Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Kontemporer Untuk Mengedukasi Publik
05 April 2023 |
07:00 WIB
Grey Gallery mengadakan pameran seni rupa bertajuk To Paint di Bandung sampai dengan 30 April 2023. Pameran yang menghadirkan berbagai seniman established di dalam negeri ini merupakan bentuk usaha galeri dalam mengedukasi publik tentang seni kontemporer di kota yang juga kerap disebut Paris van Java itu.
Kurator Pameran, Vincent Rumahloine mengatakan pameran bertajuk To Point diadakan karena selama ini seni rupa kontemporer jarang sekali berhubungan langsung dengan masyarakat luas di kota yang juga terkenal dengan sebutan Kota Kembang.
“To paint adalah sebuah penyederhanaan tentang istilah painting sebagai entry point bagi public awal tentang seni lukis dan diharapkan dapat menghasilkan diskusi tentang pemahaman seni rupa kontemporer secara perlahan,” katanya kepada Hypeabis.id.
Baca juga: 5 Seniman dengan Autisme Unjuk Karya Seni dalam Pameran Amal
Sebagai upaya mendekatkan seni rupa kontemporer kepada masyarakat, pameran ini menyajikan beragam karya seni lukis dari para seniman dengan gaya realis lantaran masyarakat sudah familier dengannya.
Tidak hanya itu, lukisan-lukisan bergaya realis dari para seniman juga akan lebih mudah dimaknai oleh para pengunjung secara umum jika dibandingkan dengan gaya lainnya.
Selain itu, pameran ini juga merupakan bentuk respons galeri terhadap animo masyarakat luas atas kehadiran Grey Gallery di Bandung. Menurutnya, sejak pertama kali dibuka, galeri yang berada di daerah Braga ini telah dikunjungi oleh 2.500 orang setiap hari.
Dia menambahkan, para peserta yang terlibat dalam pameran ini berasal dari berbagai latar belakang, seperti guru, mahasiswa, dan sebagainya. Kemudian, ajang ini juga menampilkan karya seniman established dan juga pemenang kompetisi tingkat internasional.
Seniman yang ikut serta seperti Clarissa Tiffany, Prabu Perdana, Suvi Wahyudianto, Eko Bambang Wisnu, Elia Yoesman, Bagas Mahardika, Adytria Negara, Raina Luthfia, Tamara M Alamsyah, Andina Calista Utami, Cecep M Taufik, dan sebagainya.
“Pemilihan seniman yang pasti kita mencoba mendapatkan seniman yang cukup beragam dalam waktu yang cukup pendek untuk sebuah pameran lukisan,” katanya.
Sebelum melakukan pameran, dia menuturkan melakukan sejumlah langkah seperti fokus mencari seniman senior untuk ikut pameran, menulis, riset sederhana, dan mencoba memahami seni lukis pada saat ini dengan bertemu seniman R.E. Hartanto.
Pameran yang menampilkan 22 karya seni lukis tersebut menyajikan gagasan para pelukis yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Setiap pelukis membawa ide sendiri untuk disajikan kepada masyarakat yang datang ke pameran tersebut.
Pada kesempatan terpisah, Prabu Perdana yang menjadi salah satu seniman dalam pameran ini membawa dua karya. Pertama berjudul Memory of City (2022) dengan medium akrilik di atas kanvas berukuran 100 x 200 cm. Kedua adalah Apocalypse Side Near Cikapundung (2022) berukuran 100 x 200 cm dengan medium akrilik di atas kanvas.
“Karya ini tentang Kota Bandung,” katanya.
Dia menuturkan, lanskap sebagai subjek dalam kedua karya itu mengingatkan bahwa manusia dan alam hidup berdampingan. Dalam hal ini, ego manusia yang dikalahkan. Sementara itu, alam yang mengambil alih dan mendominasi.
Pria seniman yang pernah memenangkan salah satu ajang kompetisi melukis di dalam dan luar negeri itu menggunakan kota Bandung sebagai simbol ego manusia. Kemudian, gedung dan jalan yang terdapat di dalam lukisan sebagai visualisasi kota Bandung berasal dari foto yang terdapat di dalam gawai pintar. Kemudian, dia melakukan improvisasi dari foto-foto yang ada.
Dia berharap, dapat memberikan imajinasi kepada para apresiator yang menyaksikan kedua karya tersebut. Dengan begitu, maka para pengunjung pameran dapat dengan bebas menafsirkan apa yang ada di dalam karya.
Salah satunya adalah alam yang akan tetap menjadi pemenang tidak peduli seberapa besar ego yang dimiliki oleh manusia. Mereka tidak akan pernah bisa mengalahkan alam. Gedung atau jalan dapat hancur atau kalah ketika alam sudah bertindak.
