Pernikahan adalah tujuan para pencari jodoh lewat aplikasi kencan atau biro jodoh (Sumber gambar/ilustrasi: pexels/ Alicia Zinn)

Hypereport: Cerita Pasangan Berawal dari Dating Apps & Agency, Bermuara ke Pernikahan

15 July 2024   |   08:24 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Jodoh memang berada di tangan Sang Mahakuasa. Namun, individu tetap harus berusaha untuk memperolehnya. Salah satu dari banyak cara yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan biro jodoh (dating agency) atau aplikasi kencan (dating apps).

Dua layanan tersebut, kini jadi pilihan bagi banyak orang untuk memperoleh pasangan yang diharapkan dapat menemani seumur hidup menjadi suami atau istri. Langkah banyak orang memanfaatkan dating agency atau dating apps memiliki beragam latar belakang meskipun tujuannya sama, yakni mencari calon pendamping hidup. 

Banyak orang gagal dalam mencari teman hidup lewat platform tersebut. Meskipun begitu, ada juga pasangan yang berhasil – bahkan memutuskan untuk menikah dan mengarungi bahtera rumah tangga. 

Baca juga laporan terkait:  Aryani, salah seorang pegawai swasta di Jakarta, adalah satu dari segelintir orang yang memanfaatkan “mak comblang” era baru untuk memperoleh pendamping hidup. Dia juga pada akhirnya berhasil menemukan sang pujaan hati.

Aryani memutuskan untuk menggunakan dating agency Lunch Actually pada saat pandemi Covid-19 melanda di dalam negeri. Pandemi yang terjadi membuat aktivitas individu mengalami pembatasan lantaran khawatir terjangkit penyakit tersebut. 

Langkah pembatasan kegiatan masyarakat membuat siapa saja mengalami kesulitan untuk bertemu dengan orang lain. Menurutnya, seseorang yang tidak bertemu dengan orang lain berarti sulit untuk bertemu jodoh – terlebih tidak ada kepastian waktu pandemi berakhir pada saat itu. 

Di sisi lain, dia juga merasa bahwa sudah cukup matang untuk berkeluarga. Selain usia yang sudah menginjak 31 tahun, Aryani juga telah memiliki pekerjaan dan aset yang sudah cukup sebagai seorang wanita karier.

Dia pun berpikir untuk menggunakan berbagai macam aplikasi kencan, sehingga bertemu dengan berbagai macam orang. Namun, dia hanya menemukan pria yang sekadar mencari teman. “Yang mana itu sudah bukan tujuan saya lagi [Mencari teman] karena waktu itu kan sudah berumur 30 tahunan. Enggak mau main-main,” katanya.

Dari aplikasi kencan, dia beralih ke biro jodoh setelah tertarik dengan iklan yang dipasang. Dia pun memutuskan untuk mencari tahu dengan mempelajari program dan mekanisme yang disediakan oleh agensi tersebut. 

Setelahnya, Aryani yang merasa agensi kencan cukup bisa dipercaya memutuskan untuk mendaftar. Dia pun mendapatkan wawancara dari konsultan agensi kencan tersebut guna mencari tahu kepribadian dan cerita tentang kehidupan dirinya sendiri. 

Tidak hanya itu, dia juga harus membayar keanggotaan yang nilainya cukup besar, fotokopi ijazah, foto diri, sampai slip gaji. Dia harus memenuhi semua syarat itu guna membuktikan bahwa dia benar-benar serius dan data yang diberikan tidak palsu. 
 

Setelah itu, pihak agensi memasangkannya dengan beberapa pria. Dia menuturkan bahwa pria yang kini menjadi suami adalah orang ketiga yang ditawarkan oleh agensi kepadanya. Sebelum mengenal laki-laki yang kini menjadi suami, dia mengatakan dikenalkan dengan dua kandidat lain. 

Pertama adalah aparatur sipil negara. Dia yang setuju untuk dikenalkan, tapi pada akhirnya tidak jadi lantaran sang lelaki enggan melakukannya. Kandidat kedua adalah dia mendapatkan calon pasangan seorang dokter. Pada saat itu, kedua pihak memutuskan ingin bertemu. Namun, sang pria menghendakinya melalui aplikasi zoom.

Kondisi tersebut membuat Aryani berpikir ulang lantaran telah mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Dia menilai bahwa pertemuan melalui aplikasi daring hanya akan membuat biaya yang telah dikeluarkan sia-sia, lantaran tidak jauh berbeda dengan aplikasi kencan. 

Setelah itu, dia bertemu dengan pria yang menjadi suaminya pada saat ini. Sang suami dahulu adalah pria yang tidak masuk dalam tipe yang diinginkan lantaran usia yang terpaut jauh dan berasal dari suku tertentu.

Meskipun begitu, dia memutuskan tetap bertemu dengan sang pria lantaran sudah lelah dengan kandidat yang pernah ada, dan tidak ada salahnya mencoba. “Namanya jodoh tidak ada yang tahu. Kalau tidak cocok bisa menjadi teman saja. Waktu itu kepikirannya seperti itu. Jadi, akhirnya saya bilang iya untuk bertemu,” katanya.

Konsultan agensi kencan yang diikuti pun akhirnya mengatur waktu agar Aryani dan sang laki-laki bertemu. Pada saat itu, dia mengungkapkan tidak mendapatkan nomor kontak sang pria dan juga fotonya.

Tidak hanya itu, dia juga tidak mendapatkan banyak informasi tentang nama lengkap dan usia pasti. Dia hanya mengetahui nama panggilan, suku, kepribadian, hobi, dan pekerjaan sang pria yang akan ditemuinya pada saat itu. “Jadi, saya ketemu sama calon suami pada waktu itu belum suka. Pertama kali belum suka, biasanya seperti itu kan. Namun, saya tahu bahwa orangnya baik,” ujarnya. 

Sikap dan sifat sang laki-laki yang baik membuat Aryani memutuskan untuk jalan bersama yang kedua kali. Tidak hanya itu, dia juga mengambil inisiatif untuk mengajak ketemuan lantaran sang pria adalah individu yang sangat pemalu.

Dia memutuskan untuk menikah dengan pria yang ditemukannya melalui dating agency karena memiliki visi dan misi yang sama. Selain itu, kepribadiannya yang selalu mendukung diri untuk terus berkembang juga menjadi alasan lainnya.

Dia juga memiliki keyakinan bahwa pria yang menjadi suami pada saat ini telah melalui penyaringan dari konsultan agar karakter yang dimiliki cocok dengan yang akan dijodohkan kepada kliennya. “Jadi, kalau karakternya enggak cocok sama kita, mereka enggak akan menjodohkannya,” katanya. 

Wanita yang baru saja melahirkan seorang anak perempuan itu mengungkapkan bahwa alasan-alasan itu membuat perbedaan usia dan alasan suku tidak berarti lagi.

Dia menilai bahwa biro jodoh dapat memperluas circle dirinya, mengingat usia yang kian matang menjadikan circle-nya kian sempit. Kondisi ini membuat peluang untuk mendapatkan pasangan yang baik makin kecil.

Jik Aryani sukses mendapatkan pasangan hidup melalui biro jodoh, Abi – salah satu aparatur sipil negara – berhasil menemukan pasangan hidup melalui aplikasi kencan.

Dia memutuskan untuk menggunakan aplikasi kencan lantaran sudah lama tidak memiliki pacar dan butuh teman untuk pergi jalan-jalan. Namun, Abi mengungkapkan bahwa lingkungan kerja dan tempat tinggalnya tidak mendukung untuk memiliki teman cewe.

Dia pun memutuskan untuk menggunakan aplikasi kencan. Dia mengatakan bahwa pertemuannya dengan wanita yang saat ini menjadi istri lantaran memiliki berbagai kesamaan sehingga membuat komunikasi yang terjalin bisa terhubung dan asik.

Tidak hanya itu, Abi juga mengatakan bahwa kesan pertama saat bertemu dengan sang wanita cukup bagus. “Tidak ada masalah dan tentu terpesona karena cantik tidak ada keraguan karena yg penting jalanin dulu saja,” katanya.

Dalam proses berkenalan dengan sang wanita, dia mengungkapkan bahwa dirinya memulai dengan berkomunikasi lewat aplikasi kencan. Setelah itu, dia berkomunikasi melalui aplikasi berbagi pesan Whatsapp. “Akhirnya ketemu, lama-lama sudah mengenal satu sama lain dan kami mencoba menjalin hubungan ke tingkat selanjutnya,” paparnya. 

Baca juga: Survei Ungkap Dating App Mulai Ditinggalkan, Kencan Tradisional Kembali Dilirik
 

Ilustrasi aplikasi kencan (Sumber gambar: Unsplash/Nik)

Ilustrasi aplikasi kencan (Sumber gambar: Unsplash/Nik)

Tip Pakai Aplikasi & Biro Jodoh

Aplikasi kencan dan biro jodoh memiliki manfaat sebagai media atau sarana yang dapat digunakan oleh individu untuk mencari pasangannya. Kedua media “mak comblang” ini memiliki beragam kelebihan dan kekurangan.

Meskipun begitu, individu yang menggunakan dating apps atau dating agency harus memperhatikan beberapa hal agar dapat memanfaatkannya dengan maksimal dan tidak tertipu oleh oknum-oknum tertentu.

Abi mengungkapkan, individu yang hendak menggunakan aplikasi kencan perlu memasang profil yang menarik. Setelah match, seseorang dapat memulai obrolan dengan membahas topik yang ringan.

Dia pun mengingatkan bahwa seseorang jangan terburu-buru untuk mengajak pasangannya yang didapat lewat aplikasi kencan ketemuan secara luring atau melakukan kopi darat. Selain itu, pengguna juga tidak boleh berbohong saat sudah mulai berkomunikasi ketika aplikasi memasangkannya.

Sementara Aryani mengungkapkan tip yang dapat diikuti oleh seseorang ketika hendak mengikuti dating agency adalah untuk meng-upgrade diri terlebih dahulu. Kedua, individu perlu membuka diri dan fleksibel sehingga tidak terpaku terhadap kriteria yang diinginkan. “Kita harus memilah mana kriteria yang harus ada dan kriteria yang tidak apa-apa jika tidak terpenuhi,” ujarnya.

Ketiga, tetap berhati-hati ketika menggunakan aplikasi kencan lantaran masih ada orang yang kerap memiliki niat jahat, seperti hanya ingin one night stand atau melakukan scam. Keempat, jangan mudah percaya ketika pertama kali bertemu sehingga penting berada di tempat ramai dengan mengajak orang yang dipercaya demi keamanan. 

Selain itu, individu juga penting untuk mencari tahu tentang kebenaran informasi yang diutarakan oleh pasangan ketika bertemu lewat berbagai cara. 
 

Tren Industri Perjodohan

Aryani dan Abi adalah contoh dua orang yang memanfaatkan “mak comblang” dalam proses pencarian jodohnya dan menunjukkan tren penggunaan sarana untuk mendapatkan pasangan yang kini banyak dilakukan di dalam negeri. 

Violet Lim, CEO & Co-Founder Lunch Actually Group, mengungkapkan manajemen melihat beberapa tren yang muncul dalam dunia perjodohan yang telah mendapatkan daya tarik yang signifikan di tengah-tengah maraknya platform kencan online.

“Salah satu tren yang menonjol adalah meningkatnya permintaan akan perjodohan dengan pendekatan yang lebih personal dan holistik, yang mana hanya dapat ditemukan melalui biro jodoh,” katanya.

Klien mencari layanan yang tidak hanya memahami preferensi mereka, tetapi juga menawarkan bimbingan dan dukungan selama proses kencan.

Tren itu dapat terjadi karena rasa frustasi yang didapatkan oleh para lajang ketika mencoba menemukan seseorang melalui aplikasi kencan. Alih-alih mendapatkan koneksi dan bimbingan serta dukungan selama proses kencan, 55 persen lajang di Indonesia malah tidak yakin bahwa algoritma AI yang digunakan oleh aplikasi kencan dapat membantu mereka menemukan cinta karena kurangnya pemahaman emosional. 

Dengan begitu, biro jodoh berfokus terhadap program yang menyokong kesuksesan sebuah hubungan untuk membuat layanan mereka lebih bermakna.

“Ada yang berfokus pada pembinaan hubungan dan program kesuksesan yang membantu supaya para jomblo bukan hanya bisa menemukan pasangan, tetapi juga sukses dalam membangun hubungan jangka panjang. Program-program ini sering kali melibatkan workshop, seminar, dan sesi pelatihan untuk meningkatkan keterampilan interpersonal dan taktik membangun hubungan,” ujarnya.

Baca juga: Hindari Penipuan Dating Apps, Ini 5 Pelajaran Penting dari Tinder Swindler

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Promotor Ungkap Indonesia Masih Belum Punya Banyak Tempat Konser yang Layak

BERIKUTNYA

Perjalanan Karier Shannen Doherty, Bintang Ikonik Serial Beverly Hills

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: