Industri perfilman nasional masih membutuhkan banyak penulis skenario andal dan berbakat. (Sumber gambar: Ron Lach/Pexels)

Hypereport: Upaya Mencetak Penulis Skenario Andal di Jagat Sinema Lokal

25 March 2024   |   06:58 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Industri pefilman Indonesia makin berjaya di negeri sendiri. Pertumbuhan industri sinema nasional ditandai dengan terus meningkatnya jumlah penonton bioskop di dalam negeri. Sementara dari segi kualitas, industri perfilman juga kian menunjukkan dinamika positif, yakni makin beragamnya tema, genre, cara bertutur, hingga kritik film yang berkembang di berbagai platform.
 
Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI mencatat jumlah penonton film bioskop di Indonesia mencapai 55 juta penonton pada 2023. Dari jumlah tersebut, 20 film di antaranya tercatat meraih 1 juta penonton. 

Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Dari Twitter ke Layar Lebar, Adaptasi Utas Viral Jadi Film Horor Terlaris
2. Hypereport: Ekosistem Penting Untuk Memacu Karya Film Orisinal
3. Hypereport: Film Adaptasi Novel & Webtoon Warnai Industri Film Indonesia
4. Hypereport: Deretan Film Lokal Pemenang Skenario Asli Terbaik Piala Citra
 


Kemenparekraf juga menyebut bahwa film-film yang tayang sepanjang 2023 didominasi oleh genre horor, melodrama dan komedi. Namun, eksplorasi genre film-film lokal diperkirakan bakal makin beragam pada 2024. Begitupun dengan jumlah penonton yang diproyeksikan meningkat sepanjang tahun ini hingga 60 juta penonton.
 
Jika menggunakan harga rata-rata per tiket Rp 40.000 per orang, maka omzet pendapatan industri perfilman sepanjang tahun 2024 diperkirakan mencapai Rp2,4 triliun. Angka ini belum termasuk pendapatan dari kanal media over the top (OTT), layanan berbasis internet yang berperan sebagai distributor konten.
 
Namun, potensi industri perfilman nasional yang besar rupanya belum diimbangi dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) di bidang ini. Dunia sinema nasional masih mengalami kekurangan SDM di hampir seluruh lini bidang kreatif perfilman, salah satunya penulis skenario.
 
Penulis skenario sekaligus CEO Wahana Kreator Salman Aristo mengatakan lantaran terus menunjukkan kebutuhan (demand) yang besar, industri film nasional saat ini mengalami kekurangan SDM di hampir segala bidang kreatif perfilman tak terkecuali penulis skenario. Menurutnya, banyak penulis skenario di dalam negeri yang masih harus meningkatkan kemampuannya dalam menulis naskah film.
 
Namun, problem tersebut bukan hanya terjadi pada bidang penulisan skenario, melainkan profesi lainnya dalam perfilman termasuk sutradara. Pria yang akrab disapa Aris itu menilai saat ini masih sedikit sutradara yang bisa menerjemahkan skenario dengan sangat baik, serta memiliki pemahaman akan literasi dan konteks yang mumpuni. Oleh karena itu, menurutnya, SDM di seluruh bidang perfilman masih harus terus meningkatkan kemampuannya.
 
"Tapi kan itu adalah PR abadi yang selalu akan dibicarakan. Justru malah itu akan menjadi indikasi dari industri yang maju. Karena artinya kan demand-nya tinggi sekali," katanya kepada Hypeabis.id.

Hampir senada, Head of Production & Producer MVP Pictures Amrit Punjabi mengatakan Indonesia saat ini masih mengalami kekurangan SDM di bidang perfilman utamanya penulis skenario. Menurutnya, ada beberapa faktor yang mendorong kondisi tersebut, utamanya ialah lantaran industri film saat ini cenderung masih didominasi satu genre tertentu yakni horor yang memang masih digandrungi masyarakat.
 
Sementara tidak semua penulis skenario memiliki kemampuan untuk menulis naskah film horor. Faktor lainnya ialah adanya ketimpangan antara jumlah penulis skenario dengan rumah produksi. Banyaknya rumah produksi di dalam negeri belum diimbangi dengan peningkatan jumlah penulis skenario.
 
"Dari segi kreativitas juga kita masih kurang dari negara lain misalnya Amerika. Mereka punya ide-ide [film] yang gila dengan SDM yang lebih banyak, unik-unik dan lengkap. Sementara kita di sini masih fokus sama hal-hal di sekeliling kita aja, belum ke mana-mana," ujarnya.
 

Amrit Punjabi. (Sumber gambar: Amrit Punjabi/Instagram)

Head of Production & Producer MVP Pictures Amrit Punjabi. (Sumber gambar: Amrit Punjabi/Instagram)

Amrit tak memungkiri bahwa sejumlah film Indonesia saat ini menunjukkan peningkatan dari segi kreativitas. Hanya, persentasenya masih belum terlalu masif. Menurutnya, untuk meningkatkan kondisi ini, diperlukan juga keberanian produser untuk memproduksi film-film dengan ide yang tak biasa dan eksperimental, agar membangun selera penonton yang lebih beragam.
 
Di samping itu, penting juga untuk menyediakan layar bioskop yang lebih banyak untuk film-film yang berani mendobrak dominasi pasar. "Jadi sebenarnya bisa saja penulis-penulis yang keren itu sudah banyak, tapi belum ada yang berani untuk memfilmkan ceritanya," imbuhnya.
 

Talenta Penulis Skenario

Di tengah tantangan tersebut, Amrit dengan rumah produksi MVP Pictures berupaya untuk senantiasa menghadirkan film-film dengan ide cerita yang segar. Sekalipun mengikuti arus pasar genre, film-film yang diproduksi MVP Pictures selalu berupaya untuk menawarkan sentuhan kebaruan dari sinema lainnya.
 
Upaya tersebut direalisasikan salah satunya dengan merekrut penulis-penulis skenario muda berbakat. Dengan bantuan dari tim kreatif, MVP Pictures aktif untuk mencari dan merekrut penulis skenario muda untuk memproduksi film, alih-alih membuat tim penulis in house atau internal.
 
"Inginnya memang penulis freelance yang bebas dengan kreativitasnya sendiri dan tidak terkekang oleh kami. Kami maunya penulis melakukan sesuatu yang keren dan kami yang tertarik dengan itu, makanya kami ajak," ucapnya.
 
Tak hanya merekrut dan mencari ide-ide cerita film yang segar, tim kreatif MVP Pictures juga akan melakukan pendampingan selama proses pengembangan cerita dengan penulis. Prosesnya pun cukup panjang mulai dari menyusun overview cerita, menentukan plot, hingga menuliskannya dalam bentuk skenario film.
 
Bicara soal proporsi rekrutmen penulis skenario baru dan senior, Amrit mengaku cenderung lebih memberikan tempat untuk para penulis baru. Begitupun kesempatan pada bagian profesi perfilman yang lain seperti sutradara dan pemain. 
 
"Untuk kami, ini adalah sesuatu yang bagus karena kami juga menjadi bagian dari regenerasi insan-insan perfilman," terang dia.
 
Begitupun dari segi genre, MVP Pictures selalu terbuka untuk menerima ide-ide cerita film dari beragam genre mulai dari komedi, horor, drama, hingga proyek-proyek series. Meski demikian, Amrit menuturkan pihaknya lebih menitikberatkan pada ide cerita film yang orisinal ketimbang adaptasi. 
 
"Semua genre kami lakukan. Yang penting penulis itu bisa mempresentasikan sesuatu yang keren dan kami pede, pasti kami lakukan," katanya.
 

D

Penulis skenario sekaligus CEO Wahana Kreator Salman Aristo. (Sumber gambar: Salman Aristo/Instagram)

Sementara itu, Aris mengatakan minat anak muda untuk menjadi penulis skenario masih cukup besar di Indonesia. Hal itu setidaknya terlihat dari masih besarnya antusias penulis-penulis muda yang mengikuti workshop penulisan skenario di Wahana Kreator.
 
Untuk diketahui, Wahana Kreator merupakan perusahaan pengembangan cerita berbasis riset dan pengembangan yang menghasilkan kreator dan konten berkualitas tinggi. Selain membuat dan mengembangkan intellectual property (IP) asli, Wahana Kreator juga membuka workshop penulisan serta memproduksi kontennya sendiri.
 
"Selama 2 sampai 3 tahun ke belakang, kelas workshop di Wahana Kreator itu selalu full. Kalau ditanya soal minat [penulis skenario muda] sih rasanya ada, walaupun mungkin tidak masif ya, " terangnya.
 
Di sisi lain, Aris mengungkapkan sebenarnya Indonesia juga memiliki potensi untuk menciptakan bibit-bibit penulis skenario andal dari banyaknya sekolah audio visual di tingkat SMK yang ada di Tanah Air. Dari hasil pengamatan dan diskusinya dengan sejumlah rumah produksi lain, Aris menyampaikan bahwa setidaknya ada 100 sekolah audio visual di Indonesia.
 
Hanya, belum ada semacam sinkronisasi antara ekosistem pendidikan di tingkat SMK dan industri film saat ini, sehingga kebanyakan pekerja film yang direkrut masih sebatas lulusan perguruan tinggi. Dengan kata lain, masih terdapat ketimpangan di bidang pendidikan karena kurikulum yang diberikan seringkali kurang relevan dengan kebutuhan ekosistem perfilman terkini. 
 
"Sebagai salah satu produser aktif saat ini, saya enggak tahu kalau ternyata ada banyak sekolah audio visual, dan mereka juga enggak tahu gimana caranya masuk industri. Jadi memang ada gap yang besar sekali dan itu adalah edukasi," ucapnya.
 
Kondisi itulah yang akhirnya membuat tidak adanya link and match antara minat anak muda terhadap bidang penulisan skenario dengan kebutuhan SDM di industri film saat ini, lantaran kemampuan para siswa SMK tersebut belum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pasar. "Jadi ekosistem pendidikan sama ekosistem industri mesti ketemu," imbuhnya.

Merespons kondisi tersebut, akhirnya Wahana Kreator bekerja sama dengan beberapa SMK di Jakarta menciptakan pilot project Kelas Kerjasama Industri Film. 
 
Kolaborasi ini dijalankan oleh Wahana Edukasi, yayasan pendidikan yang merupakan sayap dari Wahana Kreator yang selama ini bergiat memberikan materi pendidikan nonformal terkait penulisan skenario serta aspek perfilman lainnya.
 
Kerja sama ini merupakan tonggak penting kolaborasi nyata antara pendidikan vokasi dengan industri perfilman Indonesia. Dengan begitu, dapat lahir lebih banyak generasi baru untuk memenuhi kebutuhan industri kreatif khususnya perfilman Indonesia.
 
Di Wahana Edukasi, pelatihan diberikan dengan menikberatkan pada soal crafting atau keterampilan dalam menulis skenario baik untuk penulis pemula maupun berpengalaman (advance). Sejak didirikan pada 2009, hingga saat ini Wahana Edukasi telah menamatkan 1.500 lebih alumni dari Indonesia dan Malaysia, yang sebagian besar telah berkontribusi dalam berbagai industri kreatif termasuk televisi, radio, buku, film, multimedia, periklanan dan animasi. 

Sebagai penulis skenario dengan latar belakang ilmu komunikasi, Aris lebih memandang film sebagai medium untuk menyampaikan pesan, alih-alih mengedepankan dari segi seni sinema. Berangkat dari sudut pandang tersebut, menurut Aris, skenario film yang baik adalah yang bisa mengomunikasikan apa yang ingin disampaikan oleh penulis skenario sekaligus memiliki argumen yang bagus. 
 
"Kalau argumen kalian [penulis skenario] penting, solid, dan bagus, that's a good scenario," ucapnya. 

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Hypereport: Eksistensi Film Skenario Orisinal di Tengah Maraknya Sinema Adaptasi

BERIKUTNYA

Ada 1.800 Lowongan Kerja, Simak Cara Daftar Rekrutmen Bersama BUMN

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: