Still Photo film Badarawuhi di Desa Penari (Sumber gambar: X/kknmovie)

Hypereport: Dari Twitter ke Layar Lebar, Adaptasi Utas Viral Jadi Film Horor Terlaris

24 March 2024   |   11:30 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Like
Pada 2019, jagat media sosial dihebohkan dengan munculnya cerita horor yang ditulis oleh akun X (dulu Twitter) bernama Simple Man. Dalam utas bertajuk KKN di Desa Penari tersebut, Simple Man mengisahkan enam mahasiswa yang mendapatkan teror menegangkan selama menjalani pengabdian di sebuah desa terpencil.

Cerita horor dengan label ‘kisah nyata’ yang mengeksplorasi kegiatan KKN para mahasiswa itu pun seketika viral. Tak berselang lama, rumah produksi MD Pictures mengangkat cerita KKN di Desa Penari itu menjadi film dan tayang di bioskop pada masa Lebaran 2022, setelah berkali-kali penundaan akibat pandemi Covid-19.

Versi utas dan film rupanya sama-sama disambut oleh publik. Sisa setelahnya kemudian adalah sejarah. Film yang disutradarai oleh Awi Suryadi itu hingga hari ini tercatat sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan jumlah penonton 10.061.033.

Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Ekosistem Penting Untuk Memacu Karya Film Orisinal
2. Hypereport: Upaya Mencetak Penulis Skenario Andal di Jagat Sinema Lokal

3. Hypereport: Film Adaptasi Novel & Webtoon Warnai Industri Film Indonesia
4. Hypereport: Deretan Film Lokal Pemenang Skenario Asli Terbaik Piala Citra


Meski bukan jadi yang pertama adaptasi utas viral menjadi film, KKN di Desa Penari bisa dibilang sebagai gerbang pembuka bagi penulis utas lain untuk punya kesempatan menjadikan cerita teks menjadi sinema, mengikuti saudara keseniannya lain, seperti buku atau cerpen, yang sudah lebih dahulu melakukan hal tersebut.

Ada cukup banyak utas viral yang kemudian dijadikan sebagai skenario film. Sebut saja Di Ambang Kematian (2023) yang adalah utas dari akun X Jeropoint, lalu dijadikan film oleh rumah produksi MVP Pictures dan meraih 3,3 juta penonton.

Utas lain dari Simple Man berjudul Sewu Dino (2023) juga difilmkan oleh MD Pictures dan mendapatkan jumlah penonton 4,7 juta. Saat ini, MD Pictures juga tengah menggarap adaptasi utas dari Jero Point berjudul Perewangan. Lalu, rumah produksi ini juga tengah bersiap merilis Badarawuhi di Desa Penari yang diplot sebagai film Lebaran, sebuah prekuel dari KKN di Desa Penari.

Tak hanya itu, film Lembayung yang diceritakan oleh akun X @saturnrushx dengan judul Jin Poli Gigi juga sedang digarap Tiger Wong Entertainment menjadi film. Sisanya, masih sangat mungkin menyusul lebih banyak.

Sebagian utas viral yang diadaptasi menjadi film memang berhasil, meski memang tak semuanya berhasil. Namun, hal ini tampaknya membuat rumah produksi makin jamak melakukan hal serupa dan ingin mengulangnya lagi. Mengapa demikian?


Selalu ada Pro Kontra di Balik Utas Viral Berpotensi

 
Penulis skenario film Laila Nurazizah (Sumber gambar: Instagram/lelelaila/armanfebryan)
Penulis skenario film Laila Nurazizah atau kerap disapa Lele mengatakan fenomena adaptasi utas viral menjadi film bisa dilihat dari kaca mata sederhana. Selain ceritanya yang menarik, kisahnya juga telah punya basis penggemar sehingga potensi mendatangkan penonton ke bioskop lebih besar.

“Karena thread tersebut sudah ada market-nya yang membuat produser mungkin merasa itu bagian dari mengurangi risiko investasi. Jadi, kan sudah terukur ada berapa banyak yang baca thread yang mungkin akan jadi penonton filmnya nanti,” ujar Lele Laila kepada Hypeabis.id, Minggu (24/3/2024).

Kendati demikian, membuat film berdasarkan utas viral sebenarnya tak semudah yang dibayangkan. Ceritanya menawarkan potensi besar, sekaligus risiko yang tidak kecil, terutama dalam hal naskah. Penulis skenario film KKN di Desa Penari dan Badarawuhi di Desa Penari ini mengaku kerap berada di posisi serba salah.

Baginya, tantangan khusus ketika adaptasi utas viral adalah karena ceritanya selalu sudah membawa ekspektasi dari mereka yang telah membacanya. Ketika medium berganti, mau itu skenarionya berbeda maupun setia dengan apa yang ada, tetap akan selalu memunculkan pro kontra.

Untuk itu, ketika mendapatkan cerita utas viral menjadi film, Lele Laila punya beberapa perlakuan khusus. Hal pertama yang akan dilihatnya adalah DNA cerita tersebut, dari karakternya siapa, ceritanya mau di bawa ke mana, apakah kemudian DNA itu menarik untuk dialihwanakan, dan sebagainya.

Sembari mempelajari utas, dirinya juga biasanya akan berdiskusi dengan produser dan sutradara untuk mengetahui visi misi ketika utas ini dialihwahanakan nantinya.

Dalam melakukan adaptasi, biasanya penulis akan menggunakan salah satu dari tiga teknik, yakni borrowing, intercepting dan fidelity of adaptation. Sebelum memutuskan teknik yang mana, dirinya biasanya akan melihat ulang raw material utas tersebut dan membandingkan dengan kebutuhan sebuah skenario.

“Jadi, apakah utas tersebut masih memerlukan penambahan, pengurangan, atau sama persis. Sebab, setiap medium punya keterbatasannya masing-masing,” imbuhnya.

Meski ini adalah penulisan naskah adaptasi, Lele Laila menyebut penulis masih tetap membutuhkan riset. Terkadang, dirinya juga menambahkan riset market, komentar di thread yang beredar, analisa apa yang market harapkan, dan apa yang disukai dari cerita tersebut.

Sebab, utas tentu punya karakter yang beda dengan skenario film. Di film, karakternya bergerak dan cerita punya batasan durasi. Pastinya, penulis mesti mempertanyakan ulang apa yang karakter mau dalam cerita, apa yang karakter butuhkan, dan bagaimana arc karakter tergambar dalam plotnya.

“Dalam hal ini kayak di kasus KKN, tentunya sebelum bikin kita juga menentukan siapa protagonis utamanya, siapa aja yang akan ngegerakin cerita dan lain-lain. Aku juga sering kali berdiskusi langsung sama Simple Man-nya agar ruh dari cerita aslinya enggak lantas hilang,” terangnya.

Hal tersebut juga kembali dilakukan ketika menggarap Badarawuhi di Desa Penari. Menurutnya, cerita dari Badarawuhi ini didapatnya langsung dari Simple Man dan menjadi kisah yang baginya luar biasa.

Dari cerita tersebut, dirinya kemudian meramunya menjadi lebih utuh sebagai sebuah skenario film. Jarak rilis KKN di Desa Penari dan Badarawuhi di Desa Penari yang berkisar dua tahun cukup memberinya waktu untuk pematangan cerita.

“Pastinya [karena film pertama ditonton banyak orang, Red] ini jadi beban karena kesuksesannya. Akan tetapi, awal misi kita untuk melanjutkan semesta ceritanya. Jadi, aku sangat menikmati sekali prosesnya,” kata Lele Laila.


Potensi yang Dapat Lompatan Baru

Film Badarawuhi di Desa Penari yang menjadi prekuel dari KKN di Desa Penari direncanakan tayang pada Lebaran 2024. Film yang masih diproduksi oleh MD Pictures ini melakukan berbagai lompatan baru, terutama untuk memberikan sentuhan berbeda dibanding versi pertamanya.

Badarawuhi di Desa Penari menjadi film Indonesia dan Asia Tenggara pertama yang mendapatkan label Filmed for IMAX. Label ini menandakan bahwa film tersebut diproduksi dengan menggunakan kamera digital yang telah diverifikasi oleh IMAX. Saat ini ada 11 jenis kamera yang telah disertifikasi oleh IMAX untuk merekam gambarnya. Proses produksinya juga diawasi oleh IMAX.

CEO MD Pictures Manoj Punjabi mengatakan film horor terbarunya ini juga akan melebarkan sayapnya dengan penayangan di Amerika Serikat. Penayangan film yang jadi bagian KKN di Desa Penari ini terjadi berkart kerja sama dengan Lionsgate.

"Dapat distribution partner siapa itu penting. Kalau enggak jelas, kita enggak dapat exposure yang bener. Film ini perlu dapat kesempatan itu supaya kami bisa cerminkan film Indonesia khususnya horor yang lebih gampang diterima," ungkap CEO MD Pictures Manoj Punjabi dalam konferensi pers virtual, Kamis (14/3).
 

a

Still Photo film Badarawuhi di Desa Penari (Sumber gambar: X/kknmovie)


Manoj juga mengungkapkan kalau film Badarawuhi di Desa Penari akan memiliki judul global bertajuk Dancing Village: The Curse Begins. Dalam waktu dekat, filmnya juga akan menggelar premier di Los Angeles, Amerika Serikat, dalam waktu dekat.

Di luar itu, kerja sama MD Pictures dengan Lionsgate juga makin membuka peluang untuk film ini bisa didistribusikan di banyak negara lain, selain Asia tenggara. Sebab, untuk di Asia Tenggara distriusinya akan diurus langsung oleh MD.

Sementara itu, sutradara Kimo Stamboel merasa bangga sekaligus tegang ketika film ini akhirnya bakal didistribusikan di pasar Amerika. Dirinya penasaran dengan reaksi penonton di sana melihat cerita Badaruwuhi yang penuh dengan sentuhan budaya Indonesia.

Dia berharap film ini bisa menjadi sebuah hiburan yang menarik di sana. Selain itu, film ini diharapkan bisa jadi ajang perkenalan bahwa Indonesia kaya dengan cerita-cerita horor seperti ini.


Tak Ada Formulasi Abadi dalam Sinema

 
Pengamat film nasional Shandy Gasella (Sumber gambar: Instagram/shandygasella)
Pengamat film nasional Shandy Gasella berbicara fenomena utas viral menjadi film memang tak bisa dilepaskan dari KKN di Desa Penari. Kesuksesan Simple Man memang begitu memikat sehingga banyak akun baru netas dan ujug-ujug membuat utas kisah hidup yang dibumbui cerita mistis.

Melihat makin jamaknya rumah produksi mengangkat utas viral jadi film, Shandy menilai hal yang wajar. Pembuat film pasti telah memiliki parameter ketika meminang utas tertentu. Faktor viral tentu menjadi salah satu penentu kuat, disamping cerita yang ditawarkan juga harus kuat.

“Namun, tidak ada jaminan juga bahwa film yang cerita berdasarkan thread bakal laku. Banyak faktor penentu yang sulit diformulasikan. Barang kali keuntungan memfilmkan thread ialah bahwa ceritanya sudah dikenal dulu, sehingga kesempatan filmnya ntuk dikenal calon penonton menjadi besar, mirip fenomena memfilmkan novel yang sudah tentu ada fanbasenya,” jelas Festival Director Jakarta World Cinema Week tersebut.

Shandy menilai apa yang sedang menjadi tren saat ini sudah secara alamiah akan dikejar oleh produser film karena tidak ingin ketinggalan momen. Namun, di luar makin banyaknya utas viral yang dijadikan film, menurutnya film dengan skenario asli juga akan terus berjalan dan tidak kehilangan momennya.

Sebab, sejarah mencatat kalau film terlaris sepanjang masa kedua adalah Agak Laen garapan Imajinari yang merupakan naskah asli. “Bahkan Ngeri-Ngeri Sedap dan Jatuh Cinta Seperti di Film-Film merupakan contoh lain dari kesuksesan film dengan skenario orisinal,” imbuhnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Cerita di Balik Proses Kreatif Komik Proposal dari Rakyat Kreatif Kolaborasi Faza Meonk & Mice Misrad

BERIKUTNYA

Apa Arti Mokel? Istilah yang Populer saat Ramadan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: