Hypereport: Komika Makin Mewarnai Panggung Komedi Indonesia
05 May 2024 |
20:23 WIB
Gelak tawa pengunjung Comedy Cafe yang kala itu masih beroperasi di sudut kota Jakarta memecah keheningan malam. Dalam acara berkonsep Stand Up Nite yang digelar di kafe tersebut, seorang laki-laki tampak berdiri di hadapan hadirin, lalu melucu. Penonton tak henti-hentinya dibuat tertawa olehnya.
Acara yang berawal dari pertemuan Ernest Prakasa dan Ryan Adriandy, salah satu peserta Stand Up Comedy Indonesia 1 (SUCI 1), yang kemudian mengajak Raditya Dika, Pandji Pragiwaksono, dan Isman Hidayat Suryaman itu tak hanya sukses digelar pada 2011, tetapi juga jadi salah satu pijakan penting dimulainya popularitas kesenian lawak tunggal di Indonesia.
Tak lama setelah itu pula, lahirlah komunitas Stand Up Indo. Diketuai pertama kali oleh Ernest Prakasa, komunitas ini kemudian terus membesar, menyebar ke berbagai daerah, dan berkembang jadi sebuah kesenian yang memberi warna baru bagi panggung komedi Indonesia.
Baca juga laporan terkait:
Para komika (sebutan pelaku stand up comedy) belakangan tidak hanya piawai dalam melontarkan lelucon tunggal di atas panggung. Selama lebih dari satu dekade terakhir, banyak dari mereka juga mulai merambah dan dikenal karena kepiawaiannya dalam berakting. Lainnya mengembangkan bakatnya jadi penulis skenario, sutradara, bahkan produser.
Stand up Comedy Indonesia benar-benar melebarkan sayap tak hanya sebagai sebuah kesenian, tetapi barangkali juga kawah candradimuka, tempat lahirnya banyak pelaku komedi hebat yang menembus lintas kesenian.
Terbaru, film berjudul Agak Laen yang diproduseri oleh komika, disutradarai oleh komika, dan diperankan oleh komika pula, mampu meraih lebih dari 9 juta penonton. Agak Laen jadi film bergenre komedi terlaris sepanjang masa di Indonesia.
Dengan kesuksesan tersebut, bukan tidak mungkin ke depan makin banyak komika yang melebarkan sayapnya ke industri kesenian lain, terutama film. Tak hanya itu, belakangan mereka juga merambah dunia podcast dan banyak medium lain. Mengapa demikian?
Salah satu komika, Alif Rivelino, mengatakan bahwa stand up comedy merupakan kesenian lintas ilmu. Bidang kreatif yang diolah oleh para komika banyak beririsan dengan kesenian lain sehingga pengaplikasiannya jadi bisa beragam.
Tak hanya dalam bentuk pertunjukan lawak tunggal yang menghibur, komika juga mampu menuangkan kreativitas dan orisinalitas mereka dalam karya lain, termasuk film.
“Kami adalah produser dari konsep special show kami sendiri, penulis materi dari stand up kami sendiri, dan aktor dari pertunjukan kami sendiri. Hal tersebut yang mungkin membuat kami mudah untuk melebarkan sayap ke industri lain,” imbuhnya.
Dalam beberapa kasus, bahkan ada komika yang mengedit konten mereka sendiri dan merancang sound untuk digunakan dalam show tunggalnya. Hal-hal seperti inilah yang membuat banyak komika kemudian bisa melebarkan sayapnya ke bidang lain, dari penulis skenario, sutradara, aktor, hingga produser sekali pun.
Baca juga: Bikin Stand Up Comedy Special, Alif Rivelino Ungkap Keresahan Anak Broken Home
Di luar dari ekspansi para komika ke bidang lain, stand up comedy di Indonesia sebagai sebuah kesenian juga terus mengalami perkembangan sejak mulai populer pada 2011. Sekarang ini, tidak hanya komikanya saja yang makin banyak, dari segi penonton pun juga terus bertambah.
Komika dan penonton sudah berada di tahap saling membutuhkan. Komika butuh tampil untuk mengeluarkan karya mereka, penonton pun membutuhkan hiburan komedi yang segar. Hal ini menciptakan iklim yang baik bagi dinamisme skena stand up comedy di Indonesia.
Alif sepakat kalau apresiasi terhadap seni stand up comedy, sekarang ini makin baik. Bahkan, penonton kini makin membutuhkan warna-warna baru dalam komedi. Hal tersebut direspons oleh komika dengan makin bereksplorasi dalam menciptakan materi komedinya.
Belum lama ini, dirinya juga menggelar stand up comedy special berjudul A-Life, yang bercerita tentang perjalanan hidupnya, karier, hingga keluarga. “Sekarang ini sudah banyak sekali pertunjukan stand up comedy dengan berbagai konsep dan genre, membuktikan ekosistemnya masih terus berkembang jauh lebih baik lagi,” kata Alif
Segendang sepenarian, komika Muhammad Naufdi Syawali juga mengatakan hal senada. Geliat komika untuk menggelar special show atau pertunjukan sendiri belakangan makin tumbuh. Terkait dengan jumlahnya, hal itu perlu kajian lebih lanjut. Namun, tentu saja, masih perlu adanya dorongan agar makin banyak lagi komika yang menggelar special show-nya sendiri.
“Special show bagi seorang komika kurang lebih seperti konser bagi musisi. Penting sebagai bagian dari proses tumbuh kembang dan membuka peluang-peluang baru,” terangnya kepada Hypeabis.id.
Pria yang karib disapa Odi tersebut sejauh ini sudah berhasil menggelar dua pertunjukan spesial. Pertama adalah Ceritain Aja Lah pada 2022 dan Ceritain Lagi Lah pada 2023. Dalam menggarap setiap show tersebut, Odi kiranya membutuhkan waktu enam bulan untuk persiapan materinya.
Chief Executive Officer (CEO) Comika Daniel Santoso sepakat kalau perkembangan special show dari para komika memang sudah baik. Dirinya berharap hal ini bisa terus bertumbuh secara sehat, tak terlalu cepat pun tak terlalu lambat.
Sebab, jika terlalu cepat pun sebenarnya tidak baik juga untuk industrinya. Nantinya bisa memunculkan ketidakseimbangan maupun kematangan antara market dengan jumlah special show.
Menurutnya, ada beberapa faktor tinggi rendahnya sebuah special show dari para komika di sebuah wilayah. Pertama adalah jam terbang. Kedua adalah kesiapan infrastruktur di kota tersebut.
“Dalam konteks pelaksanaan event, ruang lingkupnya memang masih belum semasif dan sebesar konser musik. Walaupun dengan potensi yang luar biasa di 2nd dan 3rd tier city tetapi buying power-nya belum sekuat 1st tier city dan dalam pelaksanaan event stand up special secara live masih perlu dikembangkan lebih lanjut,” ucap Daniel kepada Hypeabis.id.
Terkait dengan revenue dari show tunggal, Daniel mengatakan potensinya sekarang ini terus membesar. Komika yang bekerja sama dengannya bahkan bisa mendapatkan kapitalisasi dari berbagai lorong lain.
Dia mengatakan komika dapat menikmati 4 revenue stream sekaligus dari penjualan tiket event, penjualan tiket live streaming untuk menjangkau 2nd dan 3rd tier city, lalu mendapatkan profit sharing dari konten distribusi di Comika.id dan para partner lainnya.
“Di luar itu, kami juga sudah melakukan shifting dari digital download menjadi OTT dan kami ingin menjadi OTT komedi terbesar di Indonesia bahkan di Asia. Sebuah materi akan habis ketika tur di kota terakhir selesai dan dengan adanya Comika.id kami dapat memperpanjang nilai ekonomi walaupun tidak secara masif tetapi secara berkelanjutan. Sehingga para komedian dapat menikmati recurring revenue yang dapat membantu mensustain mereka secara ekonomi sehingga sampai pada special selanjutnya," imbuhnya.
Menurutnya, eksplorasi pengembangan kesenian stand up comedy di Indonesia masihlah sangat besar. Secara umum, genre komedi di Indonesia sudah memiliki fondasi dan DNA yang kuat dalam tatanan entertainment masyarakat Indonesia dari dahulu; dimulai dari ludruk, wayang sampai komedi modern seperti Warkop dan Bagito.
Baca juga: Pentingnya Persona dalam Stand Up Comedy, Bisa Mempertebal Joke & Jadi Ciri Khas
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Acara yang berawal dari pertemuan Ernest Prakasa dan Ryan Adriandy, salah satu peserta Stand Up Comedy Indonesia 1 (SUCI 1), yang kemudian mengajak Raditya Dika, Pandji Pragiwaksono, dan Isman Hidayat Suryaman itu tak hanya sukses digelar pada 2011, tetapi juga jadi salah satu pijakan penting dimulainya popularitas kesenian lawak tunggal di Indonesia.
Tak lama setelah itu pula, lahirlah komunitas Stand Up Indo. Diketuai pertama kali oleh Ernest Prakasa, komunitas ini kemudian terus membesar, menyebar ke berbagai daerah, dan berkembang jadi sebuah kesenian yang memberi warna baru bagi panggung komedi Indonesia.
Baca juga laporan terkait:
Para komika (sebutan pelaku stand up comedy) belakangan tidak hanya piawai dalam melontarkan lelucon tunggal di atas panggung. Selama lebih dari satu dekade terakhir, banyak dari mereka juga mulai merambah dan dikenal karena kepiawaiannya dalam berakting. Lainnya mengembangkan bakatnya jadi penulis skenario, sutradara, bahkan produser.
Stand up Comedy Indonesia benar-benar melebarkan sayap tak hanya sebagai sebuah kesenian, tetapi barangkali juga kawah candradimuka, tempat lahirnya banyak pelaku komedi hebat yang menembus lintas kesenian.
Terbaru, film berjudul Agak Laen yang diproduseri oleh komika, disutradarai oleh komika, dan diperankan oleh komika pula, mampu meraih lebih dari 9 juta penonton. Agak Laen jadi film bergenre komedi terlaris sepanjang masa di Indonesia.
Dengan kesuksesan tersebut, bukan tidak mungkin ke depan makin banyak komika yang melebarkan sayapnya ke industri kesenian lain, terutama film. Tak hanya itu, belakangan mereka juga merambah dunia podcast dan banyak medium lain. Mengapa demikian?
Di balik Ekspansi Komika ke Bidang Kesenian Lain
Alif Rivelino (Sumber foto: Yayus Yuswoprihanto/Bisnis)
Tak hanya dalam bentuk pertunjukan lawak tunggal yang menghibur, komika juga mampu menuangkan kreativitas dan orisinalitas mereka dalam karya lain, termasuk film.
Alif mengatakan setiap komika biasanya akan memiliki show tunggal atau stand up comedy special mereka sendiri. Dalam merancang show tunggal, komika tersebut umumkan akan terlibat dalam proses kreatif di berbagai bidang.“Komika adalah satu industri dalam satu orang,” ucap Alif kepada Hypeabis.id.
“Kami adalah produser dari konsep special show kami sendiri, penulis materi dari stand up kami sendiri, dan aktor dari pertunjukan kami sendiri. Hal tersebut yang mungkin membuat kami mudah untuk melebarkan sayap ke industri lain,” imbuhnya.
Dalam beberapa kasus, bahkan ada komika yang mengedit konten mereka sendiri dan merancang sound untuk digunakan dalam show tunggalnya. Hal-hal seperti inilah yang membuat banyak komika kemudian bisa melebarkan sayapnya ke bidang lain, dari penulis skenario, sutradara, aktor, hingga produser sekali pun.
Baca juga: Bikin Stand Up Comedy Special, Alif Rivelino Ungkap Keresahan Anak Broken Home
Perkembangan Show Tunggal Komika Indonesia
Di luar dari ekspansi para komika ke bidang lain, stand up comedy di Indonesia sebagai sebuah kesenian juga terus mengalami perkembangan sejak mulai populer pada 2011. Sekarang ini, tidak hanya komikanya saja yang makin banyak, dari segi penonton pun juga terus bertambah.Komika dan penonton sudah berada di tahap saling membutuhkan. Komika butuh tampil untuk mengeluarkan karya mereka, penonton pun membutuhkan hiburan komedi yang segar. Hal ini menciptakan iklim yang baik bagi dinamisme skena stand up comedy di Indonesia.
Alif sepakat kalau apresiasi terhadap seni stand up comedy, sekarang ini makin baik. Bahkan, penonton kini makin membutuhkan warna-warna baru dalam komedi. Hal tersebut direspons oleh komika dengan makin bereksplorasi dalam menciptakan materi komedinya.
Belum lama ini, dirinya juga menggelar stand up comedy special berjudul A-Life, yang bercerita tentang perjalanan hidupnya, karier, hingga keluarga. “Sekarang ini sudah banyak sekali pertunjukan stand up comedy dengan berbagai konsep dan genre, membuktikan ekosistemnya masih terus berkembang jauh lebih baik lagi,” kata Alif
Segendang sepenarian, komika Muhammad Naufdi Syawali juga mengatakan hal senada. Geliat komika untuk menggelar special show atau pertunjukan sendiri belakangan makin tumbuh. Terkait dengan jumlahnya, hal itu perlu kajian lebih lanjut. Namun, tentu saja, masih perlu adanya dorongan agar makin banyak lagi komika yang menggelar special show-nya sendiri.
“Special show bagi seorang komika kurang lebih seperti konser bagi musisi. Penting sebagai bagian dari proses tumbuh kembang dan membuka peluang-peluang baru,” terangnya kepada Hypeabis.id.
Pria yang karib disapa Odi tersebut sejauh ini sudah berhasil menggelar dua pertunjukan spesial. Pertama adalah Ceritain Aja Lah pada 2022 dan Ceritain Lagi Lah pada 2023. Dalam menggarap setiap show tersebut, Odi kiranya membutuhkan waktu enam bulan untuk persiapan materinya.
Chief Executive Officer (CEO) Comika Daniel Santoso sepakat kalau perkembangan special show dari para komika memang sudah baik. Dirinya berharap hal ini bisa terus bertumbuh secara sehat, tak terlalu cepat pun tak terlalu lambat.
Sebab, jika terlalu cepat pun sebenarnya tidak baik juga untuk industrinya. Nantinya bisa memunculkan ketidakseimbangan maupun kematangan antara market dengan jumlah special show.
Menurutnya, ada beberapa faktor tinggi rendahnya sebuah special show dari para komika di sebuah wilayah. Pertama adalah jam terbang. Kedua adalah kesiapan infrastruktur di kota tersebut.
“Dalam konteks pelaksanaan event, ruang lingkupnya memang masih belum semasif dan sebesar konser musik. Walaupun dengan potensi yang luar biasa di 2nd dan 3rd tier city tetapi buying power-nya belum sekuat 1st tier city dan dalam pelaksanaan event stand up special secara live masih perlu dikembangkan lebih lanjut,” ucap Daniel kepada Hypeabis.id.
Terkait dengan revenue dari show tunggal, Daniel mengatakan potensinya sekarang ini terus membesar. Komika yang bekerja sama dengannya bahkan bisa mendapatkan kapitalisasi dari berbagai lorong lain.
Dia mengatakan komika dapat menikmati 4 revenue stream sekaligus dari penjualan tiket event, penjualan tiket live streaming untuk menjangkau 2nd dan 3rd tier city, lalu mendapatkan profit sharing dari konten distribusi di Comika.id dan para partner lainnya.
“Di luar itu, kami juga sudah melakukan shifting dari digital download menjadi OTT dan kami ingin menjadi OTT komedi terbesar di Indonesia bahkan di Asia. Sebuah materi akan habis ketika tur di kota terakhir selesai dan dengan adanya Comika.id kami dapat memperpanjang nilai ekonomi walaupun tidak secara masif tetapi secara berkelanjutan. Sehingga para komedian dapat menikmati recurring revenue yang dapat membantu mensustain mereka secara ekonomi sehingga sampai pada special selanjutnya," imbuhnya.
Menurutnya, eksplorasi pengembangan kesenian stand up comedy di Indonesia masihlah sangat besar. Secara umum, genre komedi di Indonesia sudah memiliki fondasi dan DNA yang kuat dalam tatanan entertainment masyarakat Indonesia dari dahulu; dimulai dari ludruk, wayang sampai komedi modern seperti Warkop dan Bagito.
Baca juga: Pentingnya Persona dalam Stand Up Comedy, Bisa Mempertebal Joke & Jadi Ciri Khas
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.