Sistine Chapel Ceiling karya Michelangelo (Sumber gambar: Smarthistory.org)

Hypereport: Proyek-proyek Restorasi Karya Seni Paling Kesohor di Dunia

27 January 2024   |   22:17 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Restorasi seni memiliki peran penting dalam menjaga warisan budaya sekaligus meningkatkan daya tarik visual dari karya-karya seni berharga dan bernilai sejarah tinggi. Sentuhan perbaikan dan peremajaan yang dilakukan dalam praktik restorasi, bisa memperpanjang usia karya sehingga dapat dinikmati sampai masa-masa mendatang. 

Restorasi adalah cara yang dilakukan untuk mengembalikan atau memulihkan sesuatu (tidak hanya dalam bidang seni) kepada kondisi dan bentuk semulanya. Proyek restorasi seni umumnya dilakukan pada karya-karya seni ikonik ciptaan para maestro di seluruh dunia.

Seiring waktu, karya seni tentu akan mengalami kerusakan mulai dari warnanya yang memudar, kanvas yang robek dan berjamur, cat yang menghilang, dan sebagainya. Tak ayal, restorasi merupakan pekerjaan yang sulit lantaran memerlukan disiplin banyak ilmu, dana, dan kemauan tinggi. Namun, upaya itu perlu dilakukan untuk merawat warisan budaya sebagai inspirasi membangun masa depan. 

Baca juga: 
Hypereport: Merawat Warisan Intelektual Lewat Restorasi Film Lawas

Hypereport: Menengok Upaya Restorasi Aset Seni Nasional
Hypereport: Jalan Panjang Pengarsipan Musik Digital dan Restorasi Rilisan Analog
Hypereport: Kerja Berat Melestarikan Bangunan Cagar Budaya
Hypereport: Melihat Proses & Tantangan Revitalisasi Bangunan Bersejarah Dunia

Praktik restorasi seni harus menyeimbangkan antara perbaikan dan pelestarian. Di satu sisi, restorasi harus meningkatkan nilai estetika dari sebuah karya seni, namun di sisi lain harus tetap menjaga keutuhan nilai-nilai sejarahnya. Termasuk, penting untuk tetap menjaga keaslian materi karya dan tidak mengubah ide artistik seniman. 

Spesialis restorasi atau restorator secara cermat akan menganalisis warna, tekstur, dan teknik asli yang digunakan oleh seniman. Dalam merestorasi karya, para ahli menggunakan berbagai metode, termasuk membersihkan karya secara menyeluruh dari kotoran, melapis pernis yang berubah warna, memperbaiki struktur, mengembalikan cat yang hilang, dan pemasangan kembali elemen yang lepas atau rusak.

Dengan meningkatkan nilai estetika, audiens dapat menikmati dan mengapresiasi karya secara utuh sebagaimana yang dimaksudkan oleh sang seniman. Restorasi membantu mengembalikan karya baik secara fisik maupun ide seperti bentuk awalnya, dan memungkinkan audiens untuk terhubung dengan emosi dan pesan yang disampaikan oleh si empunya karya. 
 

Ada banyak restorasi seni yang dilakukan di seluruh dunia, dan beberapa di antaranya merupakan proyek terkenal sepanjang sejarah. Melansir laman ATX Fine Arts, berikut adalah delapan proyek restorasi seni paling terkenal di dunia. 
 

1. The Last Supper (Leonardo da Vinci)

The Last Supper adalah lukisan mural karya seniman Renaisans asal Italia, Leonardo da Vinci, yang menggambarkan Yesus dan murid-muridnya. Seiring berjalannya waktu, lukisan yang dibuat antara 1495-1498 ini mengalami kerusakan karena berbagai faktor seperti kelembapan, perang, dan upaya restorasi sebelumnya.

Dari segi teknik, lukisan tersebut dinilai menampilkan penguasaan da Vinci dalam perspektif, komposisi, dan ekspresi wajah, khas seni Renaisans. Akhirnya, para ahli melakukan penelitian, menggunakan teknik pencitraan, dan pembersihan untuk mengungkap detail dan warna asli dari lukisan tersebut.
 

2. Sistine Chapel Ceiling (Michelangelo)

Sistine Chapel Ceiling merupakan lukisan dinding karya seniman besar Michelangelo, yang menjadi dekorasi langit-langit bangunan Kapel Sistina di Vatikan. Lukisan itu dibuat oleh sang seniman pada 1508 dan 1512, dan menjadi salah satu karya seni terpenting di zaman Renaisans.

Lukisan dinding tersebut pun telah mengalami restorasi yang bertujuan untuk menghidupkan kembali keindahan dan warnanya yang menakjubkan. Analisis menyeluruh terhadap material, teknik, dan gaya lukis menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi selama proses dilakukan. Para ahli konservasi dengan cermat menghidupkan kembali warna-warna cerah dan detail rumit dari lukisan tersebut. 
 

3. The Night Watch (Rembrandt)

The Night Watch adalah lukisan besar karya pelukis Belanda Rembrandt van Rijn yang dibuat pada 1642. Karya berdimensi 363 cm x 437 cm ini merupakan salah satu lukisan Zaman Keemasan Belanda (Dutch Golden Age) yang paling terkenal, yang memperlihatkan potret sekelompok kompi penjaga sipil.

Pada 2019, lukisan The Night watch mengalami restorasi yang bertujuan untuk mengembalikan warna dan detail asli yang telah memudar seiring berjalannya waktu. Sebuah tim ahli dengan hati-hati menghilangkan lapisan pernis dan cat berlebih dari restorasi sebelumnya. Hal ini mengungkapkan kecemerlangan sesungguhnya dari komposisi karya Rembrandt. 

Teknik pencitraan tingkat lanjut, seperti sinar-X dan pemindaian inframerah, digunakan untuk mempelajari lapisan di bawah permukaan lukisan.  Teknik-teknik ini memberikan wawasan berharga ke dalam proses artistik Rembrandt dan memandu keputusan restorasi. Kini, lukisan The Night Watch tersimpan di Rijksmuseum, Amsterdam, Belanda.
 

4. Mona Lisa (Leonardo da Vinci)

Mona Lisa adalah lukisan potret karya maestro Leonardo da Vinci yang dibuat antara 1503-1506. Dianggap sebagai mahakarya pola dasar Renaisans Italia, lukisan ini mencakup ekspresi subjek yang penuh teka-teki, monumentalitas komposisi, pemodelan bentuk yang halus, dan ilusionisme atmosferik.

Lukisan itu secara tradisional dianggap menggambarkan wanita bangsawan Italia Lisa del Giocondo. Pada 1956, lukisan Mona Lisa direstorasi karena kondisinya yang semakin memburuk. Upaya ini dilakukan bertujuan untuk mengembalikan warna dan detail yang memudar seiring berjalannya waktu.

Para ahli dengan hati-hati menghilangkan lapisan kotoran, pernis, dan lukisan berlebih yang terakumulasi selama berabad-abad dari Mona Lisa. Melalui pembersihan dan perbaikan, mereka mengungkap kecemerlangan asli karya da Vinci dengan melakukan pemugaran detail seperti gradasi halus warna kulit dan kehalusan lanskap latar belakang. Saat ini, lukisan Mona Lisa dipajang di Museum Louvre di Paris, Prancis. 
 
 

5. Ghent Altarpiece (Jan van Eyck)

Ghent Altarpiece adalah lukisan dalam bentuk altar poliptik abad ke-15 yang sangat besar dan kompleks. Mahakarya ini tersimpan di Katedral St Bavo, Ghent, Belgia. Lukisan dibuat oleh seniman Belanda Jan van Eyck pada 1432, dan dianggap sebagai mahakarya seni Eropa serta salah satu harta dunia. Termasuk, menjadi lukisan cat minyak besar pertama yang menandai transisi dari seni Abad Pertengahan ke Renaisans. 

Tak diketahui pasti kapan pertama kali karya ini direstorasi. Namun, menurut informasi dari Museum of Fine Arts Ghent, lukisan ini telah direstorasi sejak 2012 yang mengalami tiga tahap. Pertama, dilakukan pada 2012-2016, dan berfokus pada memperbaiki lapisan pernis yang retak dan menguning sera memperbaiki cat yang lepas.

Tahap kedua restorasi dilakukan pada 2016-2019 yang lebih fokus pada pemulihan register bawah pada panel interior. Sementara itu, fase ketiga dilakukan pada 2023-2026 yang berkonsentrasi pada memperbaiki zona-zona yang sangat rapuh pada lukisan. Restorasi ini melibatkan pemeriksaan dan penelitian ilmiah, termasuk mengidentifikasi pigmen asli dan teknik yang digunakan Jan van Eyck dalam menciptakan karya seni.


6. The Creation of Adam (Michelangelo)

The Creation of Adam adalah lukisan karya pelukis Italia Michelangelo yang terpajang di bagian langit-langit Kapel Sistina di Museum Vatikan. Lukisan yang dibuat pada 1512 itu menggambarkan narasi Tuhan yang memberikan kehidupan kepada Adam sebagai manusia pertama yang tercatat di Alkitab.

Namun, setelah 400 tahun, lukisan itu pun menjadi sangat kotor. Akhirnya, pihak gereja memutuskan untuk melakukan restorasi besar-besaran pada 1980, guna mengembalikan karya itu ke kondisi aslinya. Disebutkan bahwa proses restorasi lukisan The Creation of Adam berlangsung selama 14 tahun, dengan para ahli berupaya menyempurnakan warna, detail, dan keaslian karya. 
 

7. Girl with a Pearl Earring (Johannes Vermeer)

Girl with a Pearl Earring merupakan lukisan potret cat minyak karya pelukis Zaman Keemasan Belanda Johannes Vermeer yang dibuat pada 1665. Seperti judulnya, Girl with a Pearl Earring menampilkan potret seorang gadis Eropa mengenakan gaun, sorban oriental, dan anting-anting mutiara besar. Sosok ini kerap dikaitkan dengan tokoh Alkitab bernama Sibyl.

Lukisan ini terkenal dengan penggunaan teknik cahaya dan bayangan, detail rumit, serta ekspresi misterius di wajah seorang gadis. Keahlian Vermeer yang luar biasa terlihat jelas dalam menangkap esensi dan keindahan subjeknya.

Menukil dari Citalia Restauro, lukisan Girl with a Pearl Earring pertama kali direstorasi pada 1994. Proses restorasi memfokuskan pada perbaikan pernis yang mulai menguning pada kanvas, sehingga membuat warnanya menjadi lebih hidup.
 

8. The Birth of Venus (Sandro Botticelli)

The Birth of Venus adalah lukisan karya seniman Italia Sandro Botticelli yang dibuat pada pertengahan 1480-an. Lukisan berdimensi 172,5 cm x 278,9 cm ini menggambarkan Dewi Venus yang tiba di pantai setelah kelahirannya, dimana dia muncul dari laut dalam keadaan dewasa.

Mengutip McGaw Graphics, selama berabad-abad, pernis yang digunakan untuk mengawetkan lukisan itu mulai berubah menjadi tak jelas, mengaburkan beberapa detail dan warna aslinya. Akhirnya, pada 1987, lukisan itu direstorasi untuk mengembalikan kemegahannya. Para ahli membersihkan lukisan, menghilangkan kotoran dan pernis lama tanpa merusak lapisan cat yang halus. Kini, lukisan tersebut terpajang di Galeri Uffizi, Florence, Italia.

Baca juga: 5 Film Nasional Hasil Restorasi Kemendikbudristek, dari Darah & Doa hingga Dr Samsi
 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Intip Profil Para Pengusaha Muda yang Bersaing Dalam Kompetisi Entrepreneur DSC

BERIKUTNYA

Pasar Makin Bertumbuh, Ini Tren Baru di Teknologi Smartlock Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: