5 Film Nasional Hasil Restorasi Kemendikbudristek, dari Darah & Doa hingga Dr Samsi
20 December 2023 |
14:30 WIB
Setelah sempat tersendat akibat pandemi Covid-19, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali meluncurkan film hasil restorasi pada 2023. Tahun ini, film yang berhasil direstorasi berjudul Dr Samsi karya Ratna Asmara.
Program restorasi film dari Kemendikbudristek telah berlangsung sejak 2013. Dalam rentang satu dekade ini, setidaknya ada lima film yang telah berhasil direstorasi dan dirilis kembali ke publik. Kini, sejumlah film tersebut bisa ditonton di platform Indonesiana TV.
Baca juga: Kemendikbudristek Restorasi Film Dr Samsi (1952) karya Sutradara Ratna Asmara, Begini Cara Nontonnya
Pamong Budaya Ahli Muda Bidang Perfilman Kemendikbudristek mengatakan bahwa restorasi film membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sebelum memulai restorasi, terdapat beberapa kriteria dari hasil pemetaan dan pendataan yang mesti terpenuhi terlebih dahulu.
Dalam hasil pemetaannya, pihaknya menyadari bahwa ada banyak film-film lawas produksi sineas Indonesia yang sudah dalam kondisi genting. Namun, tidak semua film dalam kondisi siap untuk dilakukan proses restorasi.
Dalam artian, ada beberapa film yang mungkin saja ditemuhkan dala kondisi tidak lengkap. Hal ini tentu perlu dilakukan pendataan kembali untuk menemukan sisa yang hilang. Hal ini yang membutuhkan waktu. “Bukan film tersebut tidak bisa direstorasi, mungkin saja bisa dipaksakan, tetapi hasilnya tidak akan memuaskan,” ucap Panji di Jakarta, Selasa (20/12).
Disinggung soal target, Panji menyebut pihaknya tentu memiliki goal. Mengingat, negara memang harus hadir dalam upaya penyelamatan film, kebudayaan, dan artefak bangsa ini.
Namun, sejumlah tantangan memang kerap ditemui di lapangan. Termasuk soal proses restorasi film yang dikerjakan oleh pemerintah hanya untuk satu tahun yang sama, sehingga prosesnya tidak bisa lewat atau tahun atau bersifat multi-years.
Kendati demikian, sejumlah film telah berhasil diselamatkan oleh Kemendikbudristek. Berikut adalah lima film yang sukses direstorasi:
Darah dan Doa adalah film karya Usmar Ismail. Dia adalah sutradara yang namanya tak akan pernah bisa dipisahkan dari sejarah sinema nasional. Hari pertama pengambilan film Darah dan Doa, yakni 30 Maret 1950, bahkan ditetapkan sebagai Hari Film Nasional.
Diproduksi pada 1950, film ini berhasil direstorasi oleh Kemendikbud pada 2013. Film ini bercerita tentang perjalanan pulang TNI Divisi Siliwangi dan keluarganya dari Yogyakarta ke Jawa Barat. Film ini mencoba menggambarkan ketegangan dan ancaman serangan Belanda di tengah proses kepulangan tersebut.
Pagar Kawat Berduri adalah film yang bercerita tentang pejuang Indonesia yang sedang ditawan Belanda. Salah seorang pejuang bernama Parman dicurigai sedang bersekongkol dengan salah satu orang Belanda. Namun, ketika mereka telah akrab, sebuah kejutan besar justru terjadi.
Pagar Kawat Berduri merupakan film karya Asrul Sani. Film yang diproduksi pada 1961 ini berhasil direstorasi pada 2017. Kini, masyarakat bisa menonton salah satu film penting dalam perkembangan sinema pada awal-awal kemerdekaan.
Bintang Ketcjil menjadi film ketiga yang direstorasi Kemendikbud pada 2018. Film karya Wim Umboh dan Misbach Jusa Biran ini pertama kali dirilis pada 1863. Bukan hanya persoalan umur film yang sudah lama, film ini juga punya nilai penting bagi Indonesia.
Sebab, Bintang Ketcjil berhasil memotret kondisi sosial masyarakat Indonesia pada masa itu. Selain itu, film ini juga banyak menganding nilai-nilai yang masih revelan hingga saat ini.
Pada 2019, Pusbangfilm Kemendikbud berhasil merestorasi film berjudul Kereta Api Terakhir. Film ini diadaptasi dari novel Kereta Api Terakhir ke Jogjakarta: Roman Revolusi '45 karya Pandir Kelana. Film karya Soemodimedjo ini diproduksi pada 1981 oleh Perusahaan Produksi Film Negara. Dia adalah sutradara penting dalam perjalanan sinema nasional. Kereta Api Terakhir menjadi salah satu karya fenomenal dari sang sutradara. Berkat film ini dan film-filmnya yang lain, Mochtar Soemodimedjo juga mendapatkan penghargaan Lifetime Achievement FFI 2006.
Film Dr Samsi karya Ratna Asmara berhasil direstorasi pada 2023. Sebelum direstorasi, film yang dirilis pada 1952 ini tersimpan di Sinematek Indonesia dengan kondisi yang nyaris pundah dan lengkap.
Hal ini yang mendorong proses restorasi sangat perlu dilakukan. Film yang tadinya bermateri seluloid 35mm ini kemudian dibuah menjadi format digital. Kini film dari sutradara perempuan pertama Indonesia bisa dinikmati lagi oleh publik.
Film Dr Samsi bercerita tentang perjalanan emosional seorang bernama Dr Samsi yang merawat anak hasil hubungan gelapnya dengan perempuan bernama Sukaesih. Anak tersebut diberi nama Sugiat. Ketika dia tumbuh dewasa, Sugiat menjadi seorang pengacara dan tak sengaja membantu ibu kandungnya sendiri tanpa sepengetahuan dirinya.
Baca juga: Melihat Lebih Dekat Proses dan Hasil Restorasi Film Dr Samsi karya Ratna Asmara
Editor: Dika Irawan
Program restorasi film dari Kemendikbudristek telah berlangsung sejak 2013. Dalam rentang satu dekade ini, setidaknya ada lima film yang telah berhasil direstorasi dan dirilis kembali ke publik. Kini, sejumlah film tersebut bisa ditonton di platform Indonesiana TV.
Baca juga: Kemendikbudristek Restorasi Film Dr Samsi (1952) karya Sutradara Ratna Asmara, Begini Cara Nontonnya
Pamong Budaya Ahli Muda Bidang Perfilman Kemendikbudristek mengatakan bahwa restorasi film membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sebelum memulai restorasi, terdapat beberapa kriteria dari hasil pemetaan dan pendataan yang mesti terpenuhi terlebih dahulu.
Dalam hasil pemetaannya, pihaknya menyadari bahwa ada banyak film-film lawas produksi sineas Indonesia yang sudah dalam kondisi genting. Namun, tidak semua film dalam kondisi siap untuk dilakukan proses restorasi.
Dalam artian, ada beberapa film yang mungkin saja ditemuhkan dala kondisi tidak lengkap. Hal ini tentu perlu dilakukan pendataan kembali untuk menemukan sisa yang hilang. Hal ini yang membutuhkan waktu. “Bukan film tersebut tidak bisa direstorasi, mungkin saja bisa dipaksakan, tetapi hasilnya tidak akan memuaskan,” ucap Panji di Jakarta, Selasa (20/12).
Disinggung soal target, Panji menyebut pihaknya tentu memiliki goal. Mengingat, negara memang harus hadir dalam upaya penyelamatan film, kebudayaan, dan artefak bangsa ini.
Namun, sejumlah tantangan memang kerap ditemui di lapangan. Termasuk soal proses restorasi film yang dikerjakan oleh pemerintah hanya untuk satu tahun yang sama, sehingga prosesnya tidak bisa lewat atau tahun atau bersifat multi-years.
Kendati demikian, sejumlah film telah berhasil diselamatkan oleh Kemendikbudristek. Berikut adalah lima film yang sukses direstorasi:
1. Darah dan Doa (The Long March) karya Usmar Ismail
Darah dan Doa adalah film karya Usmar Ismail. Dia adalah sutradara yang namanya tak akan pernah bisa dipisahkan dari sejarah sinema nasional. Hari pertama pengambilan film Darah dan Doa, yakni 30 Maret 1950, bahkan ditetapkan sebagai Hari Film Nasional.
Diproduksi pada 1950, film ini berhasil direstorasi oleh Kemendikbud pada 2013. Film ini bercerita tentang perjalanan pulang TNI Divisi Siliwangi dan keluarganya dari Yogyakarta ke Jawa Barat. Film ini mencoba menggambarkan ketegangan dan ancaman serangan Belanda di tengah proses kepulangan tersebut.
2. Pagar Kawat Berduri karya Asrul Sani
Pagar Kawat Berduri adalah film yang bercerita tentang pejuang Indonesia yang sedang ditawan Belanda. Salah seorang pejuang bernama Parman dicurigai sedang bersekongkol dengan salah satu orang Belanda. Namun, ketika mereka telah akrab, sebuah kejutan besar justru terjadi.
Pagar Kawat Berduri merupakan film karya Asrul Sani. Film yang diproduksi pada 1961 ini berhasil direstorasi pada 2017. Kini, masyarakat bisa menonton salah satu film penting dalam perkembangan sinema pada awal-awal kemerdekaan.
3. Bintang Ketjil, karya Wim Umboh dan Misbach Yusa Biran
Bintang Ketcjil menjadi film ketiga yang direstorasi Kemendikbud pada 2018. Film karya Wim Umboh dan Misbach Jusa Biran ini pertama kali dirilis pada 1863. Bukan hanya persoalan umur film yang sudah lama, film ini juga punya nilai penting bagi Indonesia.
Sebab, Bintang Ketcjil berhasil memotret kondisi sosial masyarakat Indonesia pada masa itu. Selain itu, film ini juga banyak menganding nilai-nilai yang masih revelan hingga saat ini.
4. Kereta Api Terakhir karya Mochtar Soemodimedjo
Pada 2019, Pusbangfilm Kemendikbud berhasil merestorasi film berjudul Kereta Api Terakhir. Film ini diadaptasi dari novel Kereta Api Terakhir ke Jogjakarta: Roman Revolusi '45 karya Pandir Kelana. Film karya Soemodimedjo ini diproduksi pada 1981 oleh Perusahaan Produksi Film Negara. Dia adalah sutradara penting dalam perjalanan sinema nasional. Kereta Api Terakhir menjadi salah satu karya fenomenal dari sang sutradara. Berkat film ini dan film-filmnya yang lain, Mochtar Soemodimedjo juga mendapatkan penghargaan Lifetime Achievement FFI 2006.
5. Dr Samsi karya Ratna Asmara
Film Dr Samsi karya Ratna Asmara berhasil direstorasi pada 2023. Sebelum direstorasi, film yang dirilis pada 1952 ini tersimpan di Sinematek Indonesia dengan kondisi yang nyaris pundah dan lengkap.Hal ini yang mendorong proses restorasi sangat perlu dilakukan. Film yang tadinya bermateri seluloid 35mm ini kemudian dibuah menjadi format digital. Kini film dari sutradara perempuan pertama Indonesia bisa dinikmati lagi oleh publik.
Film Dr Samsi bercerita tentang perjalanan emosional seorang bernama Dr Samsi yang merawat anak hasil hubungan gelapnya dengan perempuan bernama Sukaesih. Anak tersebut diberi nama Sugiat. Ketika dia tumbuh dewasa, Sugiat menjadi seorang pengacara dan tak sengaja membantu ibu kandungnya sendiri tanpa sepengetahuan dirinya.
Baca juga: Melihat Lebih Dekat Proses dan Hasil Restorasi Film Dr Samsi karya Ratna Asmara
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.