Ekosistem yang baik berperan penting dalam kehadiran karya orisinal (Sumber gambar: pexels/ pixabay)

Hypereport: Ekosistem Penting Untuk Memacu Karya Film Orisinal

25 March 2024   |   09:07 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Orisinalitas karya perfilman Indonesia tidak datang dengan tiba-tiba dan berdiri sendiri. Keaslian sebuah karya perlu diciptakan dengan adanya ekosistem yang baik, sehingga penting bagi semua pihak untuk berkontribusi lantaran potensi industri hiburan ini cukup besar. 

Keaslian sebuah karya film lebih dari sekadar naskah. Ada unsur lain yang dapat membuat sebuah karya dikatakan asli atau tidak. Keunikan dan kebaruan yang ditawarkan oleh para sineas di belakang suatu film tersebut adalah dua hal yang dapat menjadi indikator. 

Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Dari Twitter ke Layar Lebar, Adaptasi Utas Viral Jadi Film Horor Terlaris
2. Hypereport: Ekosistem Penting Untuk Memacu Karya Film Orisinal
3. Hypereport: Film Adaptasi Novel & Webtoon Warnai Industri Film Indonesia
4. Hypereport: Deretan Film Lokal Pemenang Skenario Asli Terbaik Piala Citra

 


Naskah asli dan adaptasi adalah istilah teknis yang ada dalam sebuah penghargaan bagi insan perfilman. Namun, sebutan ini membuat banyak orang mengaitkannya terhadap orisinalitas sebuah karya. Seakan-akan, film yang berhubungan dengan karya yang sudah ada sebelumnya tidak orisinal. Padahal, tidak menutup kemungkinan naskah yang ditulis dan dianggap asli sebenarnya tidak memiliki orisinalitas dalam pengertian karena meniru dari berbagai karya lainnya.

Menurut pengamat film Hikmat Darmawan, karya orisinal bukan hanya soal karya itu tidak terkait dengan medium apa pun sebelumnya jika dimaknai lebih dalam. Keaslian itu harus memberikan kebaruan dan kesegaran dalam karya yang dihasilkan oleh sineas.  

“Kalau kebaruan tidak mungkin karena di kolong langit tidak ada yang baru, setidaknya ada pengolahan baru, perspektif baru, yang begitu kuat,” katanya.


Kemudian, ciri lain dari orisinal adalah memiliki unsur personal dari seniman yang membuatnya dan menggambarkan sudut pandang khas atau pendekatan dari seorang sutradara. Dalam konteks ini, sebagai contoh, film Si Doel Anak Modern pada 1979 yang berasal dari novel Si Doel Anak Betawi.

Dalam film itu, kepribadian sutradara Sjuman Djaja yang sangat khas masuk dalam penuturan naskahnya. Jadi, karya itu bisa dikatakan sebagai karya asli dari sang pengarah. Tidak hanya itu, film Si Doel Anak Sekolahan karya sutradara Rano Karno juga merupakan karya asli dari sang pengarah dengan ciri khas yang dimