Dorong Pengakuan dari UNESCO, Candi Muaro Jambi Kembali Direvitalisasi
05 February 2024 |
19:00 WIB
Situs bersejarah Candi Muaro Jambi kembali direvitalisasi untuk mendorong pengakuan dan usulan Muaro Jambi sebagai situs Warisan Dunia UNESCO. Cagar budaya di daerah Jambi, Sumatra Tengah ini merupakan sisa-sisa artefak dari Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan sejak 1824.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Fitra Arda mengatakan bahwa revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Candi Muara Jambi merupakan salah satu prioritas Kemendikbudristek. Penataan KCBN Muaro Jambi akan menerapkan konsep harmonisasi dengan ekosistem alam di sekitarnya.
Baca juga: Melihat Masa Lalu Kerajaan Melayu Kuno di Candi Kedaton Muaro Jambi
Revitalisasi tersebut adalah langkah tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Salah satunya yang berkaitan dengan ketahanan budaya serta kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia, terutama dalam mengembangkan perlindungan alam dan lingkungan.
“Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam revitalisasi yaitu menjadikan kawasan ini sebagai pusat pendidikan, penguatan sumbu imajiner dengan menata kawasan candi, serta penguatan ekosistem melalui ekonomi kerakyatan berbasis kebudayaan tak benda," kata Fitra.
Dalam menjalankan aktivitasnya, tata kelola kawasan ini nantinya berada di bawah naungan Museum dan Cagar Budaya. Sementara itu, untuk mendukung upaya revitalisasi, sejauh ini Ditjenbud telah melaksanakan Festival Kenduri Swarnabhumi dan Pasar Dusun Karet (PADUKA).
Fitra berharap, pengembangan kawasan Muaro Jambi tidak menghilangkan esensi perdesaan di mana masyarakat menjadi aktor utama. Selain itu, kegiatan ini juga untuk mengedukasi masyarakat bahwa kebudayaan bukan sekedar cagar budaya dan seni tari, melainkan metode dalam pembangunan dan menyiapkan fondasi dasar bagi kemajuan bangsa.
Setali tiga uang, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V, Agus Widiatmoko, mengatakan bahwa KCBN Muarajambi jangan hanya dipandang sebagai destinasi pariwisata. Melainkan juga sebagai pusat peradaban yang mencerminkan warisan budaya pada masa lalu dan masa depan.
Oleh karena itu, berbagai bentuk investasi kebudayaan berupa pementasan dalam rangka pengenalan budaya, diharap dapat membuka ruang inklusif yang menghubungkan kebhinekaan, serta membangun ekonomi kerakyatan secara jangka panjang.
“Kita juga harus melihat Muaro Jambi sebagai pusat peradaban yang menyediakan ruang untuk belajar dan penelitian yang mendalam,”paparnya.
KCBN Muaro Jambi telah menjadi fokus pelestarian karena situs ini memiliki bentuk struktur bata yang khas dan nilai historis yang menarik. Keunikan dari candi ini adalah berlokasi di lahan yang dikelilingi oleh parit sebagai jalur transportasi dan pengendalian banjir.
Struktur bata yang telah diinventarisasi berjumlah 88 buah dengan sembilan diantaranya telah dilakukan pemugaran, yaitu Candi Astano, Candi Kembar Batu, Candi Tinggi, Candi Tinggi I, Candi Gumpung, Candi Gumpung I, Candi Gedong I, Candi Gedong II, dan Candi Kedaton.
Candi Muaro Jambi merepresentasikan keunikan yang luar biasa dalam tradisi spiritual dan pendidikan Buddhisme di Asia Tenggara. Situs ini tidak hanya menyimpan nilai sejarah dan budaya yang mendalam, tetapi juga menjadi saksi bisu atas pertukaran pengetahuan dan nilai spiritual antar generasi.
Kawasan Candi Muaro Jambi memiliki luas 3.981 hektar dan telah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional berdasarkan penetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 259/M/2013. Pada tahun 2022 telah dilakukan Program Revitalisasi KCBN Muaro Jambi yang meliputi pemugaran, perencanaan pemugaran, normalisasi parit keliling, dan penataan lingkungan.
Terbaru, di kawasan ini juga akan dilakukan Pembangunan Museum, Pemugaran Candi Kotomahligai dan Candi Paritduku, Perencanaan Pemugaran Candi Sialang dan Candi Alun-Alun, dan Penataan Lingkungan Candi Kotomahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong, dan Candi Astano serta Normalisasi parit dan kolam.
Pelestarian candi-candi tersebut bertujuan untuk menajamkan akal budi, menguatkan rasa kemanusiaan, serta menyusuri jejak masa lampaunya sebagai poros edukasi Buddhisme tertua dengan area terluas di Asia Tenggara. Candi Kedaton hanyalah satu di antara ribuan situs budaya di kawasan Muaro Jambi.
Baca juga: Hypereport: Kerja Berat Melestarikan Bangunan Cagar Budaya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Fitra Arda mengatakan bahwa revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Candi Muara Jambi merupakan salah satu prioritas Kemendikbudristek. Penataan KCBN Muaro Jambi akan menerapkan konsep harmonisasi dengan ekosistem alam di sekitarnya.
Baca juga: Melihat Masa Lalu Kerajaan Melayu Kuno di Candi Kedaton Muaro Jambi
Revitalisasi tersebut adalah langkah tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Salah satunya yang berkaitan dengan ketahanan budaya serta kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia, terutama dalam mengembangkan perlindungan alam dan lingkungan.
“Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam revitalisasi yaitu menjadikan kawasan ini sebagai pusat pendidikan, penguatan sumbu imajiner dengan menata kawasan candi, serta penguatan ekosistem melalui ekonomi kerakyatan berbasis kebudayaan tak benda," kata Fitra.
Dalam menjalankan aktivitasnya, tata kelola kawasan ini nantinya berada di bawah naungan Museum dan Cagar Budaya. Sementara itu, untuk mendukung upaya revitalisasi, sejauh ini Ditjenbud telah melaksanakan Festival Kenduri Swarnabhumi dan Pasar Dusun Karet (PADUKA).
Fitra berharap, pengembangan kawasan Muaro Jambi tidak menghilangkan esensi perdesaan di mana masyarakat menjadi aktor utama. Selain itu, kegiatan ini juga untuk mengedukasi masyarakat bahwa kebudayaan bukan sekedar cagar budaya dan seni tari, melainkan metode dalam pembangunan dan menyiapkan fondasi dasar bagi kemajuan bangsa.
Setali tiga uang, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V, Agus Widiatmoko, mengatakan bahwa KCBN Muarajambi jangan hanya dipandang sebagai destinasi pariwisata. Melainkan juga sebagai pusat peradaban yang mencerminkan warisan budaya pada masa lalu dan masa depan.
Oleh karena itu, berbagai bentuk investasi kebudayaan berupa pementasan dalam rangka pengenalan budaya, diharap dapat membuka ruang inklusif yang menghubungkan kebhinekaan, serta membangun ekonomi kerakyatan secara jangka panjang.
“Kita juga harus melihat Muaro Jambi sebagai pusat peradaban yang menyediakan ruang untuk belajar dan penelitian yang mendalam,”paparnya.
KCBN Muaro Jambi telah menjadi fokus pelestarian karena situs ini memiliki bentuk struktur bata yang khas dan nilai historis yang menarik. Keunikan dari candi ini adalah berlokasi di lahan yang dikelilingi oleh parit sebagai jalur transportasi dan pengendalian banjir.
Struktur bata yang telah diinventarisasi berjumlah 88 buah dengan sembilan diantaranya telah dilakukan pemugaran, yaitu Candi Astano, Candi Kembar Batu, Candi Tinggi, Candi Tinggi I, Candi Gumpung, Candi Gumpung I, Candi Gedong I, Candi Gedong II, dan Candi Kedaton.
Candi Muaro Jambi merepresentasikan keunikan yang luar biasa dalam tradisi spiritual dan pendidikan Buddhisme di Asia Tenggara. Situs ini tidak hanya menyimpan nilai sejarah dan budaya yang mendalam, tetapi juga menjadi saksi bisu atas pertukaran pengetahuan dan nilai spiritual antar generasi.
Kawasan Candi Muaro Jambi memiliki luas 3.981 hektar dan telah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional berdasarkan penetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 259/M/2013. Pada tahun 2022 telah dilakukan Program Revitalisasi KCBN Muaro Jambi yang meliputi pemugaran, perencanaan pemugaran, normalisasi parit keliling, dan penataan lingkungan.
Terbaru, di kawasan ini juga akan dilakukan Pembangunan Museum, Pemugaran Candi Kotomahligai dan Candi Paritduku, Perencanaan Pemugaran Candi Sialang dan Candi Alun-Alun, dan Penataan Lingkungan Candi Kotomahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong, dan Candi Astano serta Normalisasi parit dan kolam.
Pelestarian candi-candi tersebut bertujuan untuk menajamkan akal budi, menguatkan rasa kemanusiaan, serta menyusuri jejak masa lampaunya sebagai poros edukasi Buddhisme tertua dengan area terluas di Asia Tenggara. Candi Kedaton hanyalah satu di antara ribuan situs budaya di kawasan Muaro Jambi.
Baca juga: Hypereport: Kerja Berat Melestarikan Bangunan Cagar Budaya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.