Hypereport: Fakta-fakta Menarik tentang Jodoh & Pernikahan di Indonesia
14 July 2024 |
18:00 WIB
Kesibukan yang melumat waktu dan energi masyarakat urban membuat urusan jatuh cinta bisa jadi persoalan yang mungkin sangat menyusahkan. Belum lagi, jika di sela itu, masih memikirkan beban pekerjaan yang menggunung atau menanggung hidup keluarga.
Jatuh cinta mungkin sekarang tak lagi semudah pandangan pertama. Kalau Genhype merasa demikian, tenang kalian tak sendiri. Nyatanya, jumlah lajang di Indonesia memang terus meningkat setiap tahunnya.
Jumlah pernikahan di Indonesia juga mengalami penurunan drastis. Meskipun, sebagian dari mereka masih menyatakan ingin tetap menikah. Tampaknya, modernisasi membuat para bujang ini punya lebih banyak pertimbangan. Yuk simak beberapa fakta menarik di balik dinamika jodoh dan pernikahan di Indonesia:
Baca juga laporan terkait:
Dalam satu dekade terakhir, angka pernikahan di Indonesia cenderung mengalami penurunan. Akan tetapi, penurunan paling drastis terjadi dalam enam tahun terakhir ini.
Dalam laporan teranyar Badan Pusat Statistik 2024. Pada 2018, angka pernikahan tercatat 2,01 juta pasangan. Namun, pada 2023, angka pernikahan di Indonesia kini hanya mencapai 1,57 juta pasangan saja.
Penurunan angka pernikahan ini terjadi hampir di semua daerah. Misalnya, angka perkawinan di DKI Jakarta pada 2021 sebesar 47.724, lalu menurun menjadi 43.363 pada 2023. Di Jawa Barat, pada 2021 angka pernikahannya sebesar 346.484, tetapi juga turun pada 2023 menjadi 317.715.
Walaupun angka pernikahan di Indonesia menurun, minat masyarakat Indonesia untuk menikah sebenarnya tetap tinggi. Hal ini dapat tercermin dari survei yang dilakukan Jakpat pada 2023 dengan melibatkan 1.216 responden di seluruh Indonesia.
Dalam survei tersebut, 96 persen orang Indonesia masih memiliki niat untuk menikah. Rinciannya, 38 persen ingin menikah, tetapi tidak dalam waktu dekat, 34 persen lainnya ingin menikah, tetapi tidak memiliki target waktu, sedangkan 24 persen lainnya ingin menikah dengan segera. Adapun hanya 3 persen yang menginginkan tidak menikah.
Kemudian, mereka yang memiliki target, sebesar 52 persen ingin menikah pada umur 25 tahun-29 tahun, 24 persen lainnya ingin menikah di atas 30 tahun, dan 10 persen lainnya ingin menikah pada umur 20 tahun-24 tahun.
Masih dalam survei Jakpat pada 2023, ada sejumlah alasan yang mendorong mayoritas orang Indonesia masih menginginkan pernikahan. Mayoritas atau 65 persen responden ingin menikah karena mau memiliki pasangan hidup.
Kemudian, 57 persen responden lainnya ingin menikah karena nasihat agama. Lalu, 49 persen lainnya ingin menikah karena merasa telah menemukan orang yang tepat. Adapun, sisanya 48 persen mau menikah karena ingin punya anak, 48 persen karena memang sudah fase kehidupan, 22 persen untuk stabilitas ekonomi, dan 1 persen alasan lainnya.
Baca juga: Psikolog Ingatkan Nikah Muda Enggak Seindah yang Dibayangkan
Ada banyak tempat orang menemukan jodoh mereka. Namun, menurut survei Jakpat pada 2023 dengan melibatkan 1.565 responden, sebanyak 21,7 persen orang bertemu jodoh mereka saat berada di tempat kerja.
Kemudian, 19,9 persen lainnya bertemu jodoh dari dikenalkan oleh teman atau saudara. Sebanyak 13,2 persen bertemu di media sosial, 12,3 persen teman masa sekolah, 8,5 persen teman kuliah, 6,5 persen di tempat umum, 5,9 persen tetangga, 3,9 persen di aplikasi kencan, 3,6 persen di tempat ibadah, 2,3 persen teman komunitas, dan 1,3 persen lainnya dari games.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) bertajuk Statistik Pemuda Indonesia 2023, saat ini ada banyak anak muda yang memutuskan menunda pernikahan mereka. Sebagai informasi, definisi pemuda di laporan BPS ini adalah 16 tahun sampai 30 tahun.
Dalam laporan tersebut, diketahui sebanyak 68,29 persen anak muda belum menikah. Sementara itu, anak muda yang sudah menikah hanya 30,61 persen, sedangkan 1,10 persen lainnya cerai. Dilihat dari segi gender, laki-laki menjadi pihak lebih banyak belum menikah, yakni sebesar 78,20 persen, sedangkan wanita yang belum menikah sebesar 58,15 persen.
Sementara itu, dilihat menurut jenjang Pendidikan, menunjukkan bahwa seiring meningkatnya jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan pemuda, maka makin tua usia kawin pertamanya. Lebih lanjut, usia kawin pertama pemuda yang tinggal di perkotaan sedikit lebih tua daripada di pedesaan
Seiring dengan menurunnya angka pernikahan di Indonesia, penggunaan aplikasi kencan juga tampak makin merosot. Menurut hasil survei perusahaan matchmaking profesional, Lunck Actually, hanya 12 persen jomblo yang menggunakan aplikasi kencan setiap hari, sedangkan 42 persen lainnya tidak menggunakan aplikasi kencan apa pun.
Selain itu, 48 persen jomblo tidak bertemu dengan siapa pun di aplikasi kencan pada 2023, meskipun 72 persen dari mereka aktif mencoba berkencan atau mencoba untuk bertemu dengan orang baru.
Baca juga: Kenapa Perjanjian Pranikah Perlu Dipertimbangkan Sebelum Janur Kuning Melengkung?
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Jatuh cinta mungkin sekarang tak lagi semudah pandangan pertama. Kalau Genhype merasa demikian, tenang kalian tak sendiri. Nyatanya, jumlah lajang di Indonesia memang terus meningkat setiap tahunnya.
Jumlah pernikahan di Indonesia juga mengalami penurunan drastis. Meskipun, sebagian dari mereka masih menyatakan ingin tetap menikah. Tampaknya, modernisasi membuat para bujang ini punya lebih banyak pertimbangan. Yuk simak beberapa fakta menarik di balik dinamika jodoh dan pernikahan di Indonesia:
Baca juga laporan terkait:
1. Angka pernikahan turun
Dalam satu dekade terakhir, angka pernikahan di Indonesia cenderung mengalami penurunan. Akan tetapi, penurunan paling drastis terjadi dalam enam tahun terakhir ini. Dalam laporan teranyar Badan Pusat Statistik 2024. Pada 2018, angka pernikahan tercatat 2,01 juta pasangan. Namun, pada 2023, angka pernikahan di Indonesia kini hanya mencapai 1,57 juta pasangan saja.
Penurunan angka pernikahan ini terjadi hampir di semua daerah. Misalnya, angka perkawinan di DKI Jakarta pada 2021 sebesar 47.724, lalu menurun menjadi 43.363 pada 2023. Di Jawa Barat, pada 2021 angka pernikahannya sebesar 346.484, tetapi juga turun pada 2023 menjadi 317.715.
2. Minat pernikahan masih tinggi
Walaupun angka pernikahan di Indonesia menurun, minat masyarakat Indonesia untuk menikah sebenarnya tetap tinggi. Hal ini dapat tercermin dari survei yang dilakukan Jakpat pada 2023 dengan melibatkan 1.216 responden di seluruh Indonesia.Dalam survei tersebut, 96 persen orang Indonesia masih memiliki niat untuk menikah. Rinciannya, 38 persen ingin menikah, tetapi tidak dalam waktu dekat, 34 persen lainnya ingin menikah, tetapi tidak memiliki target waktu, sedangkan 24 persen lainnya ingin menikah dengan segera. Adapun hanya 3 persen yang menginginkan tidak menikah.
Kemudian, mereka yang memiliki target, sebesar 52 persen ingin menikah pada umur 25 tahun-29 tahun, 24 persen lainnya ingin menikah di atas 30 tahun, dan 10 persen lainnya ingin menikah pada umur 20 tahun-24 tahun.
3. Alasan orang tetap ingin menikah
Masih dalam survei Jakpat pada 2023, ada sejumlah alasan yang mendorong mayoritas orang Indonesia masih menginginkan pernikahan. Mayoritas atau 65 persen responden ingin menikah karena mau memiliki pasangan hidup.Kemudian, 57 persen responden lainnya ingin menikah karena nasihat agama. Lalu, 49 persen lainnya ingin menikah karena merasa telah menemukan orang yang tepat. Adapun, sisanya 48 persen mau menikah karena ingin punya anak, 48 persen karena memang sudah fase kehidupan, 22 persen untuk stabilitas ekonomi, dan 1 persen alasan lainnya.
Baca juga: Psikolog Ingatkan Nikah Muda Enggak Seindah yang Dibayangkan
4. Tempat orang menemukan jodoh
Ada banyak tempat orang menemukan jodoh mereka. Namun, menurut survei Jakpat pada 2023 dengan melibatkan 1.565 responden, sebanyak 21,7 persen orang bertemu jodoh mereka saat berada di tempat kerja.Kemudian, 19,9 persen lainnya bertemu jodoh dari dikenalkan oleh teman atau saudara. Sebanyak 13,2 persen bertemu di media sosial, 12,3 persen teman masa sekolah, 8,5 persen teman kuliah, 6,5 persen di tempat umum, 5,9 persen tetangga, 3,9 persen di aplikasi kencan, 3,6 persen di tempat ibadah, 2,3 persen teman komunitas, dan 1,3 persen lainnya dari games.
5. Mayoritas anak muda pilih tunda pernikahan
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) bertajuk Statistik Pemuda Indonesia 2023, saat ini ada banyak anak muda yang memutuskan menunda pernikahan mereka. Sebagai informasi, definisi pemuda di laporan BPS ini adalah 16 tahun sampai 30 tahun. Dalam laporan tersebut, diketahui sebanyak 68,29 persen anak muda belum menikah. Sementara itu, anak muda yang sudah menikah hanya 30,61 persen, sedangkan 1,10 persen lainnya cerai. Dilihat dari segi gender, laki-laki menjadi pihak lebih banyak belum menikah, yakni sebesar 78,20 persen, sedangkan wanita yang belum menikah sebesar 58,15 persen.
Sementara itu, dilihat menurut jenjang Pendidikan, menunjukkan bahwa seiring meningkatnya jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan pemuda, maka makin tua usia kawin pertamanya. Lebih lanjut, usia kawin pertama pemuda yang tinggal di perkotaan sedikit lebih tua daripada di pedesaan
6. Jomlo makin malas pakai aplikasi kencan
Seiring dengan menurunnya angka pernikahan di Indonesia, penggunaan aplikasi kencan juga tampak makin merosot. Menurut hasil survei perusahaan matchmaking profesional, Lunck Actually, hanya 12 persen jomblo yang menggunakan aplikasi kencan setiap hari, sedangkan 42 persen lainnya tidak menggunakan aplikasi kencan apa pun.Selain itu, 48 persen jomblo tidak bertemu dengan siapa pun di aplikasi kencan pada 2023, meskipun 72 persen dari mereka aktif mencoba berkencan atau mencoba untuk bertemu dengan orang baru.
Baca juga: Kenapa Perjanjian Pranikah Perlu Dipertimbangkan Sebelum Janur Kuning Melengkung?
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.