Hypereport: Deretan Film Lokal Pemenang Skenario Asli Terbaik Piala Citra
24 March 2024 |
15:35 WIB
Salah satu penghargaan yang kerap mendapat sorotan di sejumlah ajang perfilman ialah kategori film skenario asli terbaik. Kategori ini diberikan kepada penulis yang telah menciptakan skenario film sebagai karya orisinal dengan narasi yang benar-benar baru, dan tidak didasarkan pada materi yang telah ada sebelumnya.
Posisi skenario dalam film terbilang sangat penting. Tak hanya sebagai dokumen yang berisi deskripsi adegan demi adegan dalam jalinan cerita yang utuh, skenario juga dapat disebut sebagai blueprint atau cetak biru yang menjadi tulang punggung sebuah cerita film.
Menukil dari situs Aceh Documentary, skenario adalah naskah cerita yang menguraikan urutan adegan, tempat, keadaan, dan dialog, yang disusun dalam konteks struktur dramatik untuk menjadi acuan dalam proses produksi baik film maupun acara televisi.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Dari Twitter ke Layar Lebar, Adaptasi Utas Viral Jadi Film Horor Terlaris
2. Hypereport: Ekosistem Penting Untuk Memacu Karya Film Orisinal
3. Hypereport: Upaya Mencetak Penulis Skenario Andal di Jagat Sinema Lokal
4. Hypereport: Film Adaptasi Novel & Webtoon Warnai Industri Film Indonesia
Selain sebagai bahan acuan dalam proses produksi, naskah skenario film juga berfungsi sebagai bahan dasar untuk menyatukan persepsi antara produser dan para kru tentang film yang akan diproduksi, sehingga dapat meminimalisir perbedaan penafsiran serta menjadi dasar perencanaan yang jelas.
Dalam menulis naskah skenario film, seorang penulis dituntut untuk menerjemahkan setiap kalimat dalam naskahnya menjadi sebuah gambaran imajinasi visual yang dibatasi oleh format pandang layar bioskop atau televisi. Oleh karena itu, kreativitas dan gagasan dibutuhkan selama menyusun ide cerita menjadi naskah skenario film.
Melansir dari situs Page International Screenwriting Awards, ada beberapa hal yang menjadi kriteria penilaian untuk sebuah skenario film, diantaranya yakni ide di balik cerita (premis), presentasi naskah, kerangka naskah atau struktur, serta aksi, peristiwa, konflik, dan titik balik yang mendorong cerita atau bagaimana cerita terungkap (plot).
Selain itu, penilaian juga menyoroti soal waktu aksi, pembukaan elemen plot, dan kecepatan pengembangan karakter (pacing); kehadiran karakter-karakter yang khas, menarik, berlapis-lapis dan tidak dapat diprediksi namun dengan tujuan yang jelas dan aktif; suara yang natural, ringkas, dan unik untuk setiap karakter, serta penggunaan bahasa yang efektif mengungkap karakter dan memajukan cerita (dialog).
Tak ketinggalan, tema atau pesan mendasar cerita yang terungkap melalui alur, dialog, dan elemen visual; serta kualitas tulisan secara keseluruhan, mencakup nada yang sesuai dengan materi dan narasi yang berbeda, sinematik, dan efektif menyampaikan mood atau nuansa film.
Di Indonesia, setiap tahunnya penghargaan Penulis Skenario Asli Terbaik diberikan kepada para penulis berbakat yang telah menciptakan film-film dengan ide cerita yang baru dan orisinal dalam Festival Film Indonesia (FFI) atau Piala Citra, ajang penghargaan film paling prestisius di dalam negeri. Berikut adalah 10 film pemenang skenario asli terbaik di ajang Piala Citra.
Women From Rote Island adalah film panjang perdana yang ditulis sekaligus disutradarai oleh Jeremias Nyangoen. Selain menyabet Penulis Skenario Asli Terbaik, Women From Rote Island juga memenangkan penghargaan sebagai Film Terbaik di ajang FFI 2023.
Film ini berkisah tentang Orpha (diperankan Linda Adoe) yang suaminya baru meninggal dunia, dan tinggal bersama tiga anak perempuannya. Orpha harus berhadapan dengan diskriminasi dan tradisi turun temurun yang membuat perempuan selalu menjadi gender kedua, di bawah laki-laki, dan menjadi korban kekerasan.
Orpha pun akhirnya berjuang untuk mendapatkan keadilan dari kekerasan yang dia dan kedua anaknya alami. Seperti judulnya, film Women from Rote Island mengambil latar di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan menampilkan kerasnya kehidupan di sana yang begitu kontras dengan keindahan alam dan sumber dayanya.
Autobiography adalah debut film panjang sutradara Makbul Mubarak yang juga bertindak sebagai penulis skenario. Berkat film itu, Makbul meraih penghargaan Penulis Skenario Terbaik di ajang FFI 2022. Sebelumnya, dia juga meraih penghargaan Film Pendek Terbaik di FFI 2017 berkat film Ruah yang ditulis sekaligus disutradarainya.
Autobiography berkisah tentang Rakib (Kevin Ardilova) yang bekerja menjaga rumah kosong milik seorang pensiunan bernama Purna (Arswendy Bening Swara). Suatu hari, Purna pulang kampung untuk mencalonkan diri menjadi bupati di daerah itu. Rumah yang Rakib jaga pun tak lagi kosong.
Setiap hari, Rakib menemani Purna dalam banyak kegiatan seperti berkampanye, memasang spanduk, dan lain sebagainya. Dalam sosok Purna, Rakib melihat sosok seorang ayah yang didambakannya. Hingga pada suatu hari, sebuah kejadian tak terduga mengubah semua itu.
Penyalin Cahaya adalah film panjang perdana yang ditulis dan disutradarai oleh Wregas Bhanuteja. Di ajang FFI 2021, film ini mencuri perhatian publik lantaran memborong 12 piala sekaligus termasuk Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik dan Penulis Skenario Asli Terbaik.
Film Penyalin Cahaya berkisah tentang perjalanan pelik seorang mahasiswi bernama Suryani (Shenina Cinnamon) dalam mengungkapkan kebenaran di balik permasalahan yang menimpa dirinya. Bersama Amin (Chicco Kurniawan), seorang tukang fotokopi, Suryani mencoba mengungkapkan kebenaran tentang tuduhan atas dirinya untuk mempertahankan beasiswanya.
Mudik adalah film yang ditulis dan disutradarai oleh Adriyanto Dewo. Di ajang FFI 2020, Mudik berhasil mendapatkan 9 nominasi dan memenangkan penghargaan untuk Skenario Asli Terbaik. Mudik bercerita tentang Aida (Putri Ayudya) yang memutuskan untuk melakukan perjalanan mudik bersama sang suami, Firman (Ibnu Jamil) ke kampung halaman mereka sekaligus untuk menemukan solusi atas konflik rumah tangga yang sedang dihadapi.
Dalam perjalanan tersebut, tak sengaja mereka terlibat dalam sebuah kecelakaan yang akhirnya merenggut nyawa suami orang lain. Dalam proses menghadapi kejadian yang tidak terduga ini, Aida dipaksa untuk menemukan jawaban yang selama ini tersimpan di dalam hidupnya.
Dua Garis Biru adalah film drama remaja yang ditulis dan disutradarai oleh Gina S. Noer. Di ajang FFI 2019, Dua Garis Biru masuk ke dalam 12 nominasi dan berhasil memenangkan dua kategori yakni Skenario Asli Terbaik dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik.
Film Dua Garis Biru bercerita tentang Dara (Zara Adhisty) dan Bima (Angga Yunanda) yang melanggar batas tanpa mengetahui konsekuensinya. Mereka mencoba mengambil tanggung jawab atas pilihan mereka. Awalnya, Bima dan Dara pikir mereka siap menjadi dewasa untuk menghadapi segala konsekuensinya. Kepolosan mereka langsung diuji ketika keluarga yang sangat menyayangi mereka mengetahuinya. Keduanya pun terpaksa menjalani perjalanan pilihan mereka.
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak adalah film yang disutradarai oleh Mouly Surya yang juga menulis skenario bersama Rama Adi. Di ajang FFI 2018, film ini masuk ke 14 nominasi dan berhasil memboyong 10 piala citra termasuk Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Penulis Skenario Asli Terbaik.
Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak mengisahkan perjalanan seorang janda di pedalaman Sumba bernama Marlina (diperankan oleh Marsha Timothy) yang mencari keadilan atas kejadian pemerkosaan yang menimpanya. Film ini merupakan pernyataan perlawanan yang kuat terhadap ketidakberpihakan lingkungan sekitar kepada kelompok perempuan.
Cek Toko Sebelah adalah film drama komedi yang ditulis dan disutradarai oleh Ernest Prakasa. Ide cerita film ini dibuat berdasarkan pada realitas etnis Tionghoa yang kerap menjadikan anak-anak mereka sebagai penerus toko orang tuanya, saat mereka beranjak dewasa dan sekalipun memiliki pendidikan tinggi. Film ini ditulis oleh Ernest Prakasa dan Jenny Jusuf dengan pengembangan cerita dari Meira Anastasia.
Cek Toko Sebelah mendapatkan penilaian yang positif dari penonton dan kritikus film, terutama untuk dari segi skenario film. Di ajang FFI 2017, film ini mendapatkan 9 nominasi termasuk Film Bioskop Terbaik dan Penyutradaraan Terbaik, dan memenangkan kategori Skenario Asli Terbaik.
Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara adalah film drama yang disutradarai oleh Herwin Novianto dan ditulis oleh Jujur Prananto. Mengambil lokasi syuting di Atambua, Nusa Tenggara Timur, film ini diangkat dari kisah nyata seorang wanita Muslim yang menjadi guru di sebuah desa terpencil.
Kisahnya mengikuti perjalanan seorang guru bernama Aisyah (Laudya Cynthia Bella) yang harus mengajar di desa terpencil di Dusun Kerok, Kabupaten Timor Tengah Utara. Lingkungan yang baru, tradisi yang serba asing dan ruang lingkup religius yang berbeda, membuat Aisyah harus menghadapi sekelumit persoalan di samping profesinya sebagai guru.
Siti adalah film independen yang ditulis dan disutradarai oleh Eddie Cahyono. Meski tidak ditayangkan di bioskop konvensional, Siti meraih 3 penghargaan di ajang FFI 2015 termasuk Film Terbaik dan Penulis Skenario Asli Terbaik.
Seperti judulnya, film ini berkisah tentang Siti (Sekar Sari), seorang perempuan penjual peyek jingking di Parangtritis sekaligus menjadi pemandu karaoke di malam hari. Profesi itu harus dilakoni Siti setelah suaminya lumpuh dalam kecelakaan yang menenggelamkan kapal nelayannya sekaligus menjebak Siti dalam lilitan utang.
Tabula Rasa adalah film drama dokumenter yang ditulis oleh Tumpal Tampubolon dan disutradarai oleh Adriyanto Dewo. Di ajang FFI 2014, Tabula Rasa berhasil memenangkan 4 penghargaan termasuk Sutradara Terbaik dan Penulis Skenario Asli Terbaik.
Film ini menceritakan sosok Hans, seorang pesepakbola yang gagal meraih impiannya. Namun, nasib dan jalan hidupnya berubah setelah Hans tak sengaja bertemu Mak Uwo yg merupakan pemilik dari sebuah Warung Masakan Padang.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Puput Ady Sukarno
Posisi skenario dalam film terbilang sangat penting. Tak hanya sebagai dokumen yang berisi deskripsi adegan demi adegan dalam jalinan cerita yang utuh, skenario juga dapat disebut sebagai blueprint atau cetak biru yang menjadi tulang punggung sebuah cerita film.
Menukil dari situs Aceh Documentary, skenario adalah naskah cerita yang menguraikan urutan adegan, tempat, keadaan, dan dialog, yang disusun dalam konteks struktur dramatik untuk menjadi acuan dalam proses produksi baik film maupun acara televisi.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Dari Twitter ke Layar Lebar, Adaptasi Utas Viral Jadi Film Horor Terlaris
2. Hypereport: Ekosistem Penting Untuk Memacu Karya Film Orisinal
3. Hypereport: Upaya Mencetak Penulis Skenario Andal di Jagat Sinema Lokal
4. Hypereport: Film Adaptasi Novel & Webtoon Warnai Industri Film Indonesia
Selain sebagai bahan acuan dalam proses produksi, naskah skenario film juga berfungsi sebagai bahan dasar untuk menyatukan persepsi antara produser dan para kru tentang film yang akan diproduksi, sehingga dapat meminimalisir perbedaan penafsiran serta menjadi dasar perencanaan yang jelas.
Dalam menulis naskah skenario film, seorang penulis dituntut untuk menerjemahkan setiap kalimat dalam naskahnya menjadi sebuah gambaran imajinasi visual yang dibatasi oleh format pandang layar bioskop atau televisi. Oleh karena itu, kreativitas dan gagasan dibutuhkan selama menyusun ide cerita menjadi naskah skenario film.
Melansir dari situs Page International Screenwriting Awards, ada beberapa hal yang menjadi kriteria penilaian untuk sebuah skenario film, diantaranya yakni ide di balik cerita (premis), presentasi naskah, kerangka naskah atau struktur, serta aksi, peristiwa, konflik, dan titik balik yang mendorong cerita atau bagaimana cerita terungkap (plot).
Selain itu, penilaian juga menyoroti soal waktu aksi, pembukaan elemen plot, dan kecepatan pengembangan karakter (pacing); kehadiran karakter-karakter yang khas, menarik, berlapis-lapis dan tidak dapat diprediksi namun dengan tujuan yang jelas dan aktif; suara yang natural, ringkas, dan unik untuk setiap karakter, serta penggunaan bahasa yang efektif mengungkap karakter dan memajukan cerita (dialog).
Tak ketinggalan, tema atau pesan mendasar cerita yang terungkap melalui alur, dialog, dan elemen visual; serta kualitas tulisan secara keseluruhan, mencakup nada yang sesuai dengan materi dan narasi yang berbeda, sinematik, dan efektif menyampaikan mood atau nuansa film.
Di Indonesia, setiap tahunnya penghargaan Penulis Skenario Asli Terbaik diberikan kepada para penulis berbakat yang telah menciptakan film-film dengan ide cerita yang baru dan orisinal dalam Festival Film Indonesia (FFI) atau Piala Citra, ajang penghargaan film paling prestisius di dalam negeri. Berikut adalah 10 film pemenang skenario asli terbaik di ajang Piala Citra.
1. Women From Rote Island (2023)
Women From Rote Island adalah film panjang perdana yang ditulis sekaligus disutradarai oleh Jeremias Nyangoen. Selain menyabet Penulis Skenario Asli Terbaik, Women From Rote Island juga memenangkan penghargaan sebagai Film Terbaik di ajang FFI 2023.Film ini berkisah tentang Orpha (diperankan Linda Adoe) yang suaminya baru meninggal dunia, dan tinggal bersama tiga anak perempuannya. Orpha harus berhadapan dengan diskriminasi dan tradisi turun temurun yang membuat perempuan selalu menjadi gender kedua, di bawah laki-laki, dan menjadi korban kekerasan.
Orpha pun akhirnya berjuang untuk mendapatkan keadilan dari kekerasan yang dia dan kedua anaknya alami. Seperti judulnya, film Women from Rote Island mengambil latar di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan menampilkan kerasnya kehidupan di sana yang begitu kontras dengan keindahan alam dan sumber dayanya.
Women From Rote Island. (Sumber gambar: Bintang Cahaya Sinema)
2. Autobiography (2022)
Autobiography adalah debut film panjang sutradara Makbul Mubarak yang juga bertindak sebagai penulis skenario. Berkat film itu, Makbul meraih penghargaan Penulis Skenario Terbaik di ajang FFI 2022. Sebelumnya, dia juga meraih penghargaan Film Pendek Terbaik di FFI 2017 berkat film Ruah yang ditulis sekaligus disutradarainya.Autobiography berkisah tentang Rakib (Kevin Ardilova) yang bekerja menjaga rumah kosong milik seorang pensiunan bernama Purna (Arswendy Bening Swara). Suatu hari, Purna pulang kampung untuk mencalonkan diri menjadi bupati di daerah itu. Rumah yang Rakib jaga pun tak lagi kosong.
Setiap hari, Rakib menemani Purna dalam banyak kegiatan seperti berkampanye, memasang spanduk, dan lain sebagainya. Dalam sosok Purna, Rakib melihat sosok seorang ayah yang didambakannya. Hingga pada suatu hari, sebuah kejadian tak terduga mengubah semua itu.
3. Penyalin Cahaya (2021)
Penyalin Cahaya adalah film panjang perdana yang ditulis dan disutradarai oleh Wregas Bhanuteja. Di ajang FFI 2021, film ini mencuri perhatian publik lantaran memborong 12 piala sekaligus termasuk Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik dan Penulis Skenario Asli Terbaik.Film Penyalin Cahaya berkisah tentang perjalanan pelik seorang mahasiswi bernama Suryani (Shenina Cinnamon) dalam mengungkapkan kebenaran di balik permasalahan yang menimpa dirinya. Bersama Amin (Chicco Kurniawan), seorang tukang fotokopi, Suryani mencoba mengungkapkan kebenaran tentang tuduhan atas dirinya untuk mempertahankan beasiswanya.
4. Mudik (2020)
Mudik adalah film yang ditulis dan disutradarai oleh Adriyanto Dewo. Di ajang FFI 2020, Mudik berhasil mendapatkan 9 nominasi dan memenangkan penghargaan untuk Skenario Asli Terbaik. Mudik bercerita tentang Aida (Putri Ayudya) yang memutuskan untuk melakukan perjalanan mudik bersama sang suami, Firman (Ibnu Jamil) ke kampung halaman mereka sekaligus untuk menemukan solusi atas konflik rumah tangga yang sedang dihadapi.Dalam perjalanan tersebut, tak sengaja mereka terlibat dalam sebuah kecelakaan yang akhirnya merenggut nyawa suami orang lain. Dalam proses menghadapi kejadian yang tidak terduga ini, Aida dipaksa untuk menemukan jawaban yang selama ini tersimpan di dalam hidupnya.
Mudik. (Sumber gambar: Lifelike Pictures)
5. Dua Garis Biru (2019)
Dua Garis Biru adalah film drama remaja yang ditulis dan disutradarai oleh Gina S. Noer. Di ajang FFI 2019, Dua Garis Biru masuk ke dalam 12 nominasi dan berhasil memenangkan dua kategori yakni Skenario Asli Terbaik dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik.Film Dua Garis Biru bercerita tentang Dara (Zara Adhisty) dan Bima (Angga Yunanda) yang melanggar batas tanpa mengetahui konsekuensinya. Mereka mencoba mengambil tanggung jawab atas pilihan mereka. Awalnya, Bima dan Dara pikir mereka siap menjadi dewasa untuk menghadapi segala konsekuensinya. Kepolosan mereka langsung diuji ketika keluarga yang sangat menyayangi mereka mengetahuinya. Keduanya pun terpaksa menjalani perjalanan pilihan mereka.
6. Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2018)
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak adalah film yang disutradarai oleh Mouly Surya yang juga menulis skenario bersama Rama Adi. Di ajang FFI 2018, film ini masuk ke 14 nominasi dan berhasil memboyong 10 piala citra termasuk Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Penulis Skenario Asli Terbaik.Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak mengisahkan perjalanan seorang janda di pedalaman Sumba bernama Marlina (diperankan oleh Marsha Timothy) yang mencari keadilan atas kejadian pemerkosaan yang menimpanya. Film ini merupakan pernyataan perlawanan yang kuat terhadap ketidakberpihakan lingkungan sekitar kepada kelompok perempuan.
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak. (Sumber gambar: Kaninga Pictures)
7. Cek Toko Sebelah (2017)
Cek Toko Sebelah adalah film drama komedi yang ditulis dan disutradarai oleh Ernest Prakasa. Ide cerita film ini dibuat berdasarkan pada realitas etnis Tionghoa yang kerap menjadikan anak-anak mereka sebagai penerus toko orang tuanya, saat mereka beranjak dewasa dan sekalipun memiliki pendidikan tinggi. Film ini ditulis oleh Ernest Prakasa dan Jenny Jusuf dengan pengembangan cerita dari Meira Anastasia.Cek Toko Sebelah mendapatkan penilaian yang positif dari penonton dan kritikus film, terutama untuk dari segi skenario film. Di ajang FFI 2017, film ini mendapatkan 9 nominasi termasuk Film Bioskop Terbaik dan Penyutradaraan Terbaik, dan memenangkan kategori Skenario Asli Terbaik.
8. Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara (2016)
Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara adalah film drama yang disutradarai oleh Herwin Novianto dan ditulis oleh Jujur Prananto. Mengambil lokasi syuting di Atambua, Nusa Tenggara Timur, film ini diangkat dari kisah nyata seorang wanita Muslim yang menjadi guru di sebuah desa terpencil. Kisahnya mengikuti perjalanan seorang guru bernama Aisyah (Laudya Cynthia Bella) yang harus mengajar di desa terpencil di Dusun Kerok, Kabupaten Timor Tengah Utara. Lingkungan yang baru, tradisi yang serba asing dan ruang lingkup religius yang berbeda, membuat Aisyah harus menghadapi sekelumit persoalan di samping profesinya sebagai guru.
9. Siti (2015)
Siti adalah film independen yang ditulis dan disutradarai oleh Eddie Cahyono. Meski tidak ditayangkan di bioskop konvensional, Siti meraih 3 penghargaan di ajang FFI 2015 termasuk Film Terbaik dan Penulis Skenario Asli Terbaik. Seperti judulnya, film ini berkisah tentang Siti (Sekar Sari), seorang perempuan penjual peyek jingking di Parangtritis sekaligus menjadi pemandu karaoke di malam hari. Profesi itu harus dilakoni Siti setelah suaminya lumpuh dalam kecelakaan yang menenggelamkan kapal nelayannya sekaligus menjebak Siti dalam lilitan utang.
10. Tabula Rasa (2014)
Tabula Rasa adalah film drama dokumenter yang ditulis oleh Tumpal Tampubolon dan disutradarai oleh Adriyanto Dewo. Di ajang FFI 2014, Tabula Rasa berhasil memenangkan 4 penghargaan termasuk Sutradara Terbaik dan Penulis Skenario Asli Terbaik.Film ini menceritakan sosok Hans, seorang pesepakbola yang gagal meraih impiannya. Namun, nasib dan jalan hidupnya berubah setelah Hans tak sengaja bertemu Mak Uwo yg merupakan pemilik dari sebuah Warung Masakan Padang.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.