Para pemain dalam film komedi Agak Laen (Sumber gambar: Siaran pers)

Hypereport: Ramuan Humor Segar yang Bikin Film Komedi Enggak Ada Matinya

06 May 2024   |   13:52 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Komedi menjadi salah satu konten yang tidak akan pernah padam dI industri perfilman dalam negeri. Ceritanya yang mampu menghibur dan membuat para penonton tertawa riang membuat film komedi selalu memiliki tempat di hati masyarakat, terlebih komunitas pencinta film nasional kian meluas.  

Di tengah 'gempuran' film horor dan film impor, Agak Laen garapan sutradara Muhadkly Acho mampu mencuri perhatian yang menawarkan tontonan segar bagi sinefila lokal. Tidak hanya itu, konten komedi dalam film tersebut juga mampu mengantarnya menjadi film paling laris nomor dua di dalam negeri.

Agak Laen berhasil meraih lebih dari 9 juta penonton setelah tayang selama sebulan lebih di bioskop pada Februari-Maret 2024. Agak Laen sebetulnya bukan film komedi pertama yang pernah menjadi salah satu film paling laris di Indonesia.

Baca juga: Hypereport: Gaya Lawakan Segar Komedian Muda & Ladang Baru Monetisasi Konten

Contoh karya lainnya adalah Warkop DKI Reborn: Jangkrik Bos part 1. Karya komedi dari sutradara Anggy Umbara pada 2016 itu berhasil mendapatkan lebih dari 6 juta penonton. Selain itu, sejumlah film komedi juga tercatat mampu mencetak box office dengan meraih jutaan penonton.

Pengamat film Hikmat Darmawan mengungkapkan bahwa tinggi minat masyarakat terhadap film komedi Indonesia tidak dapat dilepaskan dari kepercayaan pasar Indonesia terhadap film nasional yang juga cukup kuat.

Trust pasar Indonesia terhadap film yang dibuat oleh sineas dalam negeri sudah terlihat dalam sebuah riset dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 2019. Riset itu menunjukkan bahwa individu dengan usia produktif lebih memilih film nasional.

Mereka lebih memilih film Indonesia dibandingkan dengan film dari luar negeri, kecuali film besar seperti Marvel. Selain itu, karya komedi merupakan yang paling aman dari sisi ekonomi, selain melodrama dan juga horor.

Selain itu, bagi produser film Agak Laen Dipa Andhika Nurprasetyo, alasan lain tingginya minat masyarakat Indonesia terhadap film komedi adalah rasa rindu yang dimiliki oleh masyarakat akan karya yang dapat mengundang tawa tersebut.

Mereka dinilai kangen dengan film-film komedi yang pernah tayang dan pernah tersaji hampir setiap bulan di Indonesia pada era 1980-an dan 1990-an. “Baik dari Warkop [DKI], Jayakarta Grup, Srimulat, ataupun Bing Slamet,” ujarnya.

Tidak hanya itu, tingginya minat masyarakat terhadap film komedi pada saat ini juga tidak dapat dilepaskan dari karya yang disaji. Saat memproduksi film, para sineas lokal tidak lagi berpikir sekadar untuk membuat penonton tertawa.

Mereka menyajikan kekuatan cerita dan production value dari film itu sendiri. Menurutnya, semua itu dilakukan guna memenuhi permintaan pasar yang sudah cukup pintar dalam memilih karya komedi untuk menjadi tontonannya.

Dengan demikian, film komedi tidak bisa lagi dipandang sebelah mata sebagai film yang diproduksi dengan biaya rendah. Karya komedi juga terbukti bisa bersaing dengan film lainnya. “Maka dari itu, standar pembuatan film komedi saat ini juga berbeda,” ujarnya.

Meskipun begitu, Dipa dan Hikmat memiliki pandangan yang sama tentang rumusan film yang laku di pasar. Bagi mereka berdua, tidak ada cara pasti pembuatan film yang akan menghasilkan karya sukses.

Baca juga: Hypereport: Komika Makin Mewarnai Panggung Komedi Indonesia

Dipa menuturkan bahwa sampai saat ini sulit untuk mengetahui bagaimana film bisa dikatakan sukses, apalagi jika ditanyakan cara membuat film yang laku di pasar.

“Lain cerita jika ingin membuat film bagus, mungkin masih bisa dicapai dengan mempersiapkan dengan matang. Sementara formula film sukses itu kan sama dengan laku [di pasar], bahkan di Hollywood pun tidak ada formulanya,” ujarnya.

Meskipun begitu, bagi Imajinari, film sukses adalah karya yang dapat diterima dengan baik di masyarakat, memiliki cerita yang relate, dan membuat mereka ingin kembali ke bioskop dengan membawa teman dan keluarga.

“Penting dalam membuat sebuah film tanpa didasari rasa terburu-buru. Jadi, untuk mendapatkan cerita yang solid salah satu yang dibutuhkan adalah waktu dan yang tidak kalah penting adalah relatebility dengan masyarakat itu sendiri, yang membuat penonton akan merasa jadi bagian dari film itu,” ujarnya.


Konsultan Komedi

Dalam membuat sebuah film, Dipa mengungkapkan bahwa dia percaya bahwa kehadiran comedy consultant dapat berperan penting dalam sebuah film sejak mendampingi Ernest Prakasa pertama kali membuat karya berjudul Ngenest.

Menurutnya, tugas konsultan itu bukan semata-mata membuat sebuah film menjadi lucu, tetapi juga menjadi mata kedua dari seorang sutradara. Konsultan komedi bisa lebih memiliki pandangan secara luas atau helicopter view yang melihat dari segala sudut dan orang awam untuk mengetahui komedi dari skrip tersebut sudah tepat atau belum.

Jadi, pada saat sutradara memastikan hal teknis aman, konsultan komedi membantu juga untuk hal nonteknis yang membuat sebuah komedi bisa menjadi maksimal. “Comedy consultant akan jauh lebih baik jika diikutsertakan sejak awal, lalu mengikuti proses reading, hingga proses shooting,” ujarnya.

Baca juga: Hypereport: Deretan Tokoh & Grup Lawak Legendaris Indonesia

Selain itu, penentuan aktor yang terlibat dalam sebuah karya film, terkadang tidak harus selalu memiliki nama besar, banyak followers di media sosial, dan sudah memainkan banyak film. Namun, aktor yang terlihat harus sesuai dengan kebutuhan naskah dan bisa membawakan peran komedi dengan baik.

Dia menekankan bahwa proses test screening menjadi bagian penting dan tidak boleh dilewatkan oleh para sineas sebelum membuat sebuah karya.

Dalam menentukan konten komedi yang akan diangkat menjadi sebuah film, kekuatan cerita masih menjadi yang utama bagi Imajinari. “Maka dari itu, kami memilih untuk menyiapkan cerita lebih matang sebelum memastikan cerita tersebut siap diproduksi,” ujarnya.


Ragam Konten Komedi

Konten komedi dalam perfilman Indonesia memiliki sejarah panjang dan beragam sebelum akhirnya sampai pada stand-up comedy dan komika sebagai penggeraknya pada tahun ini.

Hikmat menuturkan bahwa jenis komedi dalam perfilman Indonesia memiliki jenis yang berbeda dalam penyajiannya dan kerap dipadukan dengan konten lainnya. Pada 1970-an-1980-an, film komedi kental dengan konten yang memadukan antara unsur koboi dengan komedi Betawi dalam film Benyamin Koboi Insaf.

Selain itu, ada juga konten komedi yang berpadu dengan horor atau yang biasa disebut dengan horor komedi, serta ada juga juga drama komedi. Ragam konten komedi tersebut memiliki sumber dari tradisi modern atau teater modern hingga sastra modern.

Salah satu contohnya adalah karya dari Asrul Sani yang menghasilkan film Kejarlah Daku Kau Kutangkap. Tidak hanya itu, sejumlah film komedi yang disajikan sineas lokal juga ada yang mengusung realisme sosialis yang lebih dekat dengan satire.

Contoh film komedi yang sosialis itu seperti dalam film-film karya Sumandjaja, terutama Si Doel Anak Modern. Karya tersebut memiliki pesan sosial yang sangat tinggi berupa satire untuk menggambarkan kritik sosial. Film komedi satire lainnya adalah Inem Pelayan Seksi dari sutradara Nya’ Abbas Akup yang memiliki konten sangat asli Indonesia.

Sementara itu, pada 1980an terdapat Warkop DKI yang salah satu karyanya berjudul Pintar-Pintar Bodoh. Konten komedi yang disuguhkan dalam film itu sangat khas mahasiswa. Kritik yang tersaji mencoba menyentil keberadaan kaum terpelajar, tapi tidak bermanfaat bagi masyarakat.

Sementara pada tahun ini, stand-up comedy dengan komikanya menjadi driven film-film yang menyuguhkan humor. Komedi stand-up yang berasal dari Amerika Serikat ini lebih kepada observasional komedi.

Dalam komedi tersebut, para senimannya mengamati gejala sosial di masyarakat. Setelah itu, sineas memproduksinya menjadi jenis-jenis humor yang kerap menghasilkan celetukan spontan, yang tidak hanya mengandalkan adegan lucu.

“Kalau stand-up comedy kan obervasi, terus dirumuskan jadi cerita yang harus ringkas dan ada punch line setiap habis kalimat,” ujarnya.

Baca juga: Hypereport: Memberi Nilai Bagi Banyak Orang Lewat Seni Rupa

Dia mengungkapkan bahwa letupan humor dalam konten komedi stand-up berada di celetukannya. Meskipun dalam film komedi yang lain celetukan itu ada, tetapi kerap berbeda lantaran merupakan sesuatu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan di depan mata.

Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari jika dipikir ternyata aneh. Sementara itu, konten komedi yang kerap disajikan seperti dalam film Warkop DKI adalah kejadian yang biasanya absurd dan menjadi sumber kelucuan.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Fitur Lirik Spotify Tak Lagi Gratis, Pengguna Harus Berlangganan

BERIKUTNYA

Road to Pagelaran Sabang Merauke, 50 Penari Lintas Daerah Siap Unjuk Gigi di The Audition

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: