Hypereport: Karakteristik Gen Z, Profesi yang Diminati sampai Tingkat Kesejahteraan Hidup
31 December 2024 |
14:52 WIB
Generasi Z alias Gen Z yang mencakup individu kelahiran 1997 sampai 2012, merupakan kelompok demografis yang memiliki pengaruh signifikan di Indonesia. Untuk mengenal lebih lanjut karakteristik kelompok usia ini, berikut adalah beberapa data statistik mengenai Gen Z di Indonesia.
Menurut Sensus Penduduk 2020, Gen Z merupakan kelompok terbesar dalam populasi Indonesia. Data BPS menunjukkan bahwa jumlah penduduk Gen Z mencapai 71,5 juta jiwa atau sekitar 26,4 persen dari total populasi Indonesia.
Baca juga liputan terkait:
1. Hypereport: Perilaku Belanja Generasi Z, Tak Sekadar Beli
2. Hypereport: Self Improvement Gen Z di Dunia Karier 2025
3. Hypereport: Penguatan Fondasi Jadi Modal Penting Gen Z Mengelola Keuangan 2025
4. Hypereport: Minat & Tujuan Gen Z Mencapai Pendidikan Tinggi Pada 2025
5. Hypereport: Kesehatan Mental dan Fisik jadi Fokus Utama Gen Z Hadapi Tantangan 2025
Secara total terdapat perbandingan yang hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam kelompok usia Gen Z. Adapun laki-laki Gen Z sebanyak 36,79 juta jiwa, sementara perempuan sebanyak 34,71 juta jiwa.
Jumlah populasi Gen Z lebih besar dibandingkan generasi milenial yang lahir antara 1981 sampai 1996, yakni sejumlah 69,69 juta jiwa. Dilanjutkan dengan generasi X yang lahir antara 1965 dan 1980, yakni sejumlah 56.55 juta jiwa, selanjutnya generasi alpha kelahiran 2010 sampai saat ini sebanyak 35.32 juta jiwa.
Kelompok usia ini juga dikenal dengan julukan tech-savvy, di mana mereka memiliki pemahaman yang sangat tinggi terhadap teknologi dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Ini sedikit banyak memengaruhi keputusan mereka dalam berkarier.
Mengutip data Statista dalam surveinya bersama Markplus.Inc, pada 2022 sebanyak 58 persen dari populasi pekerja Gen Z di Indonesia menjatuhkan pilihan tempat bekerja pada instansi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sementara dari sisi profesi, bidang kerja pemasaran menjadi pilihan teratas Gen Z. Ini berkaitan dengan salah satu karakteristik mereka yang dekat dengan penggunaan teknologi dan media sosial. Sehingga jenis pekerjaan seperti Digital Marketing dan Social Media Specialist paling banyak diminati.
Selain lekat dengan teknologi, karakteristik pekerja Gen Z juga mengutamakan work-life balance. Beberapa survey yang dilakukan oleh IDN Research Institute, McKinsey & Company, serta Center for Digital Society menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen pekerja Gen-Z menyetujui akan pentingnya work-life balance dalam pekerjaan mereka. Mereka berpendapat bahwa work-life balance merupakan kunci untuk menjaga dan melindungi kesehatan mental.
Pekerja Gen Z juga sangat memperhatikan fleksibilitas dalam pola dan budaya kerjanya. Terlihat dari jumlah 75 persen pekerja Gen Z yang memilih jadwal kerja fleksibel sebagai salah satu prioritas tertinggi dalam hidupnya.
Adapun dari segi pola kerjanya, presentase pekerja Gen Z yang memilih pola kerja work from home (WFH) sebesar 36 persen, lebih banyak dibandingkan yang memilih untuk bekerja secara hybrid dari rumah dan kantor sebesar 33 persen, dan diikuti dengan work from office (WFO) yakni 32 persen.
Sejalan dengan data tersebut, hasil survey Indonesia Gen Z Report 2024 yang dikeluarkan oleh IDN Research Institute, diketahui 56 persen Gen Z di Indonesia rata-rata berpenghasilan kurang dari Rp2,5 juta per bulannya.
26 persen responden lainnya mengungkapkan pendapatannya berada pada rentang Rp2,5 juta hingga Rp5 juta per bulannya. 14 persen responden mengungkapkan pendapatannya dalam kisaran Rp5 juta sampai 10 juta per bulan. 3 persen responden berpenghasilan 10 juta sampai 30 juta dan hanya 1 persen dari mereka yang memiliki penghasilan di atas 100 juta.
Setelah itu, belanja bahan makanan menjadi kebutuhan rutin terbanyak kedua Gen Z. Sebanyak 51,2 persen gen Z mengaku melakukan belanja bahan makanan secara rutin setiap bulan. Kemudian, 34,9 persen Gen Z membelanjakan uangnya secara rutin untuk bahan bakar.
Pengeluaran mereka selanjutnya digunakan untuk bayar tagihan rutin, seperti cicilan rumah, kendaran, dan lain sebagainya sebesar 32,3 persen. Kemudian, 31,4 persen Gen Z membelanjakan uangnya secara rutin untuk membeli makan dan minuman di luar.
Pengeluaran terendah digunakan untuk hiburan. Hanya sebanyak 9,3 persen responden gen Z membelanjakan uangnya untuk liburan. Ada pula 13,4 persen gen Z yang memiliki pengeluaran rutin untuk hobi dan hiburan.
Di samping memenuhi kebutuhan hidup, para Gen Z juga memiliki prioritas yang melibatkan masa depan dan kebahagiaan orang di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari survei DataIndonesia.id pada 1 Agustus-22 Oktober 2023 terhadap 472 responden Gen Z dari berbagai latar belakang pekerjaan.
Disebutkan membahagiakan orang tua atau keluarga menjadi prioritas terbesar mereka. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh 58,67 persen responden berusia 11-26 tahun. Sementara 44,3 persen Gen Z mengutamakan gaji dan karier yang mapan. Kemudian, 41,67 persen Gen Z menjadikan kondisi keuangan yang baik sebagai prioritas hidup mereka.
Sebanyak 37,33 persen Gen Z memprioritaskan sehat secara fisik dan mental. Kemudian, terdapat 33 persen gen z yang mengutamakan taat beragama atau beribadah dalam hidup mereka.
Gen Z yang memprioritaskan untuk memiliki pasangan hidup yang tepat sebanyak 18 persen. Lalu, proporsi gen Z yang memprioritaskan untuk memiliki banyak waktu dengan keluarga serta relasi yang baik masing-masing sebesar 17,67 persen dan 17,33 persen.
Sebanyak 16,33 persen gen z di Indonesia mengutamakan pendidikan yang tinggi dalam hidupnya. Sementara, 8,67 persen Gen Z lainnya ingin lebih banyak berlibur atau traveling.
Mengutip Data Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), BPS mencatat, pada Agustus 2023, tercatat 22,25 persen dari 44,7 juta anak muda Gen Z tidak bekerja, menjalani pendidikan dan mendapat pelatihan (not in employment, education, and training/NEET).
Apabila dirinci, anak muda dalam kategori NEET justru tinggal di daerah perkotaan yakni sebanyak 5,2 juta orang dan 4,6 juta di pedesaan.
Sementara jika dilihat berdasarkan jenis kelaminnya, jumlah anak muda yang tergolong NEET yakni perempuan mencapai 5,73 juta orang atau setara 26,54 persen dan laki-laki 4,17 juta orang atau 18,21 persen.
Apabila dilihat berdasarkan golongan umurnya, anak muda dalam kategori NEET paling banyak berada di usia 20 hingga 24 tahun, yakni sebanyak 6,46 juta orang dan usia 15 hingga 19 tahun sejumlah 3,44 juta orang.
Dilihat berdasarkan pendidikannya, anak muda yang tergolong NEET paling banyak merupakan lulusan sekolah menengah atas (SMA) yakni sebanyak 3,57 juta orang. Lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) mencapai 2,29 juta orang, lulusan sekolah menengah pertama (SMP) 1,84 juta orang, dan sekolah dasar (SD) jumlahnya 1,63 juta.
Adapun jumlah anak muda NEET lulusan universitas jenjang S1, S2, S3 ada sebanyak 452.713 orang dan sementara lulusan diploma ada 108.464 orang. Kendati demikian, berdasarkan data BPS, persentase anak muda NEET pada 2023 yakni 22,25 persen. Jumlah ini menurun sekitar 0,97 persen dibandingkan periode Agustus 2022.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Menurut Sensus Penduduk 2020, Gen Z merupakan kelompok terbesar dalam populasi Indonesia. Data BPS menunjukkan bahwa jumlah penduduk Gen Z mencapai 71,5 juta jiwa atau sekitar 26,4 persen dari total populasi Indonesia.
Baca juga liputan terkait:
1. Hypereport: Perilaku Belanja Generasi Z, Tak Sekadar Beli
2. Hypereport: Self Improvement Gen Z di Dunia Karier 2025
3. Hypereport: Penguatan Fondasi Jadi Modal Penting Gen Z Mengelola Keuangan 2025
4. Hypereport: Minat & Tujuan Gen Z Mencapai Pendidikan Tinggi Pada 2025
5. Hypereport: Kesehatan Mental dan Fisik jadi Fokus Utama Gen Z Hadapi Tantangan 2025
Secara total terdapat perbandingan yang hampir seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam kelompok usia Gen Z. Adapun laki-laki Gen Z sebanyak 36,79 juta jiwa, sementara perempuan sebanyak 34,71 juta jiwa.
Jumlah populasi Gen Z lebih besar dibandingkan generasi milenial yang lahir antara 1981 sampai 1996, yakni sejumlah 69,69 juta jiwa. Dilanjutkan dengan generasi X yang lahir antara 1965 dan 1980, yakni sejumlah 56.55 juta jiwa, selanjutnya generasi alpha kelahiran 2010 sampai saat ini sebanyak 35.32 juta jiwa.
Profesi dan Pola Kerja yang Diminati Gen Z
Gen-Z berpeluang menjadi kelompok usia produktif paling banyak pada 2045 mendatang. Terlebih, sebagai generasi yang mendominasi populasi Indonesia, mereka diharapkan mampu menjadi pilar utama dalam mendukung pembangunan negara.Kelompok usia ini juga dikenal dengan julukan tech-savvy, di mana mereka memiliki pemahaman yang sangat tinggi terhadap teknologi dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Ini sedikit banyak memengaruhi keputusan mereka dalam berkarier.
Mengutip data Statista dalam surveinya bersama Markplus.Inc, pada 2022 sebanyak 58 persen dari populasi pekerja Gen Z di Indonesia menjatuhkan pilihan tempat bekerja pada instansi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sementara dari sisi profesi, bidang kerja pemasaran menjadi pilihan teratas Gen Z. Ini berkaitan dengan salah satu karakteristik mereka yang dekat dengan penggunaan teknologi dan media sosial. Sehingga jenis pekerjaan seperti Digital Marketing dan Social Media Specialist paling banyak diminati.
Selain lekat dengan teknologi, karakteristik pekerja Gen Z juga mengutamakan work-life balance. Beberapa survey yang dilakukan oleh IDN Research Institute, McKinsey & Company, serta Center for Digital Society menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen pekerja Gen-Z menyetujui akan pentingnya work-life balance dalam pekerjaan mereka. Mereka berpendapat bahwa work-life balance merupakan kunci untuk menjaga dan melindungi kesehatan mental.
Pekerja Gen Z juga sangat memperhatikan fleksibilitas dalam pola dan budaya kerjanya. Terlihat dari jumlah 75 persen pekerja Gen Z yang memilih jadwal kerja fleksibel sebagai salah satu prioritas tertinggi dalam hidupnya.
Adapun dari segi pola kerjanya, presentase pekerja Gen Z yang memilih pola kerja work from home (WFH) sebesar 36 persen, lebih banyak dibandingkan yang memilih untuk bekerja secara hybrid dari rumah dan kantor sebesar 33 persen, dan diikuti dengan work from office (WFO) yakni 32 persen.
Kesejahteraan Hidup Gen Z
Di samping segala karakteristik yang ditunjukkan para pekerja Gen Z, kesejahteraan kerja mereka dilihat dari rata-rata pendapatan yang diterima. Berdasarkan survei BPS 2023 menunjukkan bahwa pekerja kelompok usia 15-24 tahun pada sektor formal memperoleh rata-rata pendapatan sebesar Rp1,7 juta. Sektor formal dalam hal ini meliputi para buruh dengan status kerja tetap yang bekerja di berbagai bidang industri, mulai dari pemerintahan hingga sektor swasta.Sejalan dengan data tersebut, hasil survey Indonesia Gen Z Report 2024 yang dikeluarkan oleh IDN Research Institute, diketahui 56 persen Gen Z di Indonesia rata-rata berpenghasilan kurang dari Rp2,5 juta per bulannya.
26 persen responden lainnya mengungkapkan pendapatannya berada pada rentang Rp2,5 juta hingga Rp5 juta per bulannya. 14 persen responden mengungkapkan pendapatannya dalam kisaran Rp5 juta sampai 10 juta per bulan. 3 persen responden berpenghasilan 10 juta sampai 30 juta dan hanya 1 persen dari mereka yang memiliki penghasilan di atas 100 juta.
Alokasi Pengeluaran dan Prioritas Hidup Gen Z
Dengan besaran pendapatan tersebut, para Gen Z mengalokasikannya untuk berbagai pengeluaran biaya hidupnya. Hasil survei Katadata Insight Center (KIC) dan Zigi pada 2021 menunjukkan, porsi belanja rutin bulanan Gen Z paling banyak atau 72,9 persen untuk komunikasi, seperti membeli pulsa, internet, dan lain sebagainya.Setelah itu, belanja bahan makanan menjadi kebutuhan rutin terbanyak kedua Gen Z. Sebanyak 51,2 persen gen Z mengaku melakukan belanja bahan makanan secara rutin setiap bulan. Kemudian, 34,9 persen Gen Z membelanjakan uangnya secara rutin untuk bahan bakar.
Pengeluaran mereka selanjutnya digunakan untuk bayar tagihan rutin, seperti cicilan rumah, kendaran, dan lain sebagainya sebesar 32,3 persen. Kemudian, 31,4 persen Gen Z membelanjakan uangnya secara rutin untuk membeli makan dan minuman di luar.
Pengeluaran terendah digunakan untuk hiburan. Hanya sebanyak 9,3 persen responden gen Z membelanjakan uangnya untuk liburan. Ada pula 13,4 persen gen Z yang memiliki pengeluaran rutin untuk hobi dan hiburan.
Di samping memenuhi kebutuhan hidup, para Gen Z juga memiliki prioritas yang melibatkan masa depan dan kebahagiaan orang di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari survei DataIndonesia.id pada 1 Agustus-22 Oktober 2023 terhadap 472 responden Gen Z dari berbagai latar belakang pekerjaan.
Disebutkan membahagiakan orang tua atau keluarga menjadi prioritas terbesar mereka. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh 58,67 persen responden berusia 11-26 tahun. Sementara 44,3 persen Gen Z mengutamakan gaji dan karier yang mapan. Kemudian, 41,67 persen Gen Z menjadikan kondisi keuangan yang baik sebagai prioritas hidup mereka.
Sebanyak 37,33 persen Gen Z memprioritaskan sehat secara fisik dan mental. Kemudian, terdapat 33 persen gen z yang mengutamakan taat beragama atau beribadah dalam hidup mereka.
Gen Z yang memprioritaskan untuk memiliki pasangan hidup yang tepat sebanyak 18 persen. Lalu, proporsi gen Z yang memprioritaskan untuk memiliki banyak waktu dengan keluarga serta relasi yang baik masing-masing sebesar 17,67 persen dan 17,33 persen.
Sebanyak 16,33 persen gen z di Indonesia mengutamakan pendidikan yang tinggi dalam hidupnya. Sementara, 8,67 persen Gen Z lainnya ingin lebih banyak berlibur atau traveling.
Tingkat Pengangguran Gen Z
Sayangnya, BPS mencatat ada sebanyak 9,9 juta anak muda Indonesia berusia 15 hingga 24 tahun yang termasuk dalam kelompok usia Gen Z, justru tidak bekerja atau bahkan mendapatkan pelatihan apapun.Mengutip Data Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), BPS mencatat, pada Agustus 2023, tercatat 22,25 persen dari 44,7 juta anak muda Gen Z tidak bekerja, menjalani pendidikan dan mendapat pelatihan (not in employment, education, and training/NEET).
Apabila dirinci, anak muda dalam kategori NEET justru tinggal di daerah perkotaan yakni sebanyak 5,2 juta orang dan 4,6 juta di pedesaan.
Sementara jika dilihat berdasarkan jenis kelaminnya, jumlah anak muda yang tergolong NEET yakni perempuan mencapai 5,73 juta orang atau setara 26,54 persen dan laki-laki 4,17 juta orang atau 18,21 persen.
Apabila dilihat berdasarkan golongan umurnya, anak muda dalam kategori NEET paling banyak berada di usia 20 hingga 24 tahun, yakni sebanyak 6,46 juta orang dan usia 15 hingga 19 tahun sejumlah 3,44 juta orang.
Dilihat berdasarkan pendidikannya, anak muda yang tergolong NEET paling banyak merupakan lulusan sekolah menengah atas (SMA) yakni sebanyak 3,57 juta orang. Lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) mencapai 2,29 juta orang, lulusan sekolah menengah pertama (SMP) 1,84 juta orang, dan sekolah dasar (SD) jumlahnya 1,63 juta.
Adapun jumlah anak muda NEET lulusan universitas jenjang S1, S2, S3 ada sebanyak 452.713 orang dan sementara lulusan diploma ada 108.464 orang. Kendati demikian, berdasarkan data BPS, persentase anak muda NEET pada 2023 yakni 22,25 persen. Jumlah ini menurun sekitar 0,97 persen dibandingkan periode Agustus 2022.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.