Hypereport: Berwisata Sambil Belajar Kearifan Lokal Melalui Desa Wisata
25 June 2024 |
08:20 WIB
Selain museum atau wahana permainan lainnya, desa wisata merupakan destinasi wisata yang dapat dituju oleh para wisatawan untuk mengisi waktu libur sekolah. Tak hanya menawarkan pemandangan alam yang mempesona, tujuan liburan ini juga dapat menambah pengetahuan pengunjungnya – termasuk anak-anak.
Indonesia memiliki 74.000 desa dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai desa wisata di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Kearifan lokal yang ada di setiap desa menjadi nilai tambah bagi wisatawan yang berkunjung.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Menikmati Liburan Eksploratif ala Farmhouse yang Penuh Aktivitas Seru
2. Hypereport: Vakansi dan Edukasi Mengenal Ragam Satwa Lucu dan Liar
3. Hypereport: Wisata Museum Bangkit dengan Konsep Interaktif
4. Hypereport: Wisata Edutainment Ramah Anak, Penuh Aktivitas Menarik dan Menambah Wawasan
Kearifan lokal itu bisa berbagai bentuk, seperti budaya, kuliner, kerajinan tangan, atau alam yang masih asri sehingga dapat menjadi tujuan wisata. Tidak hanya untuk wisatawan dewasa, desa wisata yang ada juga menjadi tujuan liburan yang ramah anak.
Anak-anak dapat belajar berbagai macam hal dan mendapatkan beragam ilmu pengetahuan saat berkunjung ke desa wisata. Salah satu di antaranya adalah desa wisata Pentingsari, Yogyakarta. Dalam laman Jaringan Desa Wisata (Jadesta), desa ini berada di kawasan lereng gunung Merapi dan hanya berjarak 12,5 kilomeer dari puncaknya.
Desa wisata yang berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (Mdpl) itu menyuguhkan kegiatan wisata pengalaman berupa pembelajaran dan interaksi tentang alam, lingkungan hidup, pertanian, perkebunan, aneka seni tradisi, wirausaha, kehidupan sosial budaya dan kearifan lokal.
Pemasaran desa wisata Pentingsari, Yogyakarta, Bayu Hindra Wijaya mengatakan bahwa pada awal mula menjadi desa wisata, semua pihak di desa menggali potensi yang ada. Berbeda dengan desa pada umumnya, desa Pentingsari tidak memiliki objek wisata seperti daerah lainnya.
Kondisi tersebut membuat semua pihak pada akhirnya menjadikan kearifan lokal dan budaya di Pentingsari sebagai potensi yang akan dikembangkan. Setelah itu, beberapa kegiatan seperti pertanian, menanam padi, tinggal bersama warga untuk melakukan kegiatan bersama, dan sebagainya menjadi bagian dari paket wisata.
Tidak hanya itu, kegiatan lainnya seperti belajar gamelan, membatik, dan menari juga menjadi aktivitas yang ada di desa ini pada kemudian hari. Para pengelola desa pun menawarkan program-program yang dibuat kepada berbagai pihak melalui, seperti sekolah, jasa travel, dan sebagainya.
Di antara program yang ada, Live In atau tinggal bersama warga menjadi salah satu yang menarik bagi para guru di sekolah dan orang tua. Ada berbagai alasan yang membuat tenaga pengajar dan orang tua ingin anak-anak mengikuti program ini, salah satu di antaranya adalah belajar tentang kearifan lokal.
"Para orang tua ingin agar anak-anak mereka memahami budaya dan tahu tentang kearifan lokal Indonesia," kata Bayu.
Program Live In kian menjadi pilihan setelah pemerintah dalam kurikulum Merdeka Belajar mencantumkan materi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang di dalamnya terdapat pelajaran tentang kearifan lokal dan kewirausahaan.
Para pelajar yang pada awal tidak tertarik dengan desa Pentingsari pada akhirnya menjadi tertarik setelah mengalami dan mengetahui sendiri kehidupan di desa. Di desa ini, kearifan lokal yang akan dialami oleh masyarakat beragam.
Pertama adalah budaya kenduri. Biasanya, budaya ini ada saat seseorang memiliki hajatan atau mendekati hari-hari besar, seperti Lebaran, pernikahan, atau selamatan. Keberadaan wisatawan di desa dan guna menarik mereka, para pengelola desa membuat konsep makan malam adat kenduri.
Contoh kegiatan kegiatan lain yang ada adalah seperti seni dan budaya karawitan, tarian penyambutan punokawan, dan sebagainya. Tidak hanya itu, mereka juga akan belajar tentang ronda malam dan memukul kentongan yang benar.
Dia mengungkapkan bahwa pukulan kentongan tidak bisa dilakukan sembarangan lantaran jumlah setiap jumlah pukulan memiliki arti yang berbeda-beda. Selain itu, wisatawan juga akan keliling desa dengan mendapatkan pendampingan dari tim pemandu untuk menjalani ronda.
Berdiri sejak 2008, para pengelola desa wisata Pentingsari juga tidak lepas dari berbagai tantangan. Tantangan pertama adalah terkait dengan sumber daya manusia. Dia mengungkapkan, jumlah pemandu para wisatawan yang datang mengalami kekurangan.
Jika sebelum 2014 tiga rombongan masih dapat terlayani, pengelola kini hanya dapat melayani 1 rombongan saja pada saat ini. Alasannya, karena para pemandu yang bertugas sudah memasuki usia lanjut.
Tantangan lain terkait SDM yang dihadapi oleh pengelola adalah ketiadaan sumber daya manusia yang memiliki keahlian tari tertentu yang diinginkan oleh calon wisatawan untuk belajar atau kegiatan lainnya.
Untuk mengatasi kekurangan SDM, pengelola mulai melakukan regenerasi dengan melibatkan anak-anak muda desa Pentingsari sebagai pemandu wisatawan. Selain itu, mereka juga bekerja sama dan memanfaatkan desa sekitar untuk mengatasi ketiadaan talenta penari tertentu atau kegiatan lainnya.
Selain SDM, pengelola juga menghadapi tantangan lain berupa kondisi alam. Desa Pentingsari berada di lerang gunung Merapi aktif. Meskipun berjarak 12,5 kilometer dari puncak, kondisi ini kerap membuat pengelola selalu waspada.
Pengelola selalu mamantau kondisi gunung sebelum memutuskan untuk menerima wisatawan yang hendak berkunjung meskipun desa masih berada di jarak yang aman.
Desa yang pernah mendapatkan penghargaan dari WCTE-UNWTO itu kerap menjadi tempat percontohan bagi tempat lain yang ingin menjadi desa wisata. Beberapa pengelola desa lain yang telah belajar dari Pentingsari berhasil membuat desa tempat mereka tinggal juga meraih kesuksesan.
Sepanjang tahun lalu, jumlah wisatawan yang datang ke desa wisata Pentingsari mencapai 27.550 orang. Dari total itu, 11.033 orang mengikuti program Live In, 7.536 wisatawan memilih kegiatan di camping ground, 1.731 orang melakukan kegiatan studi banding, 2.930 orang mengikuti program field trip, dan lainnya mencapai 290 orang. Dengan jumlah itu, desa wisata Pentingsari memiliki omset sebesar Rp3,45 miliar.
Adapun, para pengunjung desa wisata Pentingsari berasal dari dalam dan luar negeri. Di dalam negeri, wisatawan datang dari kota besar seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Jakarta. Sementara itu, dari luar negeri, wisatawan yang pernah datang berasal dari Amerika Serikat.
Pentingsari hanya satu dari banyak desa wisata yang telah sukses dan menjadi tujuan banyak wisatawan. Mereka datang untuk menikmati kearifan lokal yang ada di setiap desa.
Dalam laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno menyebutkan bahwa desa wisata di Indonesia memiliki potensi besar untuk menyumbang pendapatan negara.
Potensi itu membuat desa wisata menjadi salah satu prioritas Kemenparekraf untuk dikembangkan. Sandiaga juga mengungkapkan bahwa 15 persen dari total kapasitas amenitas Eropa berada di desa wisata yang berkelanjutan.
“Begitu juga dengan serapan tenaga kerja, desa wisata memiliki kontribusi yang besar untuk mengatasi masalah pengangguran,” katanya.
Di Inggris, 12 persen lapangan kerja disumbang dari desa wisata. Dengan begitu, desa wisata dapat menjadi solusi bagi permasalahan tenaga kerja di tanah air jika Indonesia mampu mengadaptasinya. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengadakan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI).
Dimulai pada 2021, jumlah desa wisata yang mendaftar dalam ajang tersebut mencapai 1.831 desa. Satu tahun kemudian atau pada 2022, ada 3.419 desa yang mendaftar atau mengalami peningkatan dua kali lipat.
Pada 2024, ADWI tidak hanya fokus terhadap pemberian penghargaan. Namun, pemerintah juga akan memberikan pendampingan sehingga desa-desa wisata terpilih dapat mengoptimalkan potensi, memperkuat tata kelola destinasi, dan memastikan keberlanjutan lingkungan.
Baca juga: 5 Desa Wisata di Bandung Cocok Buat Healing, Ada Alamendah dan Sugihmukti
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Indonesia memiliki 74.000 desa dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai desa wisata di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Kearifan lokal yang ada di setiap desa menjadi nilai tambah bagi wisatawan yang berkunjung.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Menikmati Liburan Eksploratif ala Farmhouse yang Penuh Aktivitas Seru
2. Hypereport: Vakansi dan Edukasi Mengenal Ragam Satwa Lucu dan Liar
3. Hypereport: Wisata Museum Bangkit dengan Konsep Interaktif
4. Hypereport: Wisata Edutainment Ramah Anak, Penuh Aktivitas Menarik dan Menambah Wawasan
Kearifan lokal itu bisa berbagai bentuk, seperti budaya, kuliner, kerajinan tangan, atau alam yang masih asri sehingga dapat menjadi tujuan wisata. Tidak hanya untuk wisatawan dewasa, desa wisata yang ada juga menjadi tujuan liburan yang ramah anak.
Anak-anak dapat belajar berbagai macam hal dan mendapatkan beragam ilmu pengetahuan saat berkunjung ke desa wisata. Salah satu di antaranya adalah desa wisata Pentingsari, Yogyakarta. Dalam laman Jaringan Desa Wisata (Jadesta), desa ini berada di kawasan lereng gunung Merapi dan hanya berjarak 12,5 kilomeer dari puncaknya.
Desa wisata yang berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (Mdpl) itu menyuguhkan kegiatan wisata pengalaman berupa pembelajaran dan interaksi tentang alam, lingkungan hidup, pertanian, perkebunan, aneka seni tradisi, wirausaha, kehidupan sosial budaya dan kearifan lokal.
Pemasaran desa wisata Pentingsari, Yogyakarta, Bayu Hindra Wijaya mengatakan bahwa pada awal mula menjadi desa wisata, semua pihak di desa menggali potensi yang ada. Berbeda dengan desa pada umumnya, desa Pentingsari tidak memiliki objek wisata seperti daerah lainnya.
Kondisi tersebut membuat semua pihak pada akhirnya menjadikan kearifan lokal dan budaya di Pentingsari sebagai potensi yang akan dikembangkan. Setelah itu, beberapa kegiatan seperti pertanian, menanam padi, tinggal bersama warga untuk melakukan kegiatan bersama, dan sebagainya menjadi bagian dari paket wisata.
Tidak hanya itu, kegiatan lainnya seperti belajar gamelan, membatik, dan menari juga menjadi aktivitas yang ada di desa ini pada kemudian hari. Para pengelola desa pun menawarkan program-program yang dibuat kepada berbagai pihak melalui, seperti sekolah, jasa travel, dan sebagainya.
Di antara program yang ada, Live In atau tinggal bersama warga menjadi salah satu yang menarik bagi para guru di sekolah dan orang tua. Ada berbagai alasan yang membuat tenaga pengajar dan orang tua ingin anak-anak mengikuti program ini, salah satu di antaranya adalah belajar tentang kearifan lokal.
"Para orang tua ingin agar anak-anak mereka memahami budaya dan tahu tentang kearifan lokal Indonesia," kata Bayu.
Program Live In kian menjadi pilihan setelah pemerintah dalam kurikulum Merdeka Belajar mencantumkan materi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang di dalamnya terdapat pelajaran tentang kearifan lokal dan kewirausahaan.
Para pelajar yang pada awal tidak tertarik dengan desa Pentingsari pada akhirnya menjadi tertarik setelah mengalami dan mengetahui sendiri kehidupan di desa. Di desa ini, kearifan lokal yang akan dialami oleh masyarakat beragam.
Pertama adalah budaya kenduri. Biasanya, budaya ini ada saat seseorang memiliki hajatan atau mendekati hari-hari besar, seperti Lebaran, pernikahan, atau selamatan. Keberadaan wisatawan di desa dan guna menarik mereka, para pengelola desa membuat konsep makan malam adat kenduri.
Contoh kegiatan kegiatan lain yang ada adalah seperti seni dan budaya karawitan, tarian penyambutan punokawan, dan sebagainya. Tidak hanya itu, mereka juga akan belajar tentang ronda malam dan memukul kentongan yang benar.
Dia mengungkapkan bahwa pukulan kentongan tidak bisa dilakukan sembarangan lantaran jumlah setiap jumlah pukulan memiliki arti yang berbeda-beda. Selain itu, wisatawan juga akan keliling desa dengan mendapatkan pendampingan dari tim pemandu untuk menjalani ronda.
Berdiri sejak 2008, para pengelola desa wisata Pentingsari juga tidak lepas dari berbagai tantangan. Tantangan pertama adalah terkait dengan sumber daya manusia. Dia mengungkapkan, jumlah pemandu para wisatawan yang datang mengalami kekurangan.
Jika sebelum 2014 tiga rombongan masih dapat terlayani, pengelola kini hanya dapat melayani 1 rombongan saja pada saat ini. Alasannya, karena para pemandu yang bertugas sudah memasuki usia lanjut.
Tantangan lain terkait SDM yang dihadapi oleh pengelola adalah ketiadaan sumber daya manusia yang memiliki keahlian tari tertentu yang diinginkan oleh calon wisatawan untuk belajar atau kegiatan lainnya.
Untuk mengatasi kekurangan SDM, pengelola mulai melakukan regenerasi dengan melibatkan anak-anak muda desa Pentingsari sebagai pemandu wisatawan. Selain itu, mereka juga bekerja sama dan memanfaatkan desa sekitar untuk mengatasi ketiadaan talenta penari tertentu atau kegiatan lainnya.
Selain SDM, pengelola juga menghadapi tantangan lain berupa kondisi alam. Desa Pentingsari berada di lerang gunung Merapi aktif. Meskipun berjarak 12,5 kilometer dari puncak, kondisi ini kerap membuat pengelola selalu waspada.
Pengelola selalu mamantau kondisi gunung sebelum memutuskan untuk menerima wisatawan yang hendak berkunjung meskipun desa masih berada di jarak yang aman.
Desa yang pernah mendapatkan penghargaan dari WCTE-UNWTO itu kerap menjadi tempat percontohan bagi tempat lain yang ingin menjadi desa wisata. Beberapa pengelola desa lain yang telah belajar dari Pentingsari berhasil membuat desa tempat mereka tinggal juga meraih kesuksesan.
Kegiatan di Desa Wisata Pentingsari. (Sumber foto: desawisatapentingsari.com)
Adapun, para pengunjung desa wisata Pentingsari berasal dari dalam dan luar negeri. Di dalam negeri, wisatawan datang dari kota besar seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Jakarta. Sementara itu, dari luar negeri, wisatawan yang pernah datang berasal dari Amerika Serikat.
Pentingsari hanya satu dari banyak desa wisata yang telah sukses dan menjadi tujuan banyak wisatawan. Mereka datang untuk menikmati kearifan lokal yang ada di setiap desa.
Dalam laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno menyebutkan bahwa desa wisata di Indonesia memiliki potensi besar untuk menyumbang pendapatan negara.
Potensi itu membuat desa wisata menjadi salah satu prioritas Kemenparekraf untuk dikembangkan. Sandiaga juga mengungkapkan bahwa 15 persen dari total kapasitas amenitas Eropa berada di desa wisata yang berkelanjutan.
“Begitu juga dengan serapan tenaga kerja, desa wisata memiliki kontribusi yang besar untuk mengatasi masalah pengangguran,” katanya.
Di Inggris, 12 persen lapangan kerja disumbang dari desa wisata. Dengan begitu, desa wisata dapat menjadi solusi bagi permasalahan tenaga kerja di tanah air jika Indonesia mampu mengadaptasinya. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengadakan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI).
Dimulai pada 2021, jumlah desa wisata yang mendaftar dalam ajang tersebut mencapai 1.831 desa. Satu tahun kemudian atau pada 2022, ada 3.419 desa yang mendaftar atau mengalami peningkatan dua kali lipat.
Pada 2024, ADWI tidak hanya fokus terhadap pemberian penghargaan. Namun, pemerintah juga akan memberikan pendampingan sehingga desa-desa wisata terpilih dapat mengoptimalkan potensi, memperkuat tata kelola destinasi, dan memastikan keberlanjutan lingkungan.
Baca juga: 5 Desa Wisata di Bandung Cocok Buat Healing, Ada Alamendah dan Sugihmukti
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.