Pengunjung Museum (Sumber Foto: Freepik)

Hypereport: Inisiatif Komunitas untuk Menarik Generasi Muda Kembali ke Museum

10 June 2024   |   12:57 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Banyak orang beranggapan, museum adalah tempat yang membosankan karena terkesan kaku dan penuh aturan, sehingga membuat pengunjung merasa tidak nyaman atau khawatir akan melanggar peraturan. Aktivitas di dalamnya pun sangat terbatas, kita hanya diperbolehkan untuk melihat tanpa menyentuh.

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Indonesia memiliki 290 museum terhitung sampai 18 September 2023. Jumlah tersebut tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Paling banyak ada di Jakarta, sebanyak 42 unit. Misalnya seperti Museum Sejarah Jakarta, Museum Bank Indonesia, dan Museum Nasional Indonesia. Selanjutnya diikuti oleh 40 museum di Jawa Timur dan 32 museum di Jawa Tengah.
 


Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Komunitas Wisata Alam Liar, Pelesiran Sambil Mengedukasi soal Lingkungan
2. Hypereport: Menghubungkan Budaya dan Rasa Lewat Komunitas Wisata Kuliner
3. Hypereport: Tren Pelesiran, Liburan Unik ala Komunitas Wisata Minat Khusus
4. Hypereport: Mengulik Potensi Wisata Mistis, Pengemasan Narasi & Promosi Jadi Kunci
5. Hypereport: Wisata Nyeleneh Ala Komunitas Kereta Api dan Bus

Kini dengan kehadiran komunitas-komunitas museum yang tersebar di seluruh Indonesia, mereka mengajak masyarakat luas untuk kembali menaruh minat pada museum sebagai destinasi wisata yang seru dan mengasyikkan. Dengan demikian angka kunjungan ke museum bisa kembali meningkat.

Komunitas museum adalah orang-orang yang memiliki minat dan keterlibatan aktif dengan museum, baik sebagai pengunjung atau profesional seperti kurator, sejarawan, pendidik, atau anggota masyarakat lainnya yang tertarik dengan seni, sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan.

Keberadaan mereka sangat menarik untuk digali karena peran pentingnya dalam mendukung dan mempromosikan museum sebagai destinasi wisata sejarah yang edukatif, namun dikemas dengan konsep yang menyenangkan. Salah satu komunitas museum yang cukup aktif di Indonesia, yakni Komunitas Malam Museum.

Erwin Djunaedi, pendiri dari Komunitas Malam Museum menceritakan awal mula berdirinya organisasi tersebut. Didirikan pada 2012, awalnya Komunitas Malam Museum merupakan program kreatif lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mata kuliah kewirausahaan.

"Komunitas malam museum, menghadirkan tur museum di malam hari, awalnya kegiatan kita ini terinspirasi dari film Night at The Museum," kata Erwin kepada Hypeabis.id.
 

Namun sayang, program tersebut hanya berlangsung selama setahun karena kesibukan para pengurusnya. Akhirnya hanya Erwin yang melanjutkan proyek ini sampai sekarang. Dia melakukan restrukturisasi kepengurusan, dengan menambahkan beberapa anggota baru untuk menjadi bagian dari komunitas yang sekarang statusnya independen dan tidak terafiliasi dengan kampus lagi.

Komunitas Malam Museum sendiri terdiri dari ketua umum, ketua harian, wakil ketua, sekertaris, bendahara, ketua divisi untuk museum heritage, serta ketua divisi publikasi dan dokumentasi. Sampai saat ini anggota yang aktif ada 50 orang lebih.

Alasannya mempertahankan komunitas ini, tak lain karena melihat tingginya animo pengunjung setiap kali tur museum malam hari dibuka. Mereka mendiskusikan bagaimana caranya supaya kunjungan ke museum mampu menarik minat orang-orang dari berbagai kalangan, terutama generasi muda.

Museum Benteng Vredeburg adalah museum pertama yang mengizinkan Komunitas Malam Museum untuk melakukan tur di malam hari, sampai akhirnya diadopsi sebagai program rutin mereka. Museum yang terletak di jantung kota Yogyakarta tersebut merupakan saksi bisu dari berbagai peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, terutama yang berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan.

Bangunan ini merupakan bekas benteng Belanda yang dibangun pada abad ke- 18 dan masih berdiri kokoh sampai sekarang. Hanya membayar tiket Rp1.000 – Rp3.000, pengunjung bisa mengeksplorasi berbagai koleksi yang disimpan di dalamnya. Mulai dari senjata, pakaian, hingga replika ruangan tahanan.
 

Museum Benteng Vredeburg. (Sumber foto: Indonesian Heritage Agency (IHA))

Museum Benteng Vredeburg. (Sumber foto: Indonesian Heritage Agency (IHA))

Selain Museum Benteng Vredeburg, beberapa museum yang pernah menjadi destinasi tur Komunitas Malam Museum adalah Museum Sandi, Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Museum TNI AU Dirgantara Mandala, Museum Monumen Yogya Kembali, dan lainnya.

Namun perlu digarisbawahi, tur museum di malam hari bukan bertujuan untuk menyoroti nuansa-nuansa mistis dan menyeramkan. Erwin memaparkan, awalnya tur ini menyasar kalangan mahasiswa di Yogyakarta yang setiap harinya sibuk kuliah dan mengerjakan tugas, sehingga mereka hanya punya waktu luang di malam hari.

"Kegiatan tur museum malam hari, didampingi oleh educator yang akan menjelaskan mengenai sejarah museum dan benda-benda di dalamnya," kata Erwin.

Setelah itu, kegiatan berlanjut ke sesi games, di mana para peserta akan diberikan pertanyaan-pertanyaan seputar museum sebagai bahan evaluasi apakah mereka menyimak atau tidak sepanjang tur ini. Terakhir akan ditutup dengan sesi diskusi

Pada awalnya, tur museum malam hari kuotanya terbatas untuk 35 orang. Namun, melihat animonya yang tinggi akhirnya ditambah jadi 50-100an. Pendaftar yang masuk bisa mencapai 1000 orang lebih dari berbagai kota di seluruh Indonesia, seperti Yogyakarya, Semarang, Solo, bahkan Jakarta. 

Adapun untuk biaya turnya, cukup pas di kantong mahasiswa. Apabila ada kolaborasi dengan pemerintah atau stakeholder terkait lainnya, biayanya bisa lebih murah. Pada 2012 lalu, kunjungan ke museum Benteng Vredeburg tiketnya dibanderol seharga Rp10.000 karena mendapat pembiayaan dari Kemendikbud. Sekarang harganya walau sedikit naik, namun masih tetap terjangkau.

"Kita menggunakan patokan tiket bioskop sekitar Rp30.000-Rp35.000, nantinya akan dikembalikan dalam bentuk fasilitas sudah termasuk tiket museum, makan, dan hadiah doorprize saat sesi games," kata Erwin.
 

Kunjungan Ke Museum Masih Rendah dan Tersegmentasi

Mengutip laman resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia, kunjungan ke museum masih rendah dan diasosiasikan dengan selera kelas menengah ke atas, bahwa karakteristik pengunjung adalah mereka yang terdidik dan berpenghasilan tinggi. Selain itu, kunjungan ke museum juga hanya dilakukan oleh para pelajar dalam rangka pemenuhan tugas sekolah, bukan atas dasar ketertarikan pribadi.
 
Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek menyampaikan bahwa museum merupakan ruang publik yang terbuka bagi siapa saja yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dia mengajak seluruh pihak, baik pemerintah, sekolah, komunitas, terlebih kepada generasi muda untuk bersama-sama berkegiatan di museum.
 

Suasana pameran The Magical Korea-ASEAN Cultural Heritage Immersive Experience di Museum Nasional, Jakarta. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Suasana pameran The Magical Korea-ASEAN Cultural Heritage Immersive Experience di Museum Nasional, Jakarta. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

“Museum sejatinya adalah sumber ilmu pengetahuan, kita berharap anak-anak yang ada dan berdekatan di wilayah tersebut bisa menjadikan museum sebagai sumber belajar dan sumber inspirasi. Dan hendaknya ini semua menjadi penguat kita sebagai bangsa yang punya peradaban,” ungkap Hilmar, dikutip dari laman Kemendikbudristek.

Lebih lanjut dia memaparkan, museum dapat menjadi sumber inspirasi, rumah peradaban, tempat tumbuh dan berkembangnya kemampuan berfikir serta kreatifitas masyarakat, pendorong tumbuhnya rasa bangga dan cinta tanah air, serta menjadi objek wisata yang mengedepankan unsur pendidikan dan pelestarian warisan budaya. Tentu yang tidak kalah pentingnya adalah menjadi pusat informasi dan dokumentasi warisan budaya bangsa.

Pemerintah dan pihak-pihak terkait pun telah melakukan berbagai upaya untuk menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke museum. Beberapa program yang telah dilaksanakan, misalnya Museum Masuk Sekolah. Kegiatan ini memberikan informasi tentang museum dan koleksinya kepada masyarakat khususnya siswa sekolah dasar yang letaknya jauh dari museum, dengan tujuan agar mereka lebih mengenal, mengerti dan menghargai museum sebagai tempat untuk menyimpan, merawat, meneliti warisan sejarah

Selain itu, ada juga Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) sebagai upaya penggalangan kebersamaan antar pemangku kepentingan dan pemilik kepentingan dalam rangka pencapaian fungsionalisasi museum guna memperkuat apresiasi masyarakat terhadap nilai kesejarahan dan budaya bangsa. 

Sebagai upaya untuk menarik banyak pengunjung, Erwin Djunaedi berujar bahwa keberadaan komunitas sangat penting untuk menjembatani masyarakat dan pihak museum. Melalui kritik dan saran yang disampaikan masyarakat diharapkan museum bisa berbenah dari object oriented ke public oriented.

"Dulu, museum ini sangat object oriented, mereka hanya fokus untuk menyimpan dan menjaga barang-barang bersejarah saja, jadi kalau ada pengunjung yang datang tidak disambut dengan ramah," katanya.

Dia melanjutkan, museum walaupun dikategorikan sebagai tempat umum, tapi suasananya tidak nyaman. Setiap ada orang yang datang diinterogasi dan dicurigai karena sudah tugas mereka untuk menjaga barang-barang di dalamnya. Kegiatannya pun terbatas hanya bisa melihat, tidak boleh menyentuh. Rasanya beda ketika kita sedang jalan-jalan di mal.

Namun, kini museum mulai berbenah dengan menghadirkan suasana nyaman, fasilitas memadai, dan pelayanan yang ramah untuk pengunjung. Apalagi kini mulai dihadirkan wahana atraktif, seperti Ruang ImersifA di Museum Nasional dan pertunjukan air mancur menari di Museum Benteng Vredeburg yang diharapkan ini bisa menarik minat banyak orang untuk datang.

Baca juga: Terluas di Indonesia, Museum Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi Bakal Jadi Laboratorium Pengetahuan Publik

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Hypereport: Mengulik Potensi Wisata Mistis, Pengemasan Narasi & Promosi Jadi Kunci

BERIKUTNYA

5 Profesi yang Berkaitan dengan Media Sosial, dari Influencer sampai Analis

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: