Hypereport: Kemilau Esports & Pentingnya Peran Orang-Orang di Balik Layar
13 February 2023 |
08:00 WIB
Dunia esports Tanah Air memang enggak ada matinya. Kesuksesan demi kesuksesan berhasil diraih tim anak bangsa pada ajang global. Terbaru, Indonesia berhasil menjadi juara umum dalam kejuaraan International Esports Federation (IESF) pada Desember 2022, memboyong 3 emas dari nomor eFootball, MLBB, dan DOTA2.
Kemenangan Indonesia di ajang bergengsi itu tak bisa lepas dari peran orang-orang di balik layar. Mereka adalah pelatih dan manajer yang membantu para atlet menyiapkan mental, strategi, dan permainan yang baik. Peran mereka tentu tidak bisa dipandang sebelah mata untuk memajukan industri dan ekosistem olahraga elektronik.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Menengok Fondasi dan Ambisi Tim Esports Indonesia
2. Hypereport: Mengorek Sumber Cuan Tim Esports, Sering Juara Makin Sejahtera
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI), Ashadi Ang, mengatakan esports adalah cabor yang kompleks. Selain pemain, ada juga sosok pelatih, manajer, analis, psikolog, tim manajemen, fisioterapi, dan nutrisionis yang saling bersinergi satu sama lain.
Menurutnya, orang-orang tersebut berperan penting untuk memahami bagaimana cara menerapkan strategi dan pendekatan dalam pengelolaan tim yang tepat. Begitu pula dengan peran pelatih fisik hingga nutrisionis yang kini diperlukan untuk industri esports makin berkembang dan kompetitif.
Meski esports dikategorikan sebagai olahraga mind sport, tapi cabor ini juga memerlukan atlet dengan stamina yang baik. Terlebih banyak nomor gim yang memerlukan durasi pertandingan dengan waktu lama. Oleh karena itu, fisik yang prima sangat dibutuhkan, dan untuk mencapai hal itu perlu kolaborasi berbagai komponen.
"Pelatih dan manajer tim adalah pihak-pihak yang paling dekat secara emosional dengan para atletnya. Namun, pada era yang sudah mengandalkan sports science, kini peran psikolog juga makin penting termasuk di dunia esports," kata Ashadi saat dihubungi Hypeabis.id.
Kendati begitu, dia tidak menampik bahwa saat ini profesi pelatih masih kurang diminati masyarakat. Namun, bukan berarti keinginan untuk menjadi pelatih esports rendah. Ke depan, dia memprediksi minat publik untuk jadi coach akan semakin meningkat seiring berkembangnya bidang olahraga ini.
Mantan gamer itu pun berharap, figur-figur yang saat ini tengah menjalankan profesinya sebagai atlet, setelah pensiun bisa menjadi pelatih yang andal. Tentu saja dengan kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi pelatih profesional yang mumpuni. Terlebih PBESI saat ini sedang menggodok program khusus untuk mencetak pelatih esports.
Setali tiga uang, Kepala Bidang Wasit dan Pelatih PBESI, Christian Surjadi, mengatakan pelatih memiliki fungsi krusial bagi tim esports. Salah satunya membuat strategi untuk mengalahkan lawan dan memastikan hal itu dijalankan dengan optimal saat pertandingan. Tak hanya itu, mereka pun berperan dalam membimbing hingga menjadi teman atau keluarga bagi atlet yang dinaunginya.
"Tugas utama pelatih itu harus bisa menganalisis data, baik dari internal maupun eksternal sebagai amunisi tambahan dalam membangun strategi. Syaratnya tentu saja harus mengerti luar-dalam gim yang ditekuni, memiliki pengalaman bermain dan berkompetisi, serta wajib mengikuti pelatihan untuk menjadi seorang coach," papar Surjadi.
Baca juga: Tren Esports 2023, Kompetisi Makin Digemari & Gim Lokal Unjuk Gigi
Tidak lama lagi tim esports Indonesia juga akan mengikuti ajang SEA Games di Kamboja pada Mei 2023. PBESI melalui Akademi Garudaku pun sudah melakukan seleksi terhadap 100 atlet yang akan mengikuti ajang tahunan tersebut. Ada enam cabor yang dipertandingkan yaitu Crossfire (PC), League of Legends: Wild Rift (Mobile), Mobile Legends: Bang Bang (Mobile), PUBG Mobile, Valorant (PC), dan Attack Online 2 (PC).
Pelatih Timnas Esports Indonesia untuk PUBG Mobile squad 2, Jendra Wahyudi, mengatakan untuk membangun mental dan strategi bermain para atlet, dia biasanya melakukan komunikasi personal. Menurutnya dengan hal tersebut maka hubungan emosional antara pelatih dan atlet bakal terjalin dengan baik.
"Salah satu bagian penting sebelum berlaga ya tentu saja membangun bonding dengan player. Entah hanya sekadar jalan bersama ke minimarket atau kegiatan lain, itu saja sebenarnya sudah cukup. Meski ada juga treatment lagi yang diberikan pada mereka," papar sosok yang memiliki julukan Capt itu.
Wahyudi memiliki beberapa metode untuk mengembangkan keterampilan para atlet. Salah satunya adalah dengan membangun kemampuan skill intrapersonal. Hal itu penting dilakukan agar mereka bisa berkomunikasi secara baik dengan orang lain, terutama tim-tim di balik layar.
"Kemampuan tersebut sangat diperlukan karena dengan komunikasi yang baik atlet nantinya dapat mengevaluasi diri. Terlebih saat dia menganalogikan strategi yang diberikan pelatih, termasuk pentingnya menimbang risiko yang diambil saat berlaga," imbuhnya.
Sementara itu, Pelatih Mobile Legends: Bang Bang untuk Wanita, Tasia Eda Lestari, mengaku lebih senang membangun bonding bersama atlet dengan makan bareng atau menonton film. Kegiatan itu menurutnya bisa memberi keleluasaan untuk membicarakan strategi yang akan dipakai saat berlaga nanti.
"Di timku sendiri kita biasanya mulai dari hal-hal basic. Jadi bonding-nya memang dari kegiatan bersama. Bahkan seringkali sambil olahraga bulu tangkis saat membicarakan berbagai strategi pasca-bertanding," papar perempuan yang akrab disapa Tazy itu.
Baca juga: 6 Pelatih Timnas Esports Garuda untuk SEA Games 2023, Ada Zeys dan Tazy
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Kemenangan Indonesia di ajang bergengsi itu tak bisa lepas dari peran orang-orang di balik layar. Mereka adalah pelatih dan manajer yang membantu para atlet menyiapkan mental, strategi, dan permainan yang baik. Peran mereka tentu tidak bisa dipandang sebelah mata untuk memajukan industri dan ekosistem olahraga elektronik.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Menengok Fondasi dan Ambisi Tim Esports Indonesia
2. Hypereport: Mengorek Sumber Cuan Tim Esports, Sering Juara Makin Sejahtera
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI), Ashadi Ang, mengatakan esports adalah cabor yang kompleks. Selain pemain, ada juga sosok pelatih, manajer, analis, psikolog, tim manajemen, fisioterapi, dan nutrisionis yang saling bersinergi satu sama lain.
Menurutnya, orang-orang tersebut berperan penting untuk memahami bagaimana cara menerapkan strategi dan pendekatan dalam pengelolaan tim yang tepat. Begitu pula dengan peran pelatih fisik hingga nutrisionis yang kini diperlukan untuk industri esports makin berkembang dan kompetitif.
Meski esports dikategorikan sebagai olahraga mind sport, tapi cabor ini juga memerlukan atlet dengan stamina yang baik. Terlebih banyak nomor gim yang memerlukan durasi pertandingan dengan waktu lama. Oleh karena itu, fisik yang prima sangat dibutuhkan, dan untuk mencapai hal itu perlu kolaborasi berbagai komponen.
"Pelatih dan manajer tim adalah pihak-pihak yang paling dekat secara emosional dengan para atletnya. Namun, pada era yang sudah mengandalkan sports science, kini peran psikolog juga makin penting termasuk di dunia esports," kata Ashadi saat dihubungi Hypeabis.id.
Orang-orang di balik layar seleknas & pelatnas tim esports Indonesia (Sumber: Hypeabis,id/Prasetyo)
Mantan gamer itu pun berharap, figur-figur yang saat ini tengah menjalankan profesinya sebagai atlet, setelah pensiun bisa menjadi pelatih yang andal. Tentu saja dengan kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi pelatih profesional yang mumpuni. Terlebih PBESI saat ini sedang menggodok program khusus untuk mencetak pelatih esports.
Setali tiga uang, Kepala Bidang Wasit dan Pelatih PBESI, Christian Surjadi, mengatakan pelatih memiliki fungsi krusial bagi tim esports. Salah satunya membuat strategi untuk mengalahkan lawan dan memastikan hal itu dijalankan dengan optimal saat pertandingan. Tak hanya itu, mereka pun berperan dalam membimbing hingga menjadi teman atau keluarga bagi atlet yang dinaunginya.
"Tugas utama pelatih itu harus bisa menganalisis data, baik dari internal maupun eksternal sebagai amunisi tambahan dalam membangun strategi. Syaratnya tentu saja harus mengerti luar-dalam gim yang ditekuni, memiliki pengalaman bermain dan berkompetisi, serta wajib mengikuti pelatihan untuk menjadi seorang coach," papar Surjadi.
Baca juga: Tren Esports 2023, Kompetisi Makin Digemari & Gim Lokal Unjuk Gigi
Bonding & Siasat Pelatih
Tidak lama lagi tim esports Indonesia juga akan mengikuti ajang SEA Games di Kamboja pada Mei 2023. PBESI melalui Akademi Garudaku pun sudah melakukan seleksi terhadap 100 atlet yang akan mengikuti ajang tahunan tersebut. Ada enam cabor yang dipertandingkan yaitu Crossfire (PC), League of Legends: Wild Rift (Mobile), Mobile Legends: Bang Bang (Mobile), PUBG Mobile, Valorant (PC), dan Attack Online 2 (PC).Pelatih Timnas Esports Indonesia untuk PUBG Mobile squad 2, Jendra Wahyudi, mengatakan untuk membangun mental dan strategi bermain para atlet, dia biasanya melakukan komunikasi personal. Menurutnya dengan hal tersebut maka hubungan emosional antara pelatih dan atlet bakal terjalin dengan baik.
"Salah satu bagian penting sebelum berlaga ya tentu saja membangun bonding dengan player. Entah hanya sekadar jalan bersama ke minimarket atau kegiatan lain, itu saja sebenarnya sudah cukup. Meski ada juga treatment lagi yang diberikan pada mereka," papar sosok yang memiliki julukan Capt itu.
Wahyudi memiliki beberapa metode untuk mengembangkan keterampilan para atlet. Salah satunya adalah dengan membangun kemampuan skill intrapersonal. Hal itu penting dilakukan agar mereka bisa berkomunikasi secara baik dengan orang lain, terutama tim-tim di balik layar.
"Kemampuan tersebut sangat diperlukan karena dengan komunikasi yang baik atlet nantinya dapat mengevaluasi diri. Terlebih saat dia menganalogikan strategi yang diberikan pelatih, termasuk pentingnya menimbang risiko yang diambil saat berlaga," imbuhnya.
Sementara itu, Pelatih Mobile Legends: Bang Bang untuk Wanita, Tasia Eda Lestari, mengaku lebih senang membangun bonding bersama atlet dengan makan bareng atau menonton film. Kegiatan itu menurutnya bisa memberi keleluasaan untuk membicarakan strategi yang akan dipakai saat berlaga nanti.
"Di timku sendiri kita biasanya mulai dari hal-hal basic. Jadi bonding-nya memang dari kegiatan bersama. Bahkan seringkali sambil olahraga bulu tangkis saat membicarakan berbagai strategi pasca-bertanding," papar perempuan yang akrab disapa Tazy itu.
Baca juga: 6 Pelatih Timnas Esports Garuda untuk SEA Games 2023, Ada Zeys dan Tazy
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.