Ilustrasi pertunjukan komedi (Sumber foto: Freepik)

Hypereport: Perkembangan Komedi di Indonesia, dari Kesenian Tradisional sampai Era Media Digital

06 May 2024   |   18:47 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Hidup tanpa humor dan komedi akan terasa hambar dan hampa. Sebab tertawa bisa memperbaiki mood, serta membuat hari-hari lebih ceria dan bersemangat. Tertawa juga punya efek positif pada kesehatan fisik misalnya mengurangi stres, meningkatkan imunitas dan mengurangi risiko serangan jantung. 

Komedi adalah bentuk seni yang bertujuan membuat orang tertawa atau menghibur melalui humor, baik itu melalui kata-kata, cerita, aksi, atau situasi lucu. Bentuk-bentuk komedi busa berupa teater, film, acara televisi, atau pertunjukan langsung seperti stand-up comedy

Baca juga laporan terkait:   

Pada awalnya, komedi disampaikan melalui pertunjukan kesenian rakyat seperti wayang, lenong, dan ludruk yang bersifat tradisional. Sampai kemudian, lahirlah komedi modern di radio, televisi, film layar lebar, sampai media digital yang mampu menarik audiens lebih luas dan menjadi bagian integral dari budaya pop Tanah Air. 

Komedi menjadi cara untuk merayakan kehidupan, mengatasi stres, atau menyampaikan pesan-pesan penting dengan cara yang ringan dan menghibur. Sejarah komedi di Indonesia telah melalui perjalanan yang sangat panjang. Mari menengok kembali sejarah humor dan komedi di Indonesia dari masa ke masa. 
 

Komedi sebagai Kesenian Rakyat

Komedi pertama kali muncul dan tersebar melalui kesenian rakyat, seperti ludruk yang sudah dikenal oleh masyarakat Jawa Timur, khususnya Bumi Majapahit (sekitar Mojokerto-Surabaya) sejak abad ke-12. Pada zaman itu, Ludruk lebih dikenal dengan nama Ludruk Bandhan.

Ludruk Bandhan merupakan pertunjukan yang menyuguhkan aksi pamer kekuatan dan kekebalan, berkaitan dengan ilmu kanuragan yang dimiliki oleh para pemerannya. Pertunjukan Ludruk Bandhan diiringi oleh alat musik kendang dan jidor, serta diselenggarakan di tanah yang lapang. 

Berlanjut pada abad ke-17 hingga 18, muncul kesenian semacam pertunjukan Ludruk yang bernama Lerok Pak Santik. Lerok adalah sebutan untuk alat musik petik seperti kecapi, sementara Pak Santik mengacu pada tokoh yang mempopulerkan kesenian tersebut.

Saat pentas, para pemain Pak Santik sesekali akan menirukan bunyi alat musik dan kakinya dihentakkan sehingga menghasilkan bunyi 'gedrak-gedruk'. Suara inilah yang kemudian membuat Lerok berganti nama menjadi Ludruk.

Selain ludruk ada juga Lenong Betawi yang muncul dan populer pada periode 1920-1990. Lenong konon diambil dari nama seorang pedagang China yang bernama Lien Ong. Lenong Betawi membawakan cerita tentang kehidupan sehari-hari dengan unsur komedi yang kental di dalamnya. 

Pertunjukan dibuka dengan musik gambang kromong, melantunkan lagu-lagu khas betawi seperti jali-jali, Persi, Stambul, Cente Manis, Balok, dan lainnya. Terkadang Lenong banyak menampilkan adegan laga, para pemainnya mahir bermain silat. 
 

Kelahiran Grup Lawak Legendaris

Setelah Indonesia merdeka, perkembangan humor dan komedi makin kuat, ditandai dengan kemunculan grup-grup lawak yang sampai saat ini namanya masih dikenang.

Mulai dari era 1960-an ada grup lawak paling legendaris yakni Srimulat. Beberapa pelawak kondang yang dilahirkan oleh Srimulat di antaranya adalah Gepeng, Paimo, Asmuni, Basuki, Kadir, Tukul, Doyok, Nunung, Tessy, Gogon, Mamiek, Tarzan, hingga Polo.

Memasuki era 1970-an, mulai muncul grup komedi lainnya seperti Kwartet Jaya yang beranggotakan Ateng, Iskak, Bing Slamet, dan Eddy Sud. Tak ketinggalan ada juga Bagio Cs yang digawangi Bagio, Darto Helm, Diran, dan Sol.

Kelompok mahasiswa saat itu juga seakan tak mau kalah. Mereka membentuk grup lawak bernama GM Selo (Gerak Musik Seloroh) yang digawangi oleh Pepeng, Krisna, dan Nana Krip. Mereka populer lewat acara Sersan (serius santai) Prambors.

Memasuki era 1990-an, lahirlah dua grup lawak paling populer, yakni Bagito dan Warkop DKI. Bagito kependekan dari Bagi Roto atau Bagi Rata, digawangi kakak beradik Miing (Dedi Gumelar) dan Didin (Didin Pinasti) serta Unang. Sementara Warkop DKI beranggotakan Dono, Kasino, Indro.

Pada era tersebut juga diperkenalkan format humor berbentuk Stand up Comedy oleh Ramon Papana, tepatnya pada 1997. Setahun berikutnya, Iwel Sastra memperkenalkan dirinya sebagai seorang Stand up Comedian di depan khalayak umum. 

Baca juga: Membangkitkan Kembali Kelompok Lawak di Dalam Negeri
 

Komedi Melalui Media Cetak & Radio 

Humor dan komedi dalam media cetak mulai populer di era 1960-an. Pada masa ini terbit beberapa majalah humor, seperti majalah STOP, meski tidak bertahan lama. Selanjutnya pada 1990-an ada Majalah Humor sebagai wadah bagi para pelawak untuk mengeluarkan uneg-unegnya selama hidup di bawah tekanan pemerintahan Orde Baru. Selain itu, sejumlah surat kabar juga membuka rubrik khusus untuk humor. Ada cerita-cerita lucu, anekdot, karikatur, dan kartun.

Sementara di radio, sampai saat ini kita mengenal Prambors sebagai salah satu radio remaja tertua yang memberi pengaruh cukup besar bagi perkembangan humor dan komedi.

Pada era 1980-an, lahirlah Sersan Prambors, grup komedi beranggotakan lima jawara lawak mahasiswa pada eranya. Mereka adalah Raden Mas Haryo Heroe Syswanto Ns. Soerio Soebagio alias Sys NS, Mukhlis Gumilang, Krisna Purwana, Ferrasta Soebardi atau Pepeng, Nana Krip.
 

Sitkom TV & Film Komedi Indonesia

Memasuki era 2000-an, humor dan komedi mulai menjejaki medium baru yakni televisi. Ditandai dengan kemunculan sejumlah sitkom atau komedi situasi seperti Bajaj Bajuri, Office Boy (OB), Tetangga Masa Gitu, Suami-suami Takut istri, dan Preman Pensiun. Biasanya sitkom diadaptasi dari cerita kehidupan sehari-hari yang ringan dengan lawakan-lawakan khas. 

Sementara komedi dalam bentuk film layar lebar, sudah muncul lebih dulu yakni sejak era 1950-an bersamaan dengan awal mula kehadiran film nasional pertama. Judul film komedi lawas populer misalnya seperti Krisis yang disutradarai oleh Usmar Ismail pada 1953, serta film komedi dengan judul Heboh yang sempat ramai pada 1954. 

Akan tetapi, film komedi paling populer di Indonesia paling banyak diproduksi sejak era 1980-an, sebagian besar dibintangi oleh Warkop DKI. Terhitung sampai 1989 terdapat 12 film komedi yang berhasil diproduksi dari 104 judul film, sementara pada 1990 terdapat 25 judul film komedi yang diproduksi dari 115 judul film di Indonesia. 

Film komedi juga sempat mengalami fase jatuh bangun, tapi kembali menunjukkan taringnya pada era 2000-an melalui cerita-cerita bernuansa remaja. Deretan film komedi yang sangat sukses antara lain Get Married, 5 Sehat 4 Sempurna, Tarix Jabrix, Warkop DKI Reborn  Cek Toko Sebelah, dan yang paling baru Agak Laen.
 

Humor dan Komedi di Media Digital

Seiring perkembangan zaman, dengan teknologi mulai masuk ke seluruh aspek kehidupan sehari-hari manusia, humor dan komedi juga mulai beradaptasi dengan medium digital seperti smartphone. Sejumlah aplikasi web komik dan web novel menyuguhkan beragam cerita bergenre komedi dari penulis-penulis berbakat.

Tak ketinggalan ada juga platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, di mana semua orang bisa menjadi konten kreator yang memproduksi kontennya sendiri. Sejumlah konten komedi dengan format video singkat seperti reels sangat digemari oleh masyarakat umum. 

Baca juga: Komeng Pengin Bangun Ekosistem Seni dan Cetuskan Hari Komedi Nasional Jika Jadi Senator

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Waspada Predator di Gim & Medsos, Begini Modus yang Bikin Korban Kena Mental

BERIKUTNYA

Begini Persiapan Atlet Selancar Rio Waida untuk Berlaga di Olimpiade Paris 2024

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: