Ilustrasi komik lokal (Sumber: YouTube/Hypeabis.id)

Hypereport: Dinamika dan Pesona Dunia Komik Indonesia  

16 May 2023   |   13:25 WIB
Image
Syaiful Millah Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Like
Di balik sampul warna-warni dan halaman-halaman bergambar yang penuh petualangan dalam wadah bernama komik, ada sebuah industri yang telah tumbuh dan berkembang selama beberapa dekade. Dunia komik Indonesia sudah melalui jalan panjang dan penuh tantangan, mengalami pasang surut, hingga keterpurukan dan harapan. 

Sejarah komik nasional bisa ditelusuri mulai awal abad ke-20, ketika cerita bergambar mulai memikat hati masyarakat. Walaupun, kala itu, komik masih belum berbentuk buku utuh, hanya selebaran bagian dari media lain seperti majalah. Gaya dan tema komik Indonesia dipengaruhi oleh budaya lokal dan penjajahan kolonial yang berunsur budaya Barat. 

Kendati sudah beranjak dari 1920-an, baru pada periode 1960-an hingga 1980-an, industri komik Indonesia mengalami lonjakan popularitas. Era tersebut juga dikenal sebagai masa kejayaan komik nasional. Nama-nama seperti RA Kosasih, Tatang S, Ganes TH, Harya Suraminata (Hasmi) dan yang lainnya telah mengisi ruang hiburan arus utama saat itu. 

Periode setelahnya, komik lokal mengalami banyak guncangan. Mulai dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1980-an hingga, masifnya perangkat televisi yang langsung menempati posisi sebagai sarana hiburan masyarakat, hingga gempuran cerita bergambar dari Jepang dan Amerika Serikat ke Tanah Air.  

Baca juga: Mengenal RA Kosasih, Bapak Komik Indonesia dan Pencipta Karakter Sri Asih
 

Perkembangan teknologi yang makin menjadi-jadi, dengan maraknya perkembangan dan pemanfaatan internet, juga memberi ruang tersendiri bagi para pelaku ekosistem komik. Ibarat dua sisi mata uang, ada ancaman yang mengintai dan potensi yang bisa dimanfaatkan. Salah satunya adalah alih media komik fisik ke digital. 

Tak hanya proses peralihan bentuk fisik ke digital, bahkan kini muncul platform yang menjadi wadah bagi bentuk komik digital itu sendiri. Hal lain dari perkembangan teknologi yang memunculkan tantangan dan harapan, pro dan kontra, adalah kecerdasan buatan (artificial intelligence). Satu pihak beranggapan hal ini bakal mematikan pekerja kreatif, sementara yang lain menganggapnya sebagai booster untuk berkarya. 

Industri dan ekosistem komik nasional saat ini juga makin meriah dengan adanya pengembangan intelektual properti (IP). Komik-komik lawas diadaptasi ke dalam format yang benar-benar baru, mulai dari film, serial, hingga pernak-pernik produk bisnis. 

Dalam laporan khusus kali ini, Hypeabis.id coba mengangkat topik seputar industri dan ekosistem komik Indonesia. Mulai dari sejarah panjang, jatuh bangun dan perkembangannya sampai era sekarang, hingga masa depan komik nasional. Berikut ulasannya dalam tulisan seri. (klik sub-judul untuk membaca tulisan selengkapnya). 
 

1. Kejayaan Komik Indonesia Masih Sekadar Cerita 

Komik menjadi bacaan favorit semua kalangan masyarakat, bahkan sebelum era Kemerdekaan Indonesia. Namun, industri cerita bergambar ini kerap mengalami pasang surut, entah karena faktor perkembangan zaman, sosial, hingga politik. 

Kritikus Komik, Hikmat Darmawan, menyebut bahwa komik strip di Indonesia sudah ada sejak 1925 dalam bentuk komik gubahan yang dilokalkan atau media kolonial yang redaksinya orang Belanda. Namun, baru sekitar 1950-an, RA Kosasih menyatukan cerita bergambar yang dibukukan. 

Oleh karenanya, Kosasih diberi gelar sebagai Bapak Komik Indonesia. “Bukan karena dia pembuat komik pertama, tetapi dia salah satu yang membangun industri komik dalam bentuk buku,” katanya. Selama periode 1952-1967 komik menjadi industri kuat yang dominan melalui komik wayang dan legenda.

Sayangnya, industri komik Indonesia mulai runtuh pada 1980-an karena pasarnya bergeser ke industri toko buku yang tidak menerima komik asal Indonesia. Berlanjut pada 1990-an, muncul formasi komik asal Jepang, manga yang menarik minat publik. 

Sejak saat itu, Hikmat menyatakan belum melihat kebangkitan industri komik Indonesia. Walaupun ada sejumlah komik digital yang naik daun, itu hanya bersifat individual. 

Sementara itu, Komikus Beng Rahadian berpendapat bahwa industri komik di Indonesia mulai bangkit, baik dari segi kualitas maupun gagasan. Dia juga melihat perkembangan komik cukup signifikan karena munculnya kebebasan dalam berekspresi dan berkarya.  

Hanya saja, memang saat ini Indonesia telah kehilangan sejumlah nama komikus beken dan berpengaruh. Dia berharap muncul komikus baru yang gagasannya bukan hanya eksis dari segi konten tapi juga pemikiran. 

“Sudah saatnya komik terlibat dalam pemikiran yang besar. Ada komik Indonesia yang bisa jadi wacana internasional, bisa jadi perbincangan dan sesuatu yang bisa ditelaah, tidak lewat begitu saja,” katanya. 
 

2. Kontribusi Komikus Lokal dalam Pengembangan Industri Komik

Para pembuat komik atau yang dikenal sebagai komikus, memainkan peranan penting dalam industri komik nasional. Bukan karena dirinya sebagai seorang komikus, tapi mereka seringkali memberi bekal bagi para penerus yang pada akhirnya memperkaya ekosistem industri ini. 

Pembuat komik Muhammad Daniel Fahmi Rizal, misalnya, mengakui bahwa para profesional dalam industri komik memiliki peran penting dalam membantunya meraih kesuksesan sebagai komikus. Sebelumnya, dia belajar sendiri tapi keterampilannya makin terasah ketika bergabung dengan komunitas. 

Daniel meyakini, pengaruh komikus terhadap industri dari tahun ke tahun akan terus berkelanjutan dan menjadi bagian dari pertumbuhan talenta baru, yang akan menciptakan lingkungan lebih dinamis untuk industri komik di dalam negeri. 

Adapun, Managing Editor PT Elex Media Komputindo, Ratnasari Abubakar juga menilai komikus populer bisa menjadi pemicu semangat bagi komikus pemula dalam berkarya. Mereka kerap menjadi narasumber dalam acara diskusi komik atau yang berkaitan dengan komik.

Biasanya para komikus populer itu memberi tip dan saran kepada audiens yang tertarik untuk menjadi komikus, seperti cara menciptakan cerita yang bagus dan menarik, sehingga pembaca tertarik untuk membeli komik yang dibuat. 

“Juga memberi semangat dan dorongan, bagaimana perjuangan para komikus tersebut menjadi seorang komikus yang sukses,” katanya. 
 

3. Semarak Alih Media Komik dan Ajang Eksplorasi Pengembangan IP 

Intelektual properti (IP) jadi tren upaya pengembangan bisnis yang marak dilakukan beberapa waktu terakhir. Tak terkecuali IP yang berasal dari komik. Tren alih media itu berhasil dilakukan oleh nama-nama besar seperti Marvel dan Detective Comics (DC). Hal ini juga mulai coba diterapkan oleh sejumlah perusahaan di dalam negeri. 

Misalnya apa yang dilakukan oleh Bumilangit Entertainment yang turut mengalih media komik karya komikus legendaris Indonesia, termasuk karya RA Kosasih, Jan Mintaraga, hingga Hasmi. Hasilnya, muncullah film-film superhero yang sukses mendulang pasar pencinta film. 

General Manager Bumilangit Studios, Wim Berlinawan, menyebut ada sejumlah tantangan besar yang harus dilalui dalam proses alih media dari komik ke film, termasuk memilih sutradara yang tepat dan menyeimbangkan ekspektasi penggemar karakter tersebut. 

“Bahasa film itu bisa lebih luas dan universal dari apa yang sudah ada di komik,” katanya. 

Tak hanya film aksi langsung, alih wahana ini juga terjadi dari format komik ke bentuk animasi. Contohnya adalah IP Si Joki yang punya film animasi berjudul Si Juki The Movie (2017). Faza Meonk, pengkarya di balik karakter Si Juki punya prinsip kuat untuk mempertahankan karakter besutannya itu dalam bentuk animasi. 

“Sebetulnya awalnya banyak yang nawarinnya bukan film animasi, tapi live action. Saya selalu menolak. Saya merasa punya concern di industri animasi dan komik. Saya masih mau komik ini diadaptasi menjadi animasi,” jelas Faza.
 

4. Masa Depan Industri Komik Indonesia di Tengah Gempuran AI

Kecerdasan buatan memainkan peran penting dalam membentuk masa depan industri buku komik dan memengaruhi segalanya, mulai dari pembuatan konten hingga konsumsi. 

Kolaborasi antara manusia dan AI dipercaya akan meningkatkan kualitas penceritaan buku komik, menciptakan pengalaman yang lebih menarik dan imersif bagi pembaca.

Bagus Wahyu Ramadhan dari Asosiasi Komik Indonesia, tak menampik keberadaan AI bisa digunakan sebagai salah satu alat penunjang komikus untuk berkarya. Teknologi yang belakangan membuat geger itu bisa menjadi alat untuk brainstorming awal dalam pembuatan komik. 

Pasalnya, dari hasil percobaan beberapa krator di Tanah Air menurutnya hasil teknologi tersebut masihlah sangat dasar dan perlu dikembangkan lagi. Sehingga diperlukan sentuhan lain dari sang seniman agar lebih bisa dinikmati oleh penggemar yang saat ini pun beragam.

Pada kesempatan lain, Archie The RedCat komikus di balik komik daring Eggnoid mengungkap sejauh ini teknologi AI juga hanya masih terbatas pada meniru cara menggambar manusia. Sehingga masih memiliki kekurangan banyak yang mendasar untuk mengembangkan cerita sebuah komik. 

"Mungkin suatu saat AI juga bisa meniru hal ini, tapi jika saat itu terjadi masih ada manusia yang punya ide dan penyutradaraan nya sendiri, jadi lebih ke [personal] komikus saja mau sejauh apa menggunakan teknologi untuk menciptakan karya komik bagi penggemar," katanya. 

Baca juga: Pengin Jadi Komikus? Ada Mata Kuliah Komik di Vokasi Universitas Indonesia Lho!

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Penyanyi Niki Akan Tampil di Indonesia dalam Tur Dunia 2023, Catat Tanggalnya

BERIKUTNYA

Sukses di Bioskop, Avatar 2: The Way of Water Tayang di Disney+ dan Max Juni 2023

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: