Begini Skenario Pemerintah Memperkuat Ekosistem Perfilman Indonesia
30 March 2024 |
18:52 WIB
Hari Film Nasional (HFN) diperingati pada 30 Maret setiap tahunnya. Momen ini dibuat untuk merayakan keberagaman film-film lokal, sekaligus menjadi upaya untuk terus memperkuat ekosistem perfilman nasional. Tahun ini, menjadi peringatan Hari Film Nasional ke-25 sejak ditetapkan secara resmi pada 1999.
Baca juga: 10 Film Indonesia Paling Laris Sepanjang Masa, Cocok Ditonton saat Perayaan Hari Film Nasional
Pada peringatan tahun ini, Hari Film Nasional mengusung tema Beragam Filmnya, Ramai Penontonnya. Dalam acara yang berlangsung di Gedung Pesona Film Indonesia, Jakarta, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim mengungkapkan rasa bangganya melihat kebangkitan dunia perfilman Indonesia yang semakin moncer.
Nadiem menilai, kualitas film Indonesia terus meningkat dan tema yang diangkat dalam film-film Indonesia juga semakin beragam. Dampak positifnya, film-film nasional juga sudah mulai banyak diapresiasi dan mendapat kepercayaan dari masyarakat luas, khususnya kalangan sinefil.
"Semoga, Indonesia terus memiliki banyak sineas yang akan mengharumkan nama bangsa, serta meningkatnya jumlah masyarakat yang mencintai dan mendukung film karya Indonesia,” katanya dalam siaran tertulis pada Sabtu, (30/3/24).
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan bahwa pemerintah akan akan selalu berupaya memfasilitasi sektor kebudayaan secara optimal. Ini dilakukan untuk memperkuat, memajukan, dan mempertahankan ekosistem yang salah satunya adalah industri perfilman.
Dari sinilah serangkaian cara inklusif serta berkesinambungan juga telah dilakukan demi mencapai tujuan tersebut. menyambut momen HFN tahun ini, dia berharap perfilman Indonesia dapat menjadi fondasi pembangunan karakter bangsa dan sumber inovasi yang tidak terbatas.
“Kebudayaan bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga menjadi kunci untuk memahami masa kini dan merancang masa depan. Perfilman nasional ikut andil dalam memperkuat tatanan budaya dan mengokohkan pemajuan kebudayaan Indonesia,” paparnya.
Senada, Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, menuturkan bahwa pemerintah terus memfasilitasi para pegiat film nasional. Terutama bersinergi dengan pihak industri sinema guna memproduksi karya perfilman yang bermutu.
“Berbagai program hingga terobosan pada bidang perfilman telah dilakukan untuk merangkai perfilman Indonesia dari hulu hingga hilir. Semoga perfilman Indonesia dapat terus unjuk gigi di kancah nasional maupun internasional,” ujar Mahendra.
Menurut Hilmar Farid, pada 2023 merupakan masa puncak dari kebangkitan perfilman di Tanah Air. Produksi dan industri perfilman di Indonesia semakin berjaya di level nasional sekaligus mampu unjuk gigi di kancah internasional. Hal tersebut tidak lepas dari peran aktif pemerintah dalam mendukung penguatan ekosistem perfilman nasional.
Adapun, pada HFN tahun ini, dia mengemukakan beberapa strategi pemerintah untuk pemajuan perfilman Indonesia. Pertama, yakni peningkatan pendidikan film, seperti pelaksanaan Indonesiana Film yang telah menghasilkan 33 naskah meliputi 4 naskah tahun 2020, 10 naskah pada 2021, 9 naskah tahun 2022, dan 10 naskah di tahun 2023, serta Layar Indonesiana, Lock x Full Circle Lab, dan MyLab.
Kedua, peningkatan literasi dan apresiasi film yang direalisasikan dalam bentuk dukungan terhadap Festival Film Indonesia (FFI) maupun inisiatif Apresiasi Film Indonesia (AFI). Terkait AFI, sudah dimulai sejak tahun 2022 dan sudah menjangkau 79 komunitas di sepuluh kota. Pada tahun 2023, AFI telah diperluas dengan penelitian di lima kota baru dan tiga kota dengan program tindak lanjut.
Ketiga, Kemendikbudristek juga telah mengorganisir pemutaran khusus nonton bareng (nobar) untuk mempertahankan minat penonton, menjaga aksesibilitas, dan apresiasi terhadap film Indonesia. Program Nobar telah diselenggarakan di 29 kota sejak 2020 hingga 2023.
"Jumlah penonton Nobar tahun 2020 sebanyak 6.332 penonton, tahun 2021 berjumlah 5.095, tahun 2022 melonjak menjadi 9.186, dan terus meningkat di tahun 2023 dengan capaian 10.952 penonton," katanya.
Keempat, penguatan distribusi film lewat peluncuran platform Indonesiana.TV sebagai bagian dari Merdeka Belajar episode ke-13 bertema Merdeka Berbudaya dengan Kanal Indonesiana. Hingga saat ini, perpustakaan Indonesiana.TV memiliki lebih dari 1.544 judul film yang dapat diakses melalui laman web indonesiana.tv, aplikasi PlayStore, dan jaringan televisi kabel Indihome saluran 200 (SD) dan 916 (HD).
Kelima, memberikan travel grant untuk sineas Indonesia untuk berpartisipasi di festival film internasional dalam wujud akomodasi perjalanan. Hal tersebut menjadi upaya Kemendikbudristek dalam memperkuat ekosistem perfilman tanpa mengintervensi proses kreatif.
Keenam, fasilitas Dana Indonesiana untuk pelaku budaya perfilman. Tercatat sebanyak 39 komunitas film telah difasilitasi oleh bantuan Program Sinema Mikro Dana Indonesiana. Strategi terakhir, yaitu pengarsipan film yang telah berhasil mengalihmediakan 332 judul film Indonesia dari seluloid ke digital sejak tahun 2016, serta restorasi film untuk mengembalikan kondisi gambar dan suara karya sinema ke aslinya.
Baca juga: Tokoh Perfilman Indonesia Paling Berpengaruh: Usmar Ismail hingga Ratna Asmara
Sebagai tambahan informasi, dalam program restorasi, Kemendikbudristek telah berhasil merestorasi 5 film dalam mengembalikan wujud dan isi materinya seperti bentuk semula. Yakni film Darah dan Doa (The Long March, 1950) karya Usmar Ismail, Pagar Kawat Berduri (1961) karya Asrul Sani, Bintang Ketjil (1963) karya Wim Umboh dan Misbach Yusa Biran, Kereta Api Terakhir (1981) karya Mochtar Soemodimedjo, dan Dr. Samsi (1952) karya Ratna Asmara.
Editor: Fajar Sidik
Baca juga: 10 Film Indonesia Paling Laris Sepanjang Masa, Cocok Ditonton saat Perayaan Hari Film Nasional
Pada peringatan tahun ini, Hari Film Nasional mengusung tema Beragam Filmnya, Ramai Penontonnya. Dalam acara yang berlangsung di Gedung Pesona Film Indonesia, Jakarta, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim mengungkapkan rasa bangganya melihat kebangkitan dunia perfilman Indonesia yang semakin moncer.
Nadiem menilai, kualitas film Indonesia terus meningkat dan tema yang diangkat dalam film-film Indonesia juga semakin beragam. Dampak positifnya, film-film nasional juga sudah mulai banyak diapresiasi dan mendapat kepercayaan dari masyarakat luas, khususnya kalangan sinefil.
"Semoga, Indonesia terus memiliki banyak sineas yang akan mengharumkan nama bangsa, serta meningkatnya jumlah masyarakat yang mencintai dan mendukung film karya Indonesia,” katanya dalam siaran tertulis pada Sabtu, (30/3/24).
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan bahwa pemerintah akan akan selalu berupaya memfasilitasi sektor kebudayaan secara optimal. Ini dilakukan untuk memperkuat, memajukan, dan mempertahankan ekosistem yang salah satunya adalah industri perfilman.
Dari sinilah serangkaian cara inklusif serta berkesinambungan juga telah dilakukan demi mencapai tujuan tersebut. menyambut momen HFN tahun ini, dia berharap perfilman Indonesia dapat menjadi fondasi pembangunan karakter bangsa dan sumber inovasi yang tidak terbatas.
“Kebudayaan bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga menjadi kunci untuk memahami masa kini dan merancang masa depan. Perfilman nasional ikut andil dalam memperkuat tatanan budaya dan mengokohkan pemajuan kebudayaan Indonesia,” paparnya.
Senada, Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, menuturkan bahwa pemerintah terus memfasilitasi para pegiat film nasional. Terutama bersinergi dengan pihak industri sinema guna memproduksi karya perfilman yang bermutu.
“Berbagai program hingga terobosan pada bidang perfilman telah dilakukan untuk merangkai perfilman Indonesia dari hulu hingga hilir. Semoga perfilman Indonesia dapat terus unjuk gigi di kancah nasional maupun internasional,” ujar Mahendra.
Strategi Memajukan Perfilman Nasional
Menurut Hilmar Farid, pada 2023 merupakan masa puncak dari kebangkitan perfilman di Tanah Air. Produksi dan industri perfilman di Indonesia semakin berjaya di level nasional sekaligus mampu unjuk gigi di kancah internasional. Hal tersebut tidak lepas dari peran aktif pemerintah dalam mendukung penguatan ekosistem perfilman nasional.Adapun, pada HFN tahun ini, dia mengemukakan beberapa strategi pemerintah untuk pemajuan perfilman Indonesia. Pertama, yakni peningkatan pendidikan film, seperti pelaksanaan Indonesiana Film yang telah menghasilkan 33 naskah meliputi 4 naskah tahun 2020, 10 naskah pada 2021, 9 naskah tahun 2022, dan 10 naskah di tahun 2023, serta Layar Indonesiana, Lock x Full Circle Lab, dan MyLab.
Kedua, peningkatan literasi dan apresiasi film yang direalisasikan dalam bentuk dukungan terhadap Festival Film Indonesia (FFI) maupun inisiatif Apresiasi Film Indonesia (AFI). Terkait AFI, sudah dimulai sejak tahun 2022 dan sudah menjangkau 79 komunitas di sepuluh kota. Pada tahun 2023, AFI telah diperluas dengan penelitian di lima kota baru dan tiga kota dengan program tindak lanjut.
Ketiga, Kemendikbudristek juga telah mengorganisir pemutaran khusus nonton bareng (nobar) untuk mempertahankan minat penonton, menjaga aksesibilitas, dan apresiasi terhadap film Indonesia. Program Nobar telah diselenggarakan di 29 kota sejak 2020 hingga 2023.
"Jumlah penonton Nobar tahun 2020 sebanyak 6.332 penonton, tahun 2021 berjumlah 5.095, tahun 2022 melonjak menjadi 9.186, dan terus meningkat di tahun 2023 dengan capaian 10.952 penonton," katanya.
Keempat, penguatan distribusi film lewat peluncuran platform Indonesiana.TV sebagai bagian dari Merdeka Belajar episode ke-13 bertema Merdeka Berbudaya dengan Kanal Indonesiana. Hingga saat ini, perpustakaan Indonesiana.TV memiliki lebih dari 1.544 judul film yang dapat diakses melalui laman web indonesiana.tv, aplikasi PlayStore, dan jaringan televisi kabel Indihome saluran 200 (SD) dan 916 (HD).
Kelima, memberikan travel grant untuk sineas Indonesia untuk berpartisipasi di festival film internasional dalam wujud akomodasi perjalanan. Hal tersebut menjadi upaya Kemendikbudristek dalam memperkuat ekosistem perfilman tanpa mengintervensi proses kreatif.
Keenam, fasilitas Dana Indonesiana untuk pelaku budaya perfilman. Tercatat sebanyak 39 komunitas film telah difasilitasi oleh bantuan Program Sinema Mikro Dana Indonesiana. Strategi terakhir, yaitu pengarsipan film yang telah berhasil mengalihmediakan 332 judul film Indonesia dari seluloid ke digital sejak tahun 2016, serta restorasi film untuk mengembalikan kondisi gambar dan suara karya sinema ke aslinya.
Baca juga: Tokoh Perfilman Indonesia Paling Berpengaruh: Usmar Ismail hingga Ratna Asmara
Sebagai tambahan informasi, dalam program restorasi, Kemendikbudristek telah berhasil merestorasi 5 film dalam mengembalikan wujud dan isi materinya seperti bentuk semula. Yakni film Darah dan Doa (The Long March, 1950) karya Usmar Ismail, Pagar Kawat Berduri (1961) karya Asrul Sani, Bintang Ketjil (1963) karya Wim Umboh dan Misbach Yusa Biran, Kereta Api Terakhir (1981) karya Mochtar Soemodimedjo, dan Dr. Samsi (1952) karya Ratna Asmara.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.