Hypereport: Menghubungkan Budaya dan Rasa Lewat Komunitas Wisata Kuliner
08 June 2024 |
17:57 WIB
7
Likes
Like
Likes
Pandemi Covid-19 membuat para pelaku perjalanan wisata terhambat untuk melakukan aktivitas wisata. Hal ini sempat menyebabkan penurunan tajam dalam jumlah wisatawan, pembatasan perjalanan, dan penutupan sementara banyak destinasi wisata di seluruh dunia.
Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin membaiknya situasi global, tren pariwisata mulai beradaptasi dan menunjukkan perubahan yang cukup signifikan, mulai dari dibukanya tempat-tempat rekreasi hingga pengalaman perjalanan wisata ke seluruh dunia yang sudah diperbolehkan.
Bersamaan dengan itu, sekarang ini banyak wisatawan yang menciptakan pengalaman baru dalam berwisata dengan mendatangi kawasan wisata yang sudah ditetapkan berdasarkan tema atau kategori tertentu. Kegiatan tersebut disebut dengan wisata tematik. Di Indonesia sendiri, setidaknya ada enam komunitas wisata tematik yang banyak dijumpai. Salah satunya yang populer adalah wisata kuliner.
Sesuai dengan namanya, wisata kuliner merupakan gabungan dari aktivitas jalan-jalan dengan mendatangi tempat kuliner yang ada di Indonesia. Kegiatan ini akan dilakukan secara bersamaan dengan anggota komunitas tersebut.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Komunitas Wisata Alam Liar, Pelesiran Sambil Mengedukasi soal Lingkungan
2. Hypereport: Tren Pelesiran, Liburan Unik ala Komunitas Wisata Minat Khusus
3. Hypereport: Mengulik Potensi Wisata Mistis, Pengemasan Narasi & Promosi Jadi Kunci
4. Hypereport: Inisiatif Komunitas untuk Menarik Generasi Muda Kembali ke Museum
5. Hypereport: Wisata Nyeleneh Ala Komunitas Kereta Api dan Bus
Tujuannya untuk menikmati ragam kuliner yang kaya dan bervariasi sekaligus mempererat hubungan di antara anggota komunitas. Dalam perjalanan ini, para anggota komunitas wisata kuliner tak hanya sekadar menyicipi makanan yang nikmat, tetapi juga mempelajari budaya dan tradisi yang melekat pada setiap cita rasa pada makanan tersebut.
Di antara komunitas wisata kuliner yang tersebar di Indonesia, salah satu yang cukup mencuri perhatian, yaitu Dari Halte ke Halte. Komunitas yang didirikan sejak 2019 oleh Bowo dan Rio terkenal karena sering memberikan rekomendasi tempat-tempat wisata dan kuliner di Jakarta yang mudah diakses menggunakan transportasi umum.
DHKH terus berkembang hingga memiliki ratusan ribu pengikut di media sosial seperti Twitter dan Instagram berkat keahlian para admin (sebutan untuk anggota DHKH) dalam berinteraksi dengan para HalTeman (sebutan untuk para pengikut DHKH).
Ada juga salah satu komunitas wisata kuliner yang tak kalah populer dengan Dari Halte ke Halte, yaitu Jalansutra. Komunitas ini bahkan bisa dianggap sebagai pionir dalam wisata kuliner di Indonesia.
Bagi generasi milenial, nama Jalansutra mungkin sudah tidak asing lagi karena komunitas ini telah ada sejak 2003. Komunitas ini didirikan oleh almarhum Bondan Winarno, seorang penulis dan wartawan Indonesia yang juga menjadi pelopor wisata kuliner di tanah air.
Lidia Tanod (54), salah satu moderator (sebutan untuk anggota komunitas Jalansutra) menjelaskan bahwa komunitas ini terbentuk pada tanggal 22 April 2003. Awalnya, Jalansutra digagas oleh Wasis Gunarto, salah satu pembaca kolom yang ditulis oleh Bondan Winarno. Pada saat itu, Bondan Winarno menulis kolom di salah satu media dengan nama Jalansutra yang membahas mengenai perjalanan dan kuliner.
“Wasis Gunarto dekat dengan beliau (Bondan Winarno) lalu mengajak untuk membentuk mailing list Jalansutra. Dari situlah terbentuk komunitas tersebut,” ujar Lidia.
Awalnya Jalansutra berjalan sebagai komunitas yang berbentuk mailing list di mana para moderator bertukar informasi mengenai perjalanan wisata dan kuliner. Mailing list tersebut menjadi platform untuk saling berbagi pengalaman dan rekomendasi mengenai rasa kuliner dari berbagai daerah, bahkan dari luar Indonesia. Informasi yang disampaikan berasal dari pengalaman para anggota yang telah menjelajahi tempat-tempat tersebut secara langsung.
Kemudian kolom tulisan Bondan Winarno mengenai perjalanan dan kuliner di Jalansutra dikumpulkan menjadi versi cetak yang mencantumkan informasi tentang komunitas Jalansutra melalui mailing list. Dari situlah orang-orang dapat bergabung dengan komunitas Jalansutra.
Hingga saat ini, Jalansutra memiliki lebih dari 17.000 anggota aktif yang terus berpartisipasi dalam berbagi pengalaman kuliner dan pariwisata. Kepopulerannya telah membuat komunitas Jalansutra memiliki ribuan pengikut di media sosial @komunitasjalansutra.
Lidia, yang sudah menjadi moderator di Jalansutra selama lebih dari 20 tahun menjelaskan bahwa di komunitas ini moderator tidak hanya saling bertukar informasi untuk tujuan sekadar tahu atau tur ke beberapa negara, tetapi juga untuk memperoleh pengetahuan sesuai dengan makna nama komunitas tersebut.
“Sutra dalam bahasa Sanskerta berarti ilmu, jadi tidak hanya sekadar perjalanan saja, tetapi kita juga mendapatkan ilmu tentang kuliner. Itulah sebabnya dinamakan Jalansutra," tambah Lidia.
Bondan Winarno sebagai 'ketua suku' di Jalansutra juga mengajarkan para anggota untuk tidak hanya menikmati cita rasa kuliner, tetapi juga memperhatikan etika dan tata cara yang tepat serta memposisikan diri ketika sedang menikmati kuliner.
“Pak Bondan juga mengajarkan moderator untuk melatih lidah, mencerdaskan lidah dengan eksplor. Enggak hanya mempelajari makanan, tapi juga mempelajari teh, kopi, wine, dan table manner,” ujar Lidia.
Dari pembelajaran yang berharga itu, komunitas Jalansutra juga melahirkan para moderator yang menjadi ahli dalam bidang kuliner seperti teh, kopi, dan anggur berkat ilmu yang mereka peroleh.
Selain menyicipi beragam makanan yang khas dan mempelajari ilmu-ilmu kuliner, Jalansutra juga memiliki kegiatan rutinnya yang diselenggarakan setiap tahun. Acara ini merupakan forum yang sudah ada sejak 2016 dan dinamakan dengan Writing Travel Food atau yang dikenal dengan nama WTF.
Konsep dari acara WTF sendiri meliputi serangkaian acara seperti talkshow yang berlangsung selama 12 menit, workshop, dan pertemuan bersama moderator. Acara ini diadakan setiap tahun selama dua hari dengan tema yang berbeda-beda setiap tahunnya. Jadwal kegiatan disesuaikan dengan ketersediaan waktu para moderator, tapi biasanya tidak jauh dari hari ulang tahun Jalansutra.
Komunitas wisata kuliner lainnya yang tak kalah menarik, yakni Pergi Makan Jakarta. Komunitas yang berdiri sejak Maret 2023 ini dibangun oleh Iis Dayanti. Dirinya menuturkan jika awalnya ia hanya iseng membuat komunitas tersebut hingga berkembang dan memiliki ribuan pengikut di media sosial dengan nama pengguna @pergimakanjkt.
“Awalnya iseng, aku kan hobi kulineran tapi di usia aku lingkup temannya semakin mengecil. Mau main tapi teman-teman sibuk. Akhirnya kepikiran untuk membuat komunitas makan bareng dengan teman baru,” ujar perempuan berusia 26 tahun tersebut.
Iis mengungkapkan jika semakin bertambahnya usia, dirinya semakin tidak memiliki banyak waktu keluar bersama dengan teman seusiasanya karena kesibukan temannya masing-masing. Lantas hal tersebut menjadi dasar terbentuknya komunitas ini Pergi Makan Jakarta. Komunitas ini ia bangun bersama dengan dua rekan temannya yang menjadi cofounder.
Iis awalnya membuat akun Instagram dan mulai mendapatkan pengikut dari teman-teman dekatnya. Kemudian dia memulai promosi melalui video TikTok pribadinya dengan menyoroti komunitas pencinta kuliner di Jakarta. Hal ini lah yang membuat orang-orang mulai tahu tentang Pergi Makan Jakarta.
Tak hanya sekadar merasakan kenikmatan kuliner, tetapi Pergi Makan Jakarta juga memiliki tujuan ketika dibentuk, yakni untuk mengumpulkan orang-orang yang suka mencari tempat makan baru atau makanan tersembunyi. Selain itu, mereka ingin membangun jaringan sosial karena anggotanya berasal dari berbagai latar belakang serta mereka ingin mengenalkan usaha kecil menengah (UMKM) yang belum banyak dikenal kepada masyarakat.
Menariknya, komunitas PMJ menggunakan sistem batch untuk menarik para anggota komunitas. Mereka mempromosikan rekrutmen anggota di Instagram dengan membagikan rute-rute kuliner dan calon anggota harus memenuhi syarat-syarat tertentu, misalnya dengan menceritakan pengalaman makanan yang berkesan.
Terdapat dua kategori batch yang disediakan oleh PMJ, yakni regular batch dan special batch. Bedanya, special batch adalah perjalanan kuliner yang berkolaborasi dengan suatu brand. Nantinya, persyaratan untuk anggota yang akan join di wisata kuliner tersebut akan disesuaikan oleh brand yang sudah bekerjasama dengan PMJ. Anggota yang diterima dalam batch akan diberitahu untuk bergabung ke dalam grup WhatsApp komunitas.
Namun, Iis hanya akan menerima 15 hingga 20 anggota setiap batch-nya. Hal ini ia lakukan agar aktivitas yang dilakukan bersama anggota tetap intim dan terjaga.
“Memang kita konsepnya mau intimate dan kenal satu sama lain agar lebih membaur dengan yang lain,” ujar Iis.
Kegiatan utama komunitas PMJ adalah menjelajahi 3 tempat makan dalam satu hari di Jakarta, yang semuanya berada di wilayah yang dekat agar anggota bisa jalan kaki tanpa menggunakan transportasi umum. Mereka juga menyelenggarakan sesi bonding di akhir acara, di mana anggota berkumpul untuk saling bertukar kado sebagai kenang-kenangan. Selain itu, kegiatan ini biasanya dilakukan pada akhir pekan sehingga anggota bisa lebih santai dan menikmati waktu bersama.
Sebagai komunitas yang baru merintis, Iis mengakui bahwa ia tidak terlalu fokus pada eksistensi yang besar-besaran. Ia lebih suka agar PMJ tumbuh secara alami dan mengikuti perkembangannya sendiri. Namun, seiring dengan itu, dia juga memperluas kesadaran merek dengan membuat konten di media sosial.
PMJ juga berusaha untuk tetap mempertahankan hubungan baik dengan anggota yang sudah pernah ikut dalam batch sebelumnya. Mereka secara rutin menyelenggarakan kegiatan khusus untuk anggota ini yang bertujuan untuk memelihara hubungan internal dalam komunitas.
Kini wisata tematik tengah mengalami puncak kejayaannya di tengah keinginan masyarakat agar bisa kembali menghirup udara segar dan menghabiskan waktu dari segala tekanan yang terjadi. Iis dan Lidia yang juga merupakan sesama anggota komunitas wisata kuliner sepakat jika antusiasme para masyarakat juga sangat tinggi terhadap wisata kuliner sekarang ini. Bahkan menurut Lidia, wisata kuliner saat ini sudah menjadi sebuah gaya hidup bagi banyak orang.
“Antusiasme terhadap kuliner dalam komunitas sangat besar dan semakin meningkat. Bagi mereka, kuliner bukan sekadar kebutuhan makan, tetapi telah menjadi bagian dari lifestyle," ujar Lidia.
Alasan seseorang menyukai bergabung dalam komunitas kuliner seringkali karena mereka memiliki kecintaan yang sama terhadap makanan. Ini yang menjadi perekat utama dalam komunitas tersebut. Dengan beragamnya anggota komunitas, ketika mereka berkumpul untuk berbagi minat yang sama, hal itu dapat mempererat ikatan di antara mereka.
Melalui wisata kuliner, komunitas tidak hanya sekadar menikmati makanan, tetapi juga memperkenalkan budaya melalui pengalaman kuliner. Mereka berupaya untuk memperkenalkan makanan-makanan yang mungkin belum dikenal oleh orang lain sehingga menjadikan komunitas ini sebagai penghubung antara makanan dan budaya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin membaiknya situasi global, tren pariwisata mulai beradaptasi dan menunjukkan perubahan yang cukup signifikan, mulai dari dibukanya tempat-tempat rekreasi hingga pengalaman perjalanan wisata ke seluruh dunia yang sudah diperbolehkan.
Bersamaan dengan itu, sekarang ini banyak wisatawan yang menciptakan pengalaman baru dalam berwisata dengan mendatangi kawasan wisata yang sudah ditetapkan berdasarkan tema atau kategori tertentu. Kegiatan tersebut disebut dengan wisata tematik. Di Indonesia sendiri, setidaknya ada enam komunitas wisata tematik yang banyak dijumpai. Salah satunya yang populer adalah wisata kuliner.
Sesuai dengan namanya, wisata kuliner merupakan gabungan dari aktivitas jalan-jalan dengan mendatangi tempat kuliner yang ada di Indonesia. Kegiatan ini akan dilakukan secara bersamaan dengan anggota komunitas tersebut.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Komunitas Wisata Alam Liar, Pelesiran Sambil Mengedukasi soal Lingkungan
2. Hypereport: Tren Pelesiran, Liburan Unik ala Komunitas Wisata Minat Khusus
3. Hypereport: Mengulik Potensi Wisata Mistis, Pengemasan Narasi & Promosi Jadi Kunci
4. Hypereport: Inisiatif Komunitas untuk Menarik Generasi Muda Kembali ke Museum
5. Hypereport: Wisata Nyeleneh Ala Komunitas Kereta Api dan Bus
Tujuannya untuk menikmati ragam kuliner yang kaya dan bervariasi sekaligus mempererat hubungan di antara anggota komunitas. Dalam perjalanan ini, para anggota komunitas wisata kuliner tak hanya sekadar menyicipi makanan yang nikmat, tetapi juga mempelajari budaya dan tradisi yang melekat pada setiap cita rasa pada makanan tersebut.
Di antara komunitas wisata kuliner yang tersebar di Indonesia, salah satu yang cukup mencuri perhatian, yaitu Dari Halte ke Halte. Komunitas yang didirikan sejak 2019 oleh Bowo dan Rio terkenal karena sering memberikan rekomendasi tempat-tempat wisata dan kuliner di Jakarta yang mudah diakses menggunakan transportasi umum.
DHKH terus berkembang hingga memiliki ratusan ribu pengikut di media sosial seperti Twitter dan Instagram berkat keahlian para admin (sebutan untuk anggota DHKH) dalam berinteraksi dengan para HalTeman (sebutan untuk para pengikut DHKH).
Anggota komunitas DHKH (Sumber foto: Instagram/darihalte_kehalte)
Bagi generasi milenial, nama Jalansutra mungkin sudah tidak asing lagi karena komunitas ini telah ada sejak 2003. Komunitas ini didirikan oleh almarhum Bondan Winarno, seorang penulis dan wartawan Indonesia yang juga menjadi pelopor wisata kuliner di tanah air.
Lidia Tanod (54), salah satu moderator (sebutan untuk anggota komunitas Jalansutra) menjelaskan bahwa komunitas ini terbentuk pada tanggal 22 April 2003. Awalnya, Jalansutra digagas oleh Wasis Gunarto, salah satu pembaca kolom yang ditulis oleh Bondan Winarno. Pada saat itu, Bondan Winarno menulis kolom di salah satu media dengan nama Jalansutra yang membahas mengenai perjalanan dan kuliner.
“Wasis Gunarto dekat dengan beliau (Bondan Winarno) lalu mengajak untuk membentuk mailing list Jalansutra. Dari situlah terbentuk komunitas tersebut,” ujar Lidia.
Awalnya Jalansutra berjalan sebagai komunitas yang berbentuk mailing list di mana para moderator bertukar informasi mengenai perjalanan wisata dan kuliner. Mailing list tersebut menjadi platform untuk saling berbagi pengalaman dan rekomendasi mengenai rasa kuliner dari berbagai daerah, bahkan dari luar Indonesia. Informasi yang disampaikan berasal dari pengalaman para anggota yang telah menjelajahi tempat-tempat tersebut secara langsung.
Kemudian kolom tulisan Bondan Winarno mengenai perjalanan dan kuliner di Jalansutra dikumpulkan menjadi versi cetak yang mencantumkan informasi tentang komunitas Jalansutra melalui mailing list. Dari situlah orang-orang dapat bergabung dengan komunitas Jalansutra.
Hingga saat ini, Jalansutra memiliki lebih dari 17.000 anggota aktif yang terus berpartisipasi dalam berbagi pengalaman kuliner dan pariwisata. Kepopulerannya telah membuat komunitas Jalansutra memiliki ribuan pengikut di media sosial @komunitasjalansutra.
Anggota komunitas Jalansutra (Sumber foto: Jalansutra/Lidia Tanod)
“Sutra dalam bahasa Sanskerta berarti ilmu, jadi tidak hanya sekadar perjalanan saja, tetapi kita juga mendapatkan ilmu tentang kuliner. Itulah sebabnya dinamakan Jalansutra," tambah Lidia.
Bondan Winarno sebagai 'ketua suku' di Jalansutra juga mengajarkan para anggota untuk tidak hanya menikmati cita rasa kuliner, tetapi juga memperhatikan etika dan tata cara yang tepat serta memposisikan diri ketika sedang menikmati kuliner.
“Pak Bondan juga mengajarkan moderator untuk melatih lidah, mencerdaskan lidah dengan eksplor. Enggak hanya mempelajari makanan, tapi juga mempelajari teh, kopi, wine, dan table manner,” ujar Lidia.
Dari pembelajaran yang berharga itu, komunitas Jalansutra juga melahirkan para moderator yang menjadi ahli dalam bidang kuliner seperti teh, kopi, dan anggur berkat ilmu yang mereka peroleh.
Selain menyicipi beragam makanan yang khas dan mempelajari ilmu-ilmu kuliner, Jalansutra juga memiliki kegiatan rutinnya yang diselenggarakan setiap tahun. Acara ini merupakan forum yang sudah ada sejak 2016 dan dinamakan dengan Writing Travel Food atau yang dikenal dengan nama WTF.
Komunitas Jalansutra dalam acara WTF 2023 (Sumber foto: Jalansutra/Lidia Tanod)
Konsep dari acara WTF sendiri meliputi serangkaian acara seperti talkshow yang berlangsung selama 12 menit, workshop, dan pertemuan bersama moderator. Acara ini diadakan setiap tahun selama dua hari dengan tema yang berbeda-beda setiap tahunnya. Jadwal kegiatan disesuaikan dengan ketersediaan waktu para moderator, tapi biasanya tidak jauh dari hari ulang tahun Jalansutra.
Komunitas wisata kuliner lainnya yang tak kalah menarik, yakni Pergi Makan Jakarta. Komunitas yang berdiri sejak Maret 2023 ini dibangun oleh Iis Dayanti. Dirinya menuturkan jika awalnya ia hanya iseng membuat komunitas tersebut hingga berkembang dan memiliki ribuan pengikut di media sosial dengan nama pengguna @pergimakanjkt.
“Awalnya iseng, aku kan hobi kulineran tapi di usia aku lingkup temannya semakin mengecil. Mau main tapi teman-teman sibuk. Akhirnya kepikiran untuk membuat komunitas makan bareng dengan teman baru,” ujar perempuan berusia 26 tahun tersebut.
Iis mengungkapkan jika semakin bertambahnya usia, dirinya semakin tidak memiliki banyak waktu keluar bersama dengan teman seusiasanya karena kesibukan temannya masing-masing. Lantas hal tersebut menjadi dasar terbentuknya komunitas ini Pergi Makan Jakarta. Komunitas ini ia bangun bersama dengan dua rekan temannya yang menjadi cofounder.
Iis awalnya membuat akun Instagram dan mulai mendapatkan pengikut dari teman-teman dekatnya. Kemudian dia memulai promosi melalui video TikTok pribadinya dengan menyoroti komunitas pencinta kuliner di Jakarta. Hal ini lah yang membuat orang-orang mulai tahu tentang Pergi Makan Jakarta.
Tak hanya sekadar merasakan kenikmatan kuliner, tetapi Pergi Makan Jakarta juga memiliki tujuan ketika dibentuk, yakni untuk mengumpulkan orang-orang yang suka mencari tempat makan baru atau makanan tersembunyi. Selain itu, mereka ingin membangun jaringan sosial karena anggotanya berasal dari berbagai latar belakang serta mereka ingin mengenalkan usaha kecil menengah (UMKM) yang belum banyak dikenal kepada masyarakat.
Anggota komunitas PMJ batch 15 (Sumber foto: Instagram/pergimakanjkt)
Terdapat dua kategori batch yang disediakan oleh PMJ, yakni regular batch dan special batch. Bedanya, special batch adalah perjalanan kuliner yang berkolaborasi dengan suatu brand. Nantinya, persyaratan untuk anggota yang akan join di wisata kuliner tersebut akan disesuaikan oleh brand yang sudah bekerjasama dengan PMJ. Anggota yang diterima dalam batch akan diberitahu untuk bergabung ke dalam grup WhatsApp komunitas.
Namun, Iis hanya akan menerima 15 hingga 20 anggota setiap batch-nya. Hal ini ia lakukan agar aktivitas yang dilakukan bersama anggota tetap intim dan terjaga.
“Memang kita konsepnya mau intimate dan kenal satu sama lain agar lebih membaur dengan yang lain,” ujar Iis.
Kegiatan utama komunitas PMJ adalah menjelajahi 3 tempat makan dalam satu hari di Jakarta, yang semuanya berada di wilayah yang dekat agar anggota bisa jalan kaki tanpa menggunakan transportasi umum. Mereka juga menyelenggarakan sesi bonding di akhir acara, di mana anggota berkumpul untuk saling bertukar kado sebagai kenang-kenangan. Selain itu, kegiatan ini biasanya dilakukan pada akhir pekan sehingga anggota bisa lebih santai dan menikmati waktu bersama.
Sebagai komunitas yang baru merintis, Iis mengakui bahwa ia tidak terlalu fokus pada eksistensi yang besar-besaran. Ia lebih suka agar PMJ tumbuh secara alami dan mengikuti perkembangannya sendiri. Namun, seiring dengan itu, dia juga memperluas kesadaran merek dengan membuat konten di media sosial.
PMJ juga berusaha untuk tetap mempertahankan hubungan baik dengan anggota yang sudah pernah ikut dalam batch sebelumnya. Mereka secara rutin menyelenggarakan kegiatan khusus untuk anggota ini yang bertujuan untuk memelihara hubungan internal dalam komunitas.
Kini wisata tematik tengah mengalami puncak kejayaannya di tengah keinginan masyarakat agar bisa kembali menghirup udara segar dan menghabiskan waktu dari segala tekanan yang terjadi. Iis dan Lidia yang juga merupakan sesama anggota komunitas wisata kuliner sepakat jika antusiasme para masyarakat juga sangat tinggi terhadap wisata kuliner sekarang ini. Bahkan menurut Lidia, wisata kuliner saat ini sudah menjadi sebuah gaya hidup bagi banyak orang.
“Antusiasme terhadap kuliner dalam komunitas sangat besar dan semakin meningkat. Bagi mereka, kuliner bukan sekadar kebutuhan makan, tetapi telah menjadi bagian dari lifestyle," ujar Lidia.
Alasan seseorang menyukai bergabung dalam komunitas kuliner seringkali karena mereka memiliki kecintaan yang sama terhadap makanan. Ini yang menjadi perekat utama dalam komunitas tersebut. Dengan beragamnya anggota komunitas, ketika mereka berkumpul untuk berbagi minat yang sama, hal itu dapat mempererat ikatan di antara mereka.
Melalui wisata kuliner, komunitas tidak hanya sekadar menikmati makanan, tetapi juga memperkenalkan budaya melalui pengalaman kuliner. Mereka berupaya untuk memperkenalkan makanan-makanan yang mungkin belum dikenal oleh orang lain sehingga menjadikan komunitas ini sebagai penghubung antara makanan dan budaya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.