Hypereport: Bisnis Afiliasi, Saat Ketekunan & Personal Branding Menentukan Kesuksesan
17 December 2022 |
14:30 WIB
Perkembangan teknologi digital dan internet telah menciptakan banyak perubahan keseharian masyarakat, termasuk menjamurnya usaha berbasis internet alias bisnis online. Salah satu bisnis daring yang marak dibahas di media sosial belakangan adalah afiliasi.
Sayangnya, bisnis afiliasi mendapat konotasi yang buruk di mata warganet. Hal itu menyusul beberapa oknum bisnis afiliasi atau biasa disebut afiliator yang terlibat dalam kasus penipuan. Skandal tersebut menyumbang citra negatif mengenai bisnis afiliasi yang tengah marak di kalangan generasi muda.
Padahal, afiliasi terbilang sebagai sebuah bisnis yang unik. Bisnis ini dapat berjalan hanya dengan memanfaatkan media sosial dan internet. Salah satu contoh paling umum dari bisnis afiliasi adalah penggunaan tautan atau kode referral, di mana setiap penjualan produk yang menggunakan kode tersebut akan diberi bayaran atau komisi.
Bisnis afiliasi pun terbilang mudah dan terlihat sederhana dengan penghasilan yang cukup menjanjikan. Tak heran jika pada awal kemunculannya, bisnis ini cukup dilirik oleh kalangan generasi muda.
Baca juga: Begini Cara Tingkatkan Penjualan dengan Sistem Affiliate Marketing
Dalam praktiknya, afiliasi lebih banyak menggunakan strategi pemasaran dengan komisi bagi yang membantu penjualan produk. Strategi ini pertama kali mengemuka pada 1989. Ketika itu, William Tobin menggunakan strategi bisnis afiliasi untuk toko bunganya yang dijual secara daring.
Terlepas dari citra afiliator yang memburuk, tidak sedikit orang yang masih berminat dalam bisnis susah-susah gampang ini. Lucky Meidi Pratama, salah satu afiliator di sebuah aplikasi belanja online mengaku dapat cuan yang menggiurkan hanya dengan berbagi link referral kepada teman-temannya.
“Awalnya aku cuma iseng, ikut hype aja tren bisnis afiliasi yang lagi marak,” kata Lucky.
Bahkan pria berusia 25 tahun itu mengaku tidak mengharapkan apa pun ketika pertama kali ikut program afiliasi tersebut. Namun nyatanya, ketidaksengajaan itu menjadi penghasilan tambahan bagi Lucky yang hanya memiliki 1.500 followers di Instagram.
“Rata-rata dapat Rp1-2 juta hanya dengan share link referral. Karena memang teman-teman juga minta rekomendasi barang yang dibeli online, jadi sekalian cuan,” katanya.
Meski demikian, penghasilan tambahan Lucky tidak selalu di angka yang sama. Dia pernah mendapat sekitar Rp150.000 saja jika strateginya mandek. Menurutnya, kunci untuk mendapat komisi yang besar adalah rajin menyebar link.
“Kuncinya rajin share link referral dan konsisten melakukan itu setiap hari sih, enggak cuma sebar link personal aja tapi juga di grup-grup media sosial dengan caption yang menarik,” katanya.
Kunci sukses lain bagi penekun bisnis afiliasi terletak pada kreatifitas dan keunikan dalam strategi pemasaran. Oleh karena itu, tak jarang jika bisnis ini juga banyak digeluti kreator konten. Bisnis afiliasi seperti multi level marketing (MLM) mulai ditinggalkan dan beralih ke era afiliasi online.
Hal itu senada dengan pendapat salah satu pakar digital branding, Soegimitro. “Bisnis afiliasi sedang tren karena orang bisa menjual produk tanpa syarat yang berat. Sekarang eranya afiliasi online di mana bisnis afiliasi seperti MLM mulai ditinggalkan,” katanya.
Menurutnya, bisnis afiliasi ini lebih praktis dan dapat dilakukan secara online. Artinya, bisnis afiliasi daring sangat bertumpu pada kekuatan media sosial. “Untuk itu, penting sekali bagi seorang afiliator untuk membangun personal branding atau corporate branding sebelum membawa konten di media sosial,” kata Soegimitro.
Faktor personal branding merupakan hal paling penting disamping product branding yang memang harus diperhatikan karena berkaitan dengan kualitas. Soegimitro menilai, kemampuan dalam hal berbicara di depan umum menjadi hal penting dalam membentuk citra publik sebelum menjadi afiliator.
“Jadi afiliator dalam hal konten berarti mereka menjadi seperti presenter dadakan. Harus jago public speaking dan menggaet penggemar,” katanya.
Dalam dunia digital, personal branding jadi hal yang penting guna menunjang kepercayaan dan kesuksesan penggiatnya, termasuk bisnis afiliasi. Keunikan karakter yang dimiliki akan menciptakan penggemar organik yang sesuai dengan nilai produk. Perpaduan kekuatan itu akan membuat sebuah produk laris manis di pasaran.
Kendati begitu, personal branding juga bisa jadi faktor yang membuat pebisnis jatuh. Afiliator yang dipandang buruk tidak lepas dari kesalahan jejak dalam membangun citranya. Beberapa branding yang berlebihan dan salah arah bisa membikin usaha afiliasi yang ditekuni rontok.
Baca juga: Bisa Kalian Coba, 5 Strategi Unik Arief Muhammad Membangun Personal Branding
Kedua, bangunlah kepercayaan publik dan nama baik. Hindari menunjukkan kemewahan hidup secara berlebihan. Tak sedikit orang yang senang melihat orang kaya dengan tampilan yang sederhana. Hal ini turut berkenaan dengan membangun citra yang baik di mata calon pembeli produk.
Tips ketiga adalah menggunakan media sosial dengan maksimal untuk menunjang personal branding yang sudah dibentuk. “Gunakan media sosial untuk memasarkan produk yang di afiliasi. Bangun kepercayaan followers dan komunitas yang cocok dengan bisnis yang dikerjakan atau ditawarkan,” tutup Soegimitro.
Pada akhirnya, bisnis afiliasi berpaku dengan ketekunan dan konsistensi untuk memasarkan produk secara daring dengan cara sederhana seperti menyebar link referral. Jika tidak puas dengan hal itu, afiliator bisa mencoba caranya sendiri dalam memasarkan produk.
Poin pentingnya terletak pada personal branding dan keunikan yang tak boleh luput diperhatikan sebagai kunci kesuksesan dalam membuat produk sukses laris terjual kepada konsumen.
Baca juga: Sinyal Resesi Kian Menguat, Yuk Lakukan Ini Agar Bisnis Tetap Bertahan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Sayangnya, bisnis afiliasi mendapat konotasi yang buruk di mata warganet. Hal itu menyusul beberapa oknum bisnis afiliasi atau biasa disebut afiliator yang terlibat dalam kasus penipuan. Skandal tersebut menyumbang citra negatif mengenai bisnis afiliasi yang tengah marak di kalangan generasi muda.
Padahal, afiliasi terbilang sebagai sebuah bisnis yang unik. Bisnis ini dapat berjalan hanya dengan memanfaatkan media sosial dan internet. Salah satu contoh paling umum dari bisnis afiliasi adalah penggunaan tautan atau kode referral, di mana setiap penjualan produk yang menggunakan kode tersebut akan diberi bayaran atau komisi.
Bisnis afiliasi pun terbilang mudah dan terlihat sederhana dengan penghasilan yang cukup menjanjikan. Tak heran jika pada awal kemunculannya, bisnis ini cukup dilirik oleh kalangan generasi muda.
Baca juga: Begini Cara Tingkatkan Penjualan dengan Sistem Affiliate Marketing
Dalam praktiknya, afiliasi lebih banyak menggunakan strategi pemasaran dengan komisi bagi yang membantu penjualan produk. Strategi ini pertama kali mengemuka pada 1989. Ketika itu, William Tobin menggunakan strategi bisnis afiliasi untuk toko bunganya yang dijual secara daring.
Terlepas dari citra afiliator yang memburuk, tidak sedikit orang yang masih berminat dalam bisnis susah-susah gampang ini. Lucky Meidi Pratama, salah satu afiliator di sebuah aplikasi belanja online mengaku dapat cuan yang menggiurkan hanya dengan berbagi link referral kepada teman-temannya.
“Awalnya aku cuma iseng, ikut hype aja tren bisnis afiliasi yang lagi marak,” kata Lucky.
Bahkan pria berusia 25 tahun itu mengaku tidak mengharapkan apa pun ketika pertama kali ikut program afiliasi tersebut. Namun nyatanya, ketidaksengajaan itu menjadi penghasilan tambahan bagi Lucky yang hanya memiliki 1.500 followers di Instagram.
“Rata-rata dapat Rp1-2 juta hanya dengan share link referral. Karena memang teman-teman juga minta rekomendasi barang yang dibeli online, jadi sekalian cuan,” katanya.
Meski demikian, penghasilan tambahan Lucky tidak selalu di angka yang sama. Dia pernah mendapat sekitar Rp150.000 saja jika strateginya mandek. Menurutnya, kunci untuk mendapat komisi yang besar adalah rajin menyebar link.
“Kuncinya rajin share link referral dan konsisten melakukan itu setiap hari sih, enggak cuma sebar link personal aja tapi juga di grup-grup media sosial dengan caption yang menarik,” katanya.
Kunci Sukses Afiliasi
(Sumber gambar: Patrick Michalicka)
Hal itu senada dengan pendapat salah satu pakar digital branding, Soegimitro. “Bisnis afiliasi sedang tren karena orang bisa menjual produk tanpa syarat yang berat. Sekarang eranya afiliasi online di mana bisnis afiliasi seperti MLM mulai ditinggalkan,” katanya.
Menurutnya, bisnis afiliasi ini lebih praktis dan dapat dilakukan secara online. Artinya, bisnis afiliasi daring sangat bertumpu pada kekuatan media sosial. “Untuk itu, penting sekali bagi seorang afiliator untuk membangun personal branding atau corporate branding sebelum membawa konten di media sosial,” kata Soegimitro.
Faktor personal branding merupakan hal paling penting disamping product branding yang memang harus diperhatikan karena berkaitan dengan kualitas. Soegimitro menilai, kemampuan dalam hal berbicara di depan umum menjadi hal penting dalam membentuk citra publik sebelum menjadi afiliator.
“Jadi afiliator dalam hal konten berarti mereka menjadi seperti presenter dadakan. Harus jago public speaking dan menggaet penggemar,” katanya.
Dalam dunia digital, personal branding jadi hal yang penting guna menunjang kepercayaan dan kesuksesan penggiatnya, termasuk bisnis afiliasi. Keunikan karakter yang dimiliki akan menciptakan penggemar organik yang sesuai dengan nilai produk. Perpaduan kekuatan itu akan membuat sebuah produk laris manis di pasaran.
Kendati begitu, personal branding juga bisa jadi faktor yang membuat pebisnis jatuh. Afiliator yang dipandang buruk tidak lepas dari kesalahan jejak dalam membangun citranya. Beberapa branding yang berlebihan dan salah arah bisa membikin usaha afiliasi yang ditekuni rontok.
Baca juga: Bisa Kalian Coba, 5 Strategi Unik Arief Muhammad Membangun Personal Branding
Kiat Bisnis Afiliasi
Soegimitro memberi tips sederhana agar pebisnis afiliasi bisa terus cuan. Pertama, seorang pebisnis afiliasi harus membangun karakter personal yang unik. “Bentuklah karakter yang berbeda dengan orang lain tetap tidak menyiksa diri sendiri untuk menjadi orang lain,” katanya.Kedua, bangunlah kepercayaan publik dan nama baik. Hindari menunjukkan kemewahan hidup secara berlebihan. Tak sedikit orang yang senang melihat orang kaya dengan tampilan yang sederhana. Hal ini turut berkenaan dengan membangun citra yang baik di mata calon pembeli produk.
Tips ketiga adalah menggunakan media sosial dengan maksimal untuk menunjang personal branding yang sudah dibentuk. “Gunakan media sosial untuk memasarkan produk yang di afiliasi. Bangun kepercayaan followers dan komunitas yang cocok dengan bisnis yang dikerjakan atau ditawarkan,” tutup Soegimitro.
Pada akhirnya, bisnis afiliasi berpaku dengan ketekunan dan konsistensi untuk memasarkan produk secara daring dengan cara sederhana seperti menyebar link referral. Jika tidak puas dengan hal itu, afiliator bisa mencoba caranya sendiri dalam memasarkan produk.
Poin pentingnya terletak pada personal branding dan keunikan yang tak boleh luput diperhatikan sebagai kunci kesuksesan dalam membuat produk sukses laris terjual kepada konsumen.
Baca juga: Sinyal Resesi Kian Menguat, Yuk Lakukan Ini Agar Bisnis Tetap Bertahan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.