Baca juga: CAN'S Gallery Siapkan Pameran Tunggal Karya Seniman Agung Mangu Putra
Dia menuturkan, kondisi kota Bandung beberapa tahun ke belakang, seperti pembangunan ynag masif menjadi salah satu pemicu untuk menghasilkan karya seni tersebut.
Editor: Fajar Sidik
Kurator Pameran, Vincent Rumahloine mengatakan pameran bertajuk To Point diadakan karena selama ini seni rupa kontemporer jarang sekali berhubungan langsung dengan masyarakat luas di kota yang juga terkenal dengan sebutan Kota Kembang.
“To paint adalah sebuah penyederhanaan tentang istilah painting sebagai entry point bagi public awal tentang seni lukis dan diharapkan dapat menghasilkan diskusi tentang pemahaman seni rupa kontemporer secara perlahan,” katanya kepada Hypeabis.id.
Baca juga: 5 Seniman dengan Autisme Unjuk Karya Seni dalam Pameran Amal
Sebagai upaya mendekatkan seni rupa kontemporer kepada masyarakat, pameran ini menyajikan beragam karya seni lukis dari para seniman dengan gaya realis lantaran masyarakat sudah familier dengannya.
Tidak hanya itu, lukisan-lukisan bergaya realis dari para seniman juga akan lebih mudah dimaknai oleh para pengunjung secara umum jika dibandingkan dengan gaya lainnya.
Selain itu, pameran ini juga merupakan bentuk respons galeri terhadap animo masyarakat luas atas kehadiran Grey Gallery di Bandung. Menurutnya, sejak pertama kali dibuka, galeri yang berada di daerah Braga ini telah dikunjungi oleh 2.500 orang setiap hari.
Dia menambahkan, para peserta yang terlibat dalam pameran ini berasal dari berbagai latar belakang, seperti guru, mahasiswa, dan sebagainya. Kemudian, ajang ini juga menampilkan karya seniman established dan juga pemenang kompetisi tingkat internasional.
Seniman yang ikut serta seperti Clarissa Tiffany, Prabu Perdana, Suvi Wahyudianto, Eko Bambang Wisnu, Elia Yoesman, Bagas Mahardika, Adytria Negara, Raina Luthfia, Tamara M Alamsyah, Andina Calista Utami, Cecep M Taufik, dan sebagainya.
“Pemilihan seniman yang pasti kita mencoba mendapatkan seniman yang cukup beragam dalam waktu yang cukup pendek untuk sebuah pameran lukisan,” katanya.
Sebelum melakukan pameran, dia menuturkan melakukan sejumlah langkah seperti fokus mencari seniman senior untuk ikut pameran, menulis, riset sederhana, dan mencoba memahami seni lukis pada saat ini dengan bertemu seniman R.E. Hartanto.
Pameran yang menampilkan 22 karya seni lukis tersebut menyajikan gagasan para pelukis yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Setiap pelukis membawa ide sendiri untuk disajikan kepada masyarakat yang datang ke pameran tersebut.
Pada kesempatan terpisah, Prabu Perdana yang menjadi salah satu seniman dalam pameran ini membawa dua karya. Pertama berjudul Memory of City (2022) dengan medium akrilik di atas kanvas berukuran 100 x 200 cm. Kedua adalah Apocalypse Side Near Cikapundung (2022) berukuran 100 x 200 cm dengan medium akrilik di atas kanvas.
“Karya ini tentang Kota Bandung,” katanya.
Dia menuturkan, lanskap sebagai subjek dalam kedua karya itu mengingatkan bahwa manusia dan alam hidup berdampingan. Dalam hal ini, ego manusia yang dikalahkan. Sementara itu, alam yang mengambil alih dan mendominasi.
Pria seniman yang pernah memenangkan salah satu ajang kompetisi melukis di dalam dan luar negeri itu menggunakan kota Bandung sebagai simbol ego manusia. Kemudian, gedung dan jalan yang terdapat di dalam lukisan sebagai visualisasi kota Bandung berasal dari foto yang terdapat di dalam gawai pintar. Kemudian, dia melakukan improvisasi dari foto-foto yang ada.
Dia berharap, dapat memberikan imajinasi kepada para apresiator yang menyaksikan kedua karya tersebut. Dengan begitu, maka para pengunjung pameran dapat dengan bebas menafsirkan apa yang ada di dalam karya.
Salah satunya adalah alam yang akan tetap menjadi pemenang tidak peduli seberapa besar ego yang dimiliki oleh manusia. Mereka tidak akan pernah bisa mengalahkan alam. Gedung atau jalan dapat hancur atau kalah ketika alam sudah bertindak.
Baca juga: CAN'S Gallery Siapkan Pameran Tunggal Karya Seniman Agung Mangu Putra
Dia menuturkan, kondisi kota Bandung beberapa tahun ke belakang, seperti pembangunan ynag masif menjadi salah satu pemicu untuk menghasilkan karya seni tersebut.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.