Pameran fotografi Kuotie-dien (Sumber gambar: Rubanah Underground Hub)

Pameran Tunggal Fotografer Paul Kadarisman "Kuotie-dien", Menampilkan Keindahan dari Sesuatu yang Remeh

10 April 2023   |   17:34 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Di kehidupan nyata, benda-benda seperti buah jeruk, uang koin, tutup gelas kopi, kerupuk kulit, kabel dan roti mungkin adalah sejumlah objek biasa karena sering kita temukan sehari-hari. Namun, benda-benda tersebut menjadi tampak berbeda ketika menyatu dengan objek lain dalam kesatuan komposisi foto.

Hal inilah yang tampak pada setidaknya 14 foto karya fotografer Paul Kadarisman yang ditampilkan dalam pameran tunggalnya bertajuk Kuotie-dien. Sekilas, foto-foto karya Paul yang menggunakan pendekatan still life, tampak sekadar memotret benda-benda yang tak asing dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Sejuta Rasa dalam Kurasi Karya: Proses Kuratorial Pameran Tunggal Handrio

Namun, jika diamati, barang-barang yang kerap dianggap umum itu dikumpulkan lalu disatukan dengan komposisi tertentu, sehingga membuat siapa pun yang melihatnya secara tidak langsung akan mencoba mencari makna di balik foto-foto tersebut.

Dengan kecanggihan lensa kamera dan kemampuan sang fotografer untuk mengumpulkan, menata, dan membuat komposisi, benda-benda yang kerap dianggap remeh bisa menjadi sejajar ukurannya dalam satu bingkai foto. "Buat gue, benda-benda itu punya ceritanya masing-masing. Begitu juga saat orang lain lihat, pasti mereka punya ceritanya sendiri-sendiri," kata Paul.

Dalam membuat karya fotonya, fotografer lulusan Institut Kesenian Jakarta ini mengumpulkan benda-benda di sekitarnya, yang menurutnya memiliki koneksi dan histori tersendiri. Namun, dia mengaku tidak memiliki konsep tertentu dalam mengatur komposisi di setiap fotonya, tetapi mengikuti selera dan nalurinya.
 

v

Salah satu karya di pameran fotografi Kuotie-dien (Sumber gambar: Rubanah Underground Hub)

Inspirasi Paul dalam membuat karya-karya fotografinya kali ini berawal dari film Kung Fu Panda (2008). Dalam satu adegan, bapak dari Po mengungkapkan bahwa resep untuk membuat bakmi yang enak itu sebenarnya tidak ada. Karakter itu menyebut bahwa untuk membuat sesuatu yang spesial, seseorang hanya perlu percaya bahwa itu spesial.

Baca juga: Tiga Pameran Produk & Gaya Hidup Halal Akan Diselenggarakan, Catat Tanggalnya!

Maksud yang senada muncul sekali lagi dalam film itu ketika karakter Po akhirnya bisa mengambil dragon scroll yang konon memiliki suatu jurus dahsyat. Ternyata, dragon scroll berisikan lembaran kosong dengan berlapis emas sehingga dia bisa melihat refleksi dari wajahnya sendiri. Hal ini seperti menyiratkan bahwa rahasia dari semua hal yang dianggap besar berasal dari diri sendiri.

Ya, kutipan dialog itu seolah mewakili praktik fotografi still life yang diusung oleh Paul dalam karya-karya fotonya. Barang-barang yang tidak asing yang bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, ditata dan dibekukan pada momen tertentu untuk kepentingan keindahan.

Barang-barang yang semula sepele berubah seolah menjadi istimewa, spesial, penting, karena diberikan panggung, ditata, diberi pencahayaan, direkam, dicetak, dibingkai, dan dihadirkan dalam satu pameran.

Baca juga: Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Kontemporer Untuk Mengedukasi Publik

Dengan foto-foto itu, sang fotografer tampak ingin merayakan hal-hal kecil dalam kehidupan, dengan benda-benda yang memiliki histori sendiri dengannya. Sementara judul pameran Kuotie-dien sendiri terinspirasi dari kata Prancis, quotidien, yang berarti keseharian.
 

Salah satu karya di pameran fotografi Kuotie-dien (Sumber gambar: Rubanah Underground Hub)

Salah satu karya di pameran fotografi Kuotie-dien (Sumber gambar: Rubanah Underground Hub)

Kurator Enin Supriyanto menjelaskan persoalan ketegangan dan dinamika yang tersirat dari setiap karya foto yang dipamerkan setidaknya dapat dilihat dari objek-objek dalam foto, dengan posisi dan peran yang dipilih fotografer sebagai subjek.

Beberapa karya yang dibuat pada 2023 seperti Ceramics and Buddha, Still Life with Onion, Reflector and Rocks, Buddha, Still Life, Still Life with Earphone, Coins dan Kuotie adalah karya-karya, yang menunjukkan otoritas fotografer yang menetapkan sekumpulan benda untuk hadir bersama-sama dalam bidang gambar, dalam bingkai fotografi.

Terlepas dari kategorisasi dan motif sang fotografer, objek-objek yang ada dalam foto-foto tersebut masih dapat segera dikenali. Namun, karya foto Coins dan Kuotie tampak agak berbeda, lebih karena cara perletakan benda-bendanya yang menyebar dan tidak terhimpun saling berdempetan. "Tapi dalam hal logika kehadiran benda-benda, keduanya masih serumpun dengan karya-karya lain dalam kelompok ini," katanya.

Di samping itu, Enin juga menuturkan judul-judul yang diberikan dalam koleksi karya foto ini juga turut membantu untuk mengenali dengan lebih baik lagi, atau bahkan menjadi pengalih perhatian yang tampak sengaja dilakukan sang fotografer.

Baca juga: Melihat Pergulatan & Harapan Perupa Suvi Wahyudianto dalam Pameran Di Antara Tapal

Selain itu, beberapa foto juga menghadirkan objek kecil yang justru mencuri perhatian seperti patung Buddha kecil, bawang merah, plastik reflektor berwarna merah, juga earphone dengan kabelnya yang serba putih di tengah buah dan sayuran warna-warni. "Pengalihan atau penetapan pusat perhatian ini menegaskan ambiguitas hubungan antar objek yang ada dalam foto," jelas dia.

Sementara pada sejumlah karya yang lain seperti Blue Sapphire and Kodak Chrome, Viewfinder and Ceramics, Weights and Sweets, Still Life, Still Life with Orange and Lime, petunjuk untuk mengenali alasan pengelompokan mulai kabur.
 

Salah satu karya di pameran fotografi Kuotie-dien (Sumber gambar: Rubanah Underground Hub)

Fotografer Paul Kadarisman (Sumber gambar: Rubanah Underground Hub)

Enin menuturkan dalam beberapa karya itu, sang fotografer mulai membiarkan kehadiran objek saling bersitegang. Tidak ada lagi kategorisasi yang mudah atau dapat dikenali. Sebaliknya, yang tersedia hanyalah kerapatan benda-benda ini di tengah bidang gambar. Hubungan benda-benda kini bergeser dari ambiguitas ke arah yang arbitrer atau manasuka.

Sifat arbitrer atau ketidakaturan ini menjadi semakin jelas dan kuat dalam karya Bandage and Master Crane, dan Still Life with No Videotape. "Yang terakhir ini jadi istimewa, karena [judulnya] justru meminta perhatian kita beralih pada yang tidak ada, kepada yang tidak hadir dalam foto," jelasnya.

Kondisi ini memaksa audiens untuk menerima kehadiran benda-benda apa adanya. Enin menjelaskan dalam situasi hadirnya benda-benda secara arbitrer atau tidak beraturan ini, intensi dan otoritas fotografer menjadi tidak mendominasi, yang hadir ke depan adalah ketegangan antara audiens dengan karya yang berusaha memahami berbagai kemungkinan alasan kehadiran benda-benda itu.

Baca juga: 5 Seniman dengan Autisme Unjuk Karya Seni dalam Pameran Amal

"Kita sibuk dalam kegelisahan untuk menafsir, sampai kita mungkin pasrah menerima kehadiran benda-benda itu sebagai sekedar sekumpulan benda, yang tampak akrab dari situasi sehari-hari, apa adanya," kata Enin.

Pada kesempatan terpisah, Program Director Rubanah Underground Hub, Grace Samboh menjelaskan pameran Kuotie-dien sejatinya masih memiliki benang merah dengan pameran tunggal terakhir Paul yang digelar 13 tahun lalu berjudul Boring happy days. Sang fotografer memotret barang-barang yang di luar anggapan keindahan orang pada umumnya menjadi satu keindahan visual.

Benda-benda kecil yang tersaji dalam koleksi karya foto sang fotografer, lanjutnya, bisa membuat keseluruhan objeknya menjadi tampak setara. "Karya-karya Paul itu mengajak audiens untuk bisa menghargai apapun. Karena, di atas panggung kameranya, semua benda posisinya menjadi setara,"  kata Grace.

Baca juga: Pameran Dare to be Great, Dare to Collaborate, and Dare to Love, Bukti Penyandang Autisme Dapat Berkarya

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Wow, The Super Mario Bros Movie Raup Penjualan Tiket Box Office Global Rp5,6 Triliun

BERIKUTNYA

Wow Begini Gaya Rock Chic ala Kep1er di Momen Comback Lewat MV Giddy

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: