Hypereport: Gaya Lawakan Segar Komedian Muda & Ladang Baru Monetisasi Konten
06 May 2024 |
06:52 WIB
Di tengah menjamurnya sinema horor, film komedi-horor Agak Laen menggebrak pasar pada awal tahun ini. Film garapan Muhadkly Acho itu sukses di bioskop dengan memperoleh 9 juta lebih penonton. Agak Laen langsung melesat menjadi film lokal kedua terlaris sepanjang masa, setelah KKN di Desa Penari dengan 10 juta lebih penonton.
Kesuksesan film Agak Laen setidaknya menjadi salah satu penanda bahwa kebutuhan masyarakat akan konten-konten komedi masih cukup tinggi. Gayung bersambut, dari waktu ke waktu, dunia hiburan Tanah Air tak pernah sepi dari seniman komedian yang piawai mengundang gelak tawa masyarakat.
Baca juga: Hypereport: Komika Makin Mewarnai Panggung Komedi Indonesia
Baca juga: Hypereport: Komika Makin Mewarnai Panggung Komedi Indonesia
Berbagai gaya dan jenis humor serta konten-konten jenaka yang hadir di berbagai platform terus berkembang dan berubah seiring zaman. Namun, satu yang pasti, gelak tawa masyarakat tetap konsisten terjaga hingga saat ini. Mungkin benar adanya, komedi memang tak akan pernah mati.
Menurut Sekretaris Jenderal Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PaSKI) Yasser Fikry, dunia seni komedi Indonesia saat ini makin berkembang. Salah satunya ditandai dengan kemunculan komedian-komedian muda dari berbagai daerah di Tanah Air, tak hanya didominasi dari daerah-daerah di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.
Penanda lainnya adalah masih banyaknya acara komedi di televisi sebagai tontonan yang digemari masyarakat. Menurutnya, televisi masih memegang peranan besar untuk mendorong perkembangan industri seni komedi di Indonesia, serta mengangkat nama-nama komedian baik yang telah senior maupun pendatang baru.
Disusul dengan adanya berbagai platform digital dan media sosial sebagai ruang untuk berkomedi yang bebas bagi komedian. "Komedi enggak akan pernah mati, karena orang-orang tetap butuh itu sebagai vitamin. Publik sepertinya lagi merasa bosan dengan situasi yang ada, dan mereka butuh pelarian. Komedi itu ibarat ventilasi kecil di sebuah ruang penga," katanya kepada Hypeabis.id.
Pria yang juga dikenal sebagai peneliti humor itu menjelaskan dunia seni komedi di Indonesia saat ini juga mengalami transformasi seiring dengan perkembangan zaman. Konten-konten komedi kini hadir di berbagai platform lantaran adanya kebebasan bagi semua orang untuk berkarya. Komedi tak hanya tampil di media mainstream seperti televisi yang cenderung harus menghadapi sejumlah aturan.
"Sekarang orang bisa bikin konten [komedi] cuma 30 detik dan penontonnya bisa sampai puluhan ribu. Artinya ada tingkat kebutuhan sebenarnya. Anak-anak Gen Z kan memang cenderung tidak bisa menikmati video dengan durasi panjang," katanya.
Baca juga: Hypereport: Deretan Tokoh & Grup Lawak Legendaris Indonesia
Baca juga: Hypereport: Deretan Tokoh & Grup Lawak Legendaris Indonesia
Perkembangan hampir serupa juga terjadi di dunia stand up comedy atau melawak tunggal di Tanah Air. Komika atau pelawak tunggal Abdur Arsyad mengatakan jika dibandingkan dengan sekitar tahun 2011, dunia seni melawak tunggal di dalam negeri saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satunya ditandai dengan banyaknya komunitas melawak tunggal di hampir setiap kota di Indonesia.
Penanda lainnya termasuk banyaknya kompetisi melawak tunggal baik yang diadakan oleh televisi ataupun sejumlah brand, serta makin luasnya peluang kerja pelawak tunggal di berbagai sektor industri kreatif lainnya selain di panggung, seperti film, bintang iklan, dan presenter.
Meski begitu, Abdur menilai perkembangan tersebut masih kurang dibarengi dengan keberagaman variasi formasi komedian di Tanah Air. Menurutnya, dunia seni komedi saat ini masih kekurangan regenerasi grup pelawak yang sempat marak pada era 1980-an hingga awal 2000. "Masih ada tapi yang senior-senior, yang muda-mudanya belum kelihatan lagi regenerasinya," katanya.
Seni komedi Indonesia juga tak bisa terlepas dari grup-grup lawak tradisional yang beakar pada seni dan budaya lokal, sebut saja lenong, ketoprak, ludruk, dan sebagainya. Menurut Yasser, eksistensi grup-grup lawak tradisional di Tanah Air kini semakin tergeser lantaran perkembangan zaman.
Seniman-seniman lawak tradisional, kata dia, mesti bisa beradaptasi dengan perkembangan teknologi alih-alih hanya mengandalkan panggilan pertunjukan dari panggung-panggung. Misalnya, memanfaatkan platform media sosial sebagai wadah promosi ataupun berkarya dalam gaya yang lebih adaptif dengan perkembangan zaman tanpa harus melepaskan nilai-nilai seni tradisional itu sendiri.
"Memang harus ada tanggung jawab pemerintah agar grup-grup ini tetap tampil, dan mereka juga harus bertransformasi. Jangan pakai pola berulang, tapi tampil dengan gaya yang lebih kekinian," katanya.
Ragam Materi Komedi
Dari segi isi, Yasser mengatakan konten-konten komedi saat ini juga mengalami perkembangan lantaran makin bebasnya para komedian untuk berekspresi, mulai dari keresahan pribadi, percintaan, mengangkat soal politik hingga membahas isu-isu sensitif. Misalnya, saat ini banyak pelawak tunggal (komika) yang melucu dengan mengungkapkan keresahan-keresahan pribadi mereka. Materi-materi komedi itupun biasanya mudah ditangkap karena lebih relevan dengan audiens.
Hal itu juga diamini oleh Abdur. Dia mengatakan kebanyakan materi komedi yang disampaikan komika saat ini berangkat dari keresahan atau unek-unek pribadi, dengan mengangkat sudut pandang tertentu sehingga bisa relate dengan penonton.
"Jadi ketika penonton terwakili sama materi yang disampaikan, mereka akan bahagia dan tertawa bersama," ujar pria yang juga menjabat sebagai Chief Creative Officer Institut Humor Indonesia Kini (IHIK) itu.
Baca juga: Hypereport: Memetik Inspirasi dari Para Kartini Masa Kini
Baca juga: Hypereport: Memetik Inspirasi dari Para Kartini Masa Kini
Kendati demikian, Yasser melihat perkembangan ragam isi materi komedi itu sejalan dengan makin tingginya tingkat sensitivitas audiens dalam merespons lawakan. Misalnya, komedian yang membawa isu kedaerahan yang bukan merupakan latar belakang etnisnya, biasanya akan rentan mendapatkan sorotan kritis dari audiens.
Bicara soal selera masyarakat akan konten-konten komedi saat ini, Yasser menilai bahwa setiap konten punya pasar tersendiri. Meski tak dipungkiri bahwa materi-materi lawak gelap (dark jokes) kini mendominasi lantaran diminati oleh banyak anak muda. Suka tak suka, kata dia, konten-konten semacam ini ke depannya akan makin berkembang dan diminati oleh audiens.
Abdur juga sepakat bahwa setiap konten komedi memiliki penikmatnya masing-masing. "Apa saja kontennya asalkan seleranya masuk, relate, dan penonton merasa terwakilkan, itu bisa menjadi komedi tersendiri untuk para penikmatnya," ujarnya.
Monetisasi Konten Komedi
Perkembangan teknologi digital dan media sosial memungkinkan komedian saat ini juga memonetisasi konten-konten lawaknya. Terkait hal ini, Yasser menilai potensi konten-konten komedi untuk dimonetisasi saat ini masih sangat besar.
Namun, kata Yasser, keberhasilan monetisasi konten komedi tak hanya bisa ditentukan oleh materi kontennya semata, melainkan dipengaruhi juga oleh algoritma media sosial yang acapkali sulit tertebak.
Abdur juga berpendapat hampir serupa. Menurutnya, potensi konten-konten komedi untuk dimonetisasi sangat besar, lantaran sifat komedi yang lentur dan fleksibel untuk masuk dalam konten apapun.
"Banyak konten yang diinginkan ada komedinya. Jadi brand ataupun campaign-campaign baik itu pemerintah atau swasta, itu biasanya memanfaatkan konten-konten komedi agar pesan-pesannya lebih tersampaikan," ucapnya.
Regenerasi & Tantangan Dunia Komedi
Sementara itu, bicara soal regenerasi komedian di Indonesia, Yasser mengatakan hal itu baru berjalan pada kalangan komika alias pelawak tunggal dengan adanya kompetisi rutinan seperti Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) dan Stand Up Comedy Academy (SUCA). Sementara untuk grup-grup komedi cenderung belum mengalami regenerasi lantaran ketiadaan media yang memfasilitasi hal tersebut.
"Memang harus diinisiasi dari media-media arus utama [televisi] yang bikin itu," ujarnya.
Yasser menjelaskan sebagai salah satu upaya mendorong regenerasi komedian di Indonesia, PaSKI membuat program PaSKI Academy yang rencananya bakal dibuat secara serentak di berbagai daerah di Indonesia. "Jadi memang mesti diinisiasi untuk dibuat, supaya kita bisa memunculkan talenta-talenta baru di daerah," ucapnya.
Di tengah perkembangannya, dunia seni komedi Indonesia juga tak terlepas dari sejumlah tantangan. Utamanya adalah pemahaman publik yang dinilai masih belum bisa sepenuhnya menerima materi-materi komedi gelap (dark jokes) ataupun yang isinya agak tajam dan sensitif. Oleh karena itu, meski memiliki kebebasan dalam berekspresi, penting juga bagi komedian untuk mampu menyampaikan materi lelucon yang tepat situasi dan sasaran penonton.
"Penonton komedi itu juga harus punya bakat. Karena kalau enggak punya bakat, kalian akan nanya lucunya di mana atau kenapa saya harus ketawa," katanya.
Hambatan ini juga diakui oleh Abdur. Menurutnya, penyampaian komedi selalu membutuhkan objek sebagai bahan tertawaan entah itu benda hidup ataupun mati. Namun, acapkali, objek komedi itu dibarengi dengan aturan atau batasan sehingga rentan munculnya ketidakterimaan atau ketersinggungan.
Tantangan lainnya yakni masih belum adanya perlindungan hak cipta atas kepemilikan karya lawakan (jokes) yang dapat menjadi bentuk apresiasi terhadap kreativitas komedian. "Tapi yang penting adalah bagaimana menjaga komedi itu tetap aman, tidak menyinggung orang dan melanggar peraturan. Jadi bagaimana di dalam ruang terbatas itu, komedi tetap bisa diciptakan," katanya.
Menurut Abdur, ke depan, dunia seni komedi di Indonesia sudah semestinya kembali diramaikan dengan kehadiran grup-grup lawak, alih-alih terus dipenuhi oleh pelawak tunggal (komika). "Mungkin suatu saat ada rasa kebosanan orang menikmati stand up comedy, jadi kemudian menjadi peluang besar untuk grup-grup lawak akan muncul kembali dan menjadi tontonan yang menarik lagi," tuturnya.
Sementara menurut Yasser, ke depan, dunia seni komedi di dalam negeri akan terus diramaikan oleh kemunculan komedian-komedian dengan gaya dan materi yang out of the box alias tak biasa. Dia mencontohkan salah satunya seperti komika Indra Frimawan yang dikenal karena materinya yang mindblowing dan absurd.
"Jangan-jangan ke depan akan banyak Indra Frimawan baru yang muncul dengan konsep seperti itu, dan hanya orang-orang yang berpikir dengan rigid yang bisa memahami itu," katanya.
Baca juga: Hypereport: Memberi Nilai Bagi Banyak Orang Lewat Seni Rupa
Baca juga: Hypereport: Memberi Nilai Bagi Banyak Orang Lewat Seni Rupa
Dia juga menambahkan di tengah dunia seni komedi yang terus berkembang, para komedian harus bisa memberikan terobosan-terobosan baru untuk mempertahankan eksistensinya. Termasuk, untuk tetap menghadirkan acara komedi panggung konvensional agar membangun interaksi serta koneksi secara langsung dengan penonton.
"Saran saya, untuk komika, komedian, pelawak siapapun itu, tolong jangan tinggalkan panggung. Karena itu adalah komedi sesungguhnya, ketika kalian bisa berinteraksi dengan penonton secara langsung," tambahnya.
Editor: Fajar Sidik
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.