3 Desa Wisata Ini Wakili Indonesia di Best Tourism Village UNWTO
01 November 2021 |
12:39 WIB
Tiga desa wisata di Indonesia akan mengikuti program Best Tourism Villages yang diselenggarakan oleh World Tourism Organization (UNWTO). Hal itu diumumkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di mana Desa Wisata Nglanggeran, Desa Wisata Tete Batu, dan Desa Wae Rebo adalah ketiga desa yang akan mengikuti program tersebut.
Melansir dari laman UNWTO, Senin (1/11), program ini diperuntukkan bagi desa wisata yang berkomitmen terhadap visi pariwisata inklusif dan berkelanjutan, perlindungan terhadap alam dan budaya, inovasi, dan kewirausahaan, pemberdayaan masyarakat, kesejahteraan masyarakat dan pengunjung, hingga nilai kelokalan seperti gastronomi dan kerajinan lokal.
Desa wisata yang lolos seleksi dan evaluasi UNWTO, akan memperoleh UNWTO Best Tourism Villages Label, sebagai desa wisata yang berhasil mendapatkan pengakuan internasional sebagai suatu contoh praktik terbaik destinasi wisata pedesaan.
Untuk semakin mengenal karakteristik ketiga desa wisata terpilih tersebut, yuk simak informasi berikut ini.
Desa yang berada di Gunung Kidul, Yogyakarta ini memiliki sederet kekayaan budaya dan alam yang memesona, termasuk rumah bagi Gunung Api Purba.
Salah satu upaya desa wisata ini menjaga keindahan alam dan budayanya adalah melalui pengelolaan pengunjung yang tersistem dengan baik.
Hal itu dibuktikan dengan sertifikasi yang diraih Nglanggeran sebagai Desa Wisata Berkelanjutan 2020 dari Kemenparekraf serta penghargaan internasional ASEAN Sustainable Tourism Awards 2018 & ASEAN Tourism Village terbaik 2017. Bahkan, atraksi Gunung Api Purba Nglanggeran mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai Geosite Gunung Sewu.
Salah satu komoditi unggulan desa ini adalah produk coklat yang terbukti meningkatkan perekonomian setempat.
Desa yang terletak di lereng Gunung Rinjani ini memiliki pemandangan hijau dan asri di atas persawahan yang menjadi salah satu daya tariknya. Desa ini dihuni oleh suku Sasak yang memiliki budaya dan tradisi yang terpelihara seperti tarian dan musik tradisional disebut Gendang Beleq.
Adanya pariwisata juga terbukti meningkatkan usaha lokal masyarakat seperti homestay, kerajinan, camping ground, hingga makanan dan minuman tradisional, termasuk membuka lapangan pekerjaan bagi kelompok perempuan setempat.
Community-based Tourism juga diterapkan di desa ini dengan mengintegrasikan alam dan budaya dalam pengembangan pariwisatanya.
Melansir dari laman UNWTO, Senin (1/11), program ini diperuntukkan bagi desa wisata yang berkomitmen terhadap visi pariwisata inklusif dan berkelanjutan, perlindungan terhadap alam dan budaya, inovasi, dan kewirausahaan, pemberdayaan masyarakat, kesejahteraan masyarakat dan pengunjung, hingga nilai kelokalan seperti gastronomi dan kerajinan lokal.
Desa wisata yang lolos seleksi dan evaluasi UNWTO, akan memperoleh UNWTO Best Tourism Villages Label, sebagai desa wisata yang berhasil mendapatkan pengakuan internasional sebagai suatu contoh praktik terbaik destinasi wisata pedesaan.
Untuk semakin mengenal karakteristik ketiga desa wisata terpilih tersebut, yuk simak informasi berikut ini.
1. Desa Wisata Nglanggeran, Yogyakarta
Gunung Api Purba di Desa Wisata Nglanggeran (Dok. gunungapipurba.com)
Salah satu upaya desa wisata ini menjaga keindahan alam dan budayanya adalah melalui pengelolaan pengunjung yang tersistem dengan baik.
Hal itu dibuktikan dengan sertifikasi yang diraih Nglanggeran sebagai Desa Wisata Berkelanjutan 2020 dari Kemenparekraf serta penghargaan internasional ASEAN Sustainable Tourism Awards 2018 & ASEAN Tourism Village terbaik 2017. Bahkan, atraksi Gunung Api Purba Nglanggeran mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai Geosite Gunung Sewu.
Salah satu komoditi unggulan desa ini adalah produk coklat yang terbukti meningkatkan perekonomian setempat.
2. Desa Wisata Tete Batu, NTB
Panorama Desa Wisata Tete Batu (Dok. Lombok Riviera/Instagram)
Adanya pariwisata juga terbukti meningkatkan usaha lokal masyarakat seperti homestay, kerajinan, camping ground, hingga makanan dan minuman tradisional, termasuk membuka lapangan pekerjaan bagi kelompok perempuan setempat.
Community-based Tourism juga diterapkan di desa ini dengan mengintegrasikan alam dan budaya dalam pengembangan pariwisatanya.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.