Gedung Antara yang dalam tahap finalisasi, Masjid Tua Angke, Kapel Santa Ursula, dan sebagainya.

Pemulihan bangunan Gedung Antara yang berada di Pasar Baru, Jakarta itu hampir selesai. Dalam prosesnya, Yori juga melakukan pengembangan dengan menghadirkan bangunan baru, sehingga gedung yang pada awalnya hanya satu, sekarang menjadi tiga unit.

Sang arsitek menghadirkan lagi bangunan yang dahulu pernah ada dengan mempelajari dari foto–foto dokumenter. Tidak hanya itu, dirinya juga menghadirkan kembali nuansa ruang yang pernah tersaji pada masa lampau. (Klik di sini untuk membaca laporan selengkapnya)
.


2. Hypereport: Jalan Panjang Pengarsipan Musik Digital dan Restorasi

Tembang lawas memang selalu mengena di hati. Apalagi dilantunkan dengan vokal dan instrumen musik yang jernih. Melodinya seolah mengajak orang-orang untuk berdendang dan bersuka cita, di sisi lain juga bisa membuatmu terhanyut dalam kesenduan, semuanya membawa kita melintasi ruang dan waktu untuk sekadar bernostalgia.

Nah, pernahkah Genhype bertanya-tanya bagaimana orang-orang bisa mendengarkan kembali karya musisi tempo dulu yang berjaya seperti Benyamin Sueb, Bing Slamet, Fariz RM, Trio Visca, dan lainnya? Apalagi jika kita ingin mendengarkan kembali tembang lawas dengan kualitas audio yang jernih.

Kali ini, bersama Irama Nusantara kita akan memaknai jalan panjang proses pengarsipan dan digitalisasi karya-karya musik lawas tersebut, serta bagaimana cara mengaksesnya kembali.
 
Irama Nusantara sendiri adalah sebuah yayasan nirlaba yang fokus pada pengarsipan musik, sejak didirikan pada 2013. Sampai saat ini mereka berhasil mengarsipkan secara digital musik populer Indonesia yang dirilis dari era 1920-an hingga 2000-an, sebanyak 5.508 rilisan atau sebanding dengan 50.216 lagu. Hasil dari pengarsipan digital tersebut telah diunggah pada situs resmi Irama Nusantara dan dapat diakses oleh seluruh penikmat musik.

Musik populer yang diarsipkan, tak hanya sebatas genre pop saja, melainkan jazz, rock, reggae, dangdut, keroncong. Menariknya lagi, ada juga musik-musik tradisional seperti pop Tapanuli, campur sari, jaipongan sunda, langgam jawa, dan lainnya dengan lirik berbahasa daerah. (Klik di sini untuk membaca laporan selengkapnya)


3. Hypereport: Menengok Upaya Restorasi Aset Seni Nasional

Sejumlah karya seni koleksi Taman Budaya Yogyakarta (TBY) baru-baru ini dilaporkan mengalami kerusakan. Setidaknya terdapat lebih dari 110 karya seni berharga yang tersimpan bertahun-tahun di TBY rusak karena masalah jamur, debu, dan rayap. Padahal, karya-karya tersebut berasal dari para seniman besar di Indonesia.

Mereka adalah Edhi Sunarso, Jumaldi Alfi atau Rudi Mantofani, Aming Prayitno, Amri Yahya, Askabul, Bagong Kussudiarjo, Djakaria Suryakusumah, Dyan Anggraini Rais, dan Eddy Sulistyo. Selain itu, ada pula karya dari seniman Entang Wiharso, Fadjar Sidik, Genthong HSA, H. Harjiman, H. Widayat, Herry Wibowo, Ida Hadjar, I Made Wiradana, dan I Made Toris Mahendra.

Kerusakan itu terjadi lantaran karya-karya tersebut hanya disimpan di ruangan tertutup, dan tidak ada perawatan tertentu untuk menjaga kelembapan atau kebersihan ruangan. Padahal, ratusan karya yang dihibahkan seniman kepada TBY itu merupakan bagian penting dari sejarah seni rupa Indonesia khususnya di Yogyakarta, serta memiliki nilai ekonomis yang tak main-main dan mencapai miliaran rupiah.

Kabar serupa tak hanya terjadi di TBY. Sebelumnya, pada 2022, Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) juga membeberkan bahwa 60 persen dari 393 karya seni dan arsip dalam koleksi DKJ kondisinya memprihatinkan. Koleksi tersebut mencakup seni lukis, seni grafis, dan seni patung, ditambah ribuan arsip seni rupa berbentuk poster, foto, rekaman audio, dan kliping media cetak.

Padahal, koleksi karya dan arsip tersebut merupakan sumber sejarah berharga yang seyogyanya bisa dinikmati sebagai pengetahuan bagi generasi muda, serta inspirasi bagi pembangunan ekosistem seni mendatang. (Klik di sini untuk membaca laporan selengkapnya)


4. Hypereport: Merawat Warisan Intelektual Lewat Restorasi Film Lawas

Sejak awal kemerdekaan 1945, dunia perfilman Indonesia telah berkembang pesat. Di tengah kondisi keterbatasan, era awal kemerdekaan itu mampu melahirkan banyak maestro perfilman dengan karya-karya yang mengagumkan.

Dari Usmar Ismail dengan film fenomenalnya, seperti Tiga Dara, Darah dan Doa, hingga Lewat Djam Malam. Lalu ada Asrul Sani dengan film Pagar Kawat Berduri, Wim Umboh dan Misbach Yusa Biran dengan film Bintang Ketjil, Mochtar Soemodimedjo dengan film Kereta Api Terakhir, Ratna Asmara dengan film Dr Samsi, dan masih banyak lagi.

Namun, hingga saat ini masih belum terlalu banyak film yang berhasil direstorasi. Padahal, restorasi untuk film-film berjenis seluloid selalu berkejaran dengan waktu. Ada ancaman tidak kelihatan dari jamur, kotoran, goresan, hingga bunga air yang bisa merusak gulungan pita seluloid.

Hingga kini, Indonesia punya banyak arsip film yang jika tidak segera diselematkan, bakal menjadi malapetaka, karena kehilangan arsip sejarah bangsa yang begitu penting.

Untuk itu, restorasi film sangat penting untuk bisa memutar kembali film-film lawas pada zaman sekarang. Sebab, film adalah produk seni budaya yang di dalamnya tidak hanya berisi hiburan. Lewat film, publik bisa memahami kecenderungan artistik, politis, sosilogis, dan historis yang terjadi di masa lalu. (Klik di sini untuk membaca laporan selengkapnya)
.


5. Hypereport: Proyek-proyek Restorasi Karya Seni Paling Kesohor di Dunia

Restorasi seni memiliki peran penting dalam menjaga warisan budaya sekaligus meningkatkan daya tarik visual dari karya-karya seni berharga dan bernilai sejarah tinggi. Sentuhan perbaikan dan peremajaan yang dilakukan dalam praktik restorasi, bisa memperpanjang usia karya sehingga dapat dinikmati sampai masa-masa mendatang.

Restorasi adalah cara yang dilakukan untuk mengembalikan atau memulihkan sesuatu (tidak hanya dalam bidang seni) kepada kondisi dan bentuk semulanya. Proyek restorasi seni umumnya dilakukan pada karya-karya seni ikonik ciptaan para maestro di seluruh dunia.

Seiring waktu, karya seni tentu akan mengalami kerusakan mulai dari warnanya yang memudar, kanvas yang robek dan berjamur, cat yang menghilang, dan sebagainya. Tak ayal, restorasi merupakan pekerjaan yang sulit lantaran memerlukan disiplin banyak ilmu, dana, dan kemauan tinggi. Namun, upaya itu perlu dilakukan untuk merawat warisan budaya sebagai inspirasi membangun masa depan.

Praktik restorasi seni harus menyeimbangkan antara perbaikan dan pelestarian. Di satu sisi, restorasi harus meningkatkan nilai estetika dari sebuah karya seni, namun di sisi lain harus tetap menjaga keutuhan nilai-nilai sejarahnya. Termasuk, penting untuk tetap menjaga keaslian materi karya dan tidak mengubah ide artistik seniman. (Klik di sini untuk membaca laporan selengkapnya)


6. Hypereport: Melihat Proses & Tantangan Revitalisasi Bangunan Bersejarah Dunia

Keberadaan bangunan bersejarah tidak hanya sebatas penampung cerita masa lalu atau atraksi hiburan nostalgia. Bangunan bersejarah adalah sumber identitas dan kohesi masyarakat yang merekam perkembangan kebudayaan kelompok tertentu dari masa ke masa.

Dari sana, manusia belajar, mengenali dirinya, dan menjaga warisan nenek moyang sembari mengembangkan masa depan yang lebih cerah. Nilai-nilai luhur yang diturunkan ini perlahan jadi identitas kolektif atau jati diri suatu bangsa.

Sayangnya, seiring dengan perjalanan waktu, tidak semua bangunan bersejarah, maupun yang sekarang sudah masuk kategori cagar budaya dunia, ditemukan dalam kondisi baik. Beberapa bangunan tersebut ditemukan dalam kondisi yang rusak dan perlu penanganan khusus.

Dalam kondisi tersebut, revitalisasi bangunan bersejarah jadi hal penting yang perlu dilakukan. Tindakan ini bertujuan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting dari cagar budaya dengan penyesuaian baru yang tidak bertentangan dengan nilai aslinya.

Laporan Unesco menyebut gagasan tentang pelestarian budaya telah berkembang pesat baru dalam 75 tahun terakhir. Periode akhir Perang Dunia II menjadi pemicu untuk menyadari pentingnya melindungi warisan budaya dari kehancuran.

Sejak saat itu, upaya-upaya revitalisasi pun mulai digalakkan. Ada beberapa bangunan bersejarah di dunia yang telah berhasil direvitalisasi. Tindakan tersebut tentu dilakukan dengan presisi agar nilai sejarahnya tidak hilang. (Klik di sini untuk membaca laporan selengkapnya)

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

5 Karya Maestro Lukis Sering Jadi Sasaran Protes, Mona Lisa hingga Death and Life

BERIKUTNYA

Teror Mengerikan di Tengah Hutan dalam Teaser Film Pasar Setan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: