Membangkitkan Kembali Kelompok Lawak di Dalam Negeri
11 July 2023 |
07:38 WIB
Ngelaba, ayo kita ngelaba. Ngelaba, ngerumpi lewat banyolan. Gembira, bersama-sama. Bait tersebut adalah kutipan lagu dalam program Ngelaba yang diisi oleh grup lawak Patrio yang terdiri dari Parto, Eko, dan Akri. Bagi para generasi 1990an, program ini pasti tidak asing dan selalu ditunggu-tunggu ketika ditayangkan oleh salah satu televisi swasta nasional.
Ngelaba tidak sendirian, tercatat sejumlah program lawak yang diisi oleh grup lawak juga dapat disaksikan oleh pemirsa di dalam negeri. Kini, program-program yang dimiliki oleh satu grup lawak tidak ada lagi meskipun program melucu masih ada secara berkelompok.
Namun, mereka yang menjadi bagian dalam acara tersebut bukan dari kelompok lawak tertentu. Tidak hanya itu, pada saat ini, televisi juga lebih sering menampilkan komedi individu atau stand up comedy.
Baca juga: Srimulat: Hil yang Mustahal, Film yang Kisahkan Grup Lawak Legendaris
Jarwo Kwat, Ketua Umum Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PaSKI) Pusat, mengatakan bahwa eksistensi grup lawak saat ini memang sedang meredup. Walaupun ada beberapa komedian mencoba untuk tampil secara grup, tetapi tidak sesemarak pada tahun-tahun lalu.
Saat ini, tidak bisa dipungkiri, belum ada regenerasi grup lawak di dalam tanah air. Grup-grup lawak yang ada adalah para senior yang sudah ada sejak lama. Mereka yang masih aktif pun tidak lagi eksis di televisi nasional sebagai sebuah grup.
Para grup pelawak senior yang tampil perorangan bukan enggan tampil bersama dengan anggota lainnya. Namun, lebih karena televisi tidak berani menampilkannya sebagai satu kesatuan grup. “Bukan grupnya enggak mau tampil bareng,” katanya kepada Hypeabis.id.
Orang-orang televisi lebih suka “mengambil” orang per orangan di dalam grup yang dianggap lucu. Padahal, kelucuan yang ditampilkan oleh individu dalam sebuah grup lawak dapat terjadi lantaran terdapat peran orang lain sebagai pemancing atau leader dalam grup.
Grup lawak juga memiliki keunggulan lain yang akan menguntungkan televisi lantaran lebih mudah dalam membentuk chemistry. Mereka yang kerap mengolah bahan lawakan secara bersama membuat satu sama lain memiliki kepekaan dalam menimpali candaan lawan mainnya.
“Yang terjadi sekarang adalah program program komedi yang pemainnya bukan komedian, sehingga sulit membentuk chemistry dan peka terhadap lemparan jokes yang dilakukan lawan main,” ujarnya.
Ketiadaan grup lawak di televisi pada saat ini berdampak terhadap absennya contoh atau rujukan bagi banyak orang untuk mengetahui melawak grup seperti apa. Jadi, penting untuk membangkitkan kembali grup lawak, sehingga orang dapat mengerti seperti apa grup lawak, cara mengolah materi, timing bercanda, dan sebagainya.
Dia menyayangkan candaan yang keluar dari para pengisi program komedi kerap berupa perundungan atau bullying pada saat ini. Kondisi itu dapat terjadi lantaran pengisinya bukan komedian.
“Jokes yang keluar ya cuma ceng-cengan, bullying, tebak-tebakan, Jokes yang instan yang di-setup sendiri dan di-punchline sendiri karena kalau dilempar buat dipancing, lawan main enggak peka, enggak jadi jokes-nya,” paparnya.
Lebih dari itu, kebangkitan grup lawak juga menjadi perlu di dalam negeri lantaran penampilannya kental dengan ciri keindonesiaan, kegotongroyongan, kebhinekaan yang tunggal ika, dan sebagainya.
Dia mengakui bahwa melahirkan grup- grup lawak yang handal perlu proses yang tidak instan dan dukungan berbagai pihak. Menurutnya, asosiasi berkomitmen untuk itu.
Sebagai salah satu caranya adalah dengan menyelengarakan pagelaran Komedi Total: Bambang Merah Bambang Putih di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada 21 Juli 2023. Pertunjukan ini merupakan apresiasi terhadap seniman komedi Indonesia yang telah membangun dunia candaan di dalam negeri sejak dahulu.
Selain itu, pertunjukan ini juga diharapkan dapat menjadi momentum untuk membangkitkan kembali grup lawak di tengah masyarakat yang haus hiburan. Pertunjukan komedi yang akan terselenggara dalam 10 hari lagi akan menampilkan aksi para grup pelawak dengan komika terkemuka yang sedang naik daun.
Dalam sebuah wawancara kepada Bisnis Indonesia, Chief Creative Officer (CCO) IHIK3 Yasser Fikry memiliki keyakinan kelompok komedi akan kembali berjaya seperti dahulu. Hanya saja, dia tidak tahu waktu pastinya.
Keyakinan itu berdasarkan sejumlah kondisi yang terjadi di lapangan, seperti terdapat komedian stand up yang tidak lagi tampil sendiran ketika menghibur para penonton. Mereka terlihat lebih santai dan hidup ketika melakukan pertunjukan bersama dengan komedian lainnya.
Selain itu, sejumlah anggota kelompok komedi juga memiliki kerinduan untuk melakukan pertunjukan bersama-sama sebagai satu kesatuan. Namun, fasilitas untuk tampil tidak ada.
Pelawak Dedy Gumelar atau yang kerap disapa Miing – dalam sebuah wawancara kepada Bisnis Indonesia – menilai fasilitas untuk tampil diperlukan oleh para kelompok lawak agar membuat mereka kembali bersinar.
Peran sejumlah pihak harus mengulurkan tangannya untuk membuat kegiatan kesenian seperti lomba yang dapat menghadirkan bibit baru grup lawak atau memberikan kesempatan kepada grup lawak yang masih eksis.
Baca juga: Profil Ogud Tom Tam, Kiprah Sang Pelawak Legendaris di Industri Hiburan Indonesia
Grup lawak yang masih ada memang tidak lagi berusia muda. Namun, mereka mampu menghasilkan lawakan-lawakan yang tidak kalah dengan generasi muda. Pengalaman dan kekayaan materi menjadi kekuatannya.
Kelompok candaan juga bisa memproduksi konten untuk diunggah di platform dgital. Hanya saja, produksi itu membutuhkan modal yang tidak kecil dan perlu waktu guna mendapatkan pendapatan dari iklan.
Editor: Fajar Sidik
Ngelaba tidak sendirian, tercatat sejumlah program lawak yang diisi oleh grup lawak juga dapat disaksikan oleh pemirsa di dalam negeri. Kini, program-program yang dimiliki oleh satu grup lawak tidak ada lagi meskipun program melucu masih ada secara berkelompok.
Namun, mereka yang menjadi bagian dalam acara tersebut bukan dari kelompok lawak tertentu. Tidak hanya itu, pada saat ini, televisi juga lebih sering menampilkan komedi individu atau stand up comedy.
Baca juga: Srimulat: Hil yang Mustahal, Film yang Kisahkan Grup Lawak Legendaris
Jarwo Kwat, Ketua Umum Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PaSKI) Pusat, mengatakan bahwa eksistensi grup lawak saat ini memang sedang meredup. Walaupun ada beberapa komedian mencoba untuk tampil secara grup, tetapi tidak sesemarak pada tahun-tahun lalu.
Saat ini, tidak bisa dipungkiri, belum ada regenerasi grup lawak di dalam tanah air. Grup-grup lawak yang ada adalah para senior yang sudah ada sejak lama. Mereka yang masih aktif pun tidak lagi eksis di televisi nasional sebagai sebuah grup.
Para grup pelawak senior yang tampil perorangan bukan enggan tampil bersama dengan anggota lainnya. Namun, lebih karena televisi tidak berani menampilkannya sebagai satu kesatuan grup. “Bukan grupnya enggak mau tampil bareng,” katanya kepada Hypeabis.id.
Orang-orang televisi lebih suka “mengambil” orang per orangan di dalam grup yang dianggap lucu. Padahal, kelucuan yang ditampilkan oleh individu dalam sebuah grup lawak dapat terjadi lantaran terdapat peran orang lain sebagai pemancing atau leader dalam grup.
Grup lawak juga memiliki keunggulan lain yang akan menguntungkan televisi lantaran lebih mudah dalam membentuk chemistry. Mereka yang kerap mengolah bahan lawakan secara bersama membuat satu sama lain memiliki kepekaan dalam menimpali candaan lawan mainnya.
“Yang terjadi sekarang adalah program program komedi yang pemainnya bukan komedian, sehingga sulit membentuk chemistry dan peka terhadap lemparan jokes yang dilakukan lawan main,” ujarnya.
Ketiadaan grup lawak di televisi pada saat ini berdampak terhadap absennya contoh atau rujukan bagi banyak orang untuk mengetahui melawak grup seperti apa. Jadi, penting untuk membangkitkan kembali grup lawak, sehingga orang dapat mengerti seperti apa grup lawak, cara mengolah materi, timing bercanda, dan sebagainya.
Dia menyayangkan candaan yang keluar dari para pengisi program komedi kerap berupa perundungan atau bullying pada saat ini. Kondisi itu dapat terjadi lantaran pengisinya bukan komedian.
“Jokes yang keluar ya cuma ceng-cengan, bullying, tebak-tebakan, Jokes yang instan yang di-setup sendiri dan di-punchline sendiri karena kalau dilempar buat dipancing, lawan main enggak peka, enggak jadi jokes-nya,” paparnya.
Lebih dari itu, kebangkitan grup lawak juga menjadi perlu di dalam negeri lantaran penampilannya kental dengan ciri keindonesiaan, kegotongroyongan, kebhinekaan yang tunggal ika, dan sebagainya.
Dia mengakui bahwa melahirkan grup- grup lawak yang handal perlu proses yang tidak instan dan dukungan berbagai pihak. Menurutnya, asosiasi berkomitmen untuk itu.
Sebagai salah satu caranya adalah dengan menyelengarakan pagelaran Komedi Total: Bambang Merah Bambang Putih di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada 21 Juli 2023. Pertunjukan ini merupakan apresiasi terhadap seniman komedi Indonesia yang telah membangun dunia candaan di dalam negeri sejak dahulu.
Selain itu, pertunjukan ini juga diharapkan dapat menjadi momentum untuk membangkitkan kembali grup lawak di tengah masyarakat yang haus hiburan. Pertunjukan komedi yang akan terselenggara dalam 10 hari lagi akan menampilkan aksi para grup pelawak dengan komika terkemuka yang sedang naik daun.
Dalam sebuah wawancara kepada Bisnis Indonesia, Chief Creative Officer (CCO) IHIK3 Yasser Fikry memiliki keyakinan kelompok komedi akan kembali berjaya seperti dahulu. Hanya saja, dia tidak tahu waktu pastinya.
Keyakinan itu berdasarkan sejumlah kondisi yang terjadi di lapangan, seperti terdapat komedian stand up yang tidak lagi tampil sendiran ketika menghibur para penonton. Mereka terlihat lebih santai dan hidup ketika melakukan pertunjukan bersama dengan komedian lainnya.
Selain itu, sejumlah anggota kelompok komedi juga memiliki kerinduan untuk melakukan pertunjukan bersama-sama sebagai satu kesatuan. Namun, fasilitas untuk tampil tidak ada.
Pelawak Dedy Gumelar atau yang kerap disapa Miing – dalam sebuah wawancara kepada Bisnis Indonesia – menilai fasilitas untuk tampil diperlukan oleh para kelompok lawak agar membuat mereka kembali bersinar.
Peran sejumlah pihak harus mengulurkan tangannya untuk membuat kegiatan kesenian seperti lomba yang dapat menghadirkan bibit baru grup lawak atau memberikan kesempatan kepada grup lawak yang masih eksis.
Baca juga: Profil Ogud Tom Tam, Kiprah Sang Pelawak Legendaris di Industri Hiburan Indonesia
Grup lawak yang masih ada memang tidak lagi berusia muda. Namun, mereka mampu menghasilkan lawakan-lawakan yang tidak kalah dengan generasi muda. Pengalaman dan kekayaan materi menjadi kekuatannya.
Kelompok candaan juga bisa memproduksi konten untuk diunggah di platform dgital. Hanya saja, produksi itu membutuhkan modal yang tidak kecil dan perlu waktu guna mendapatkan pendapatan dari iklan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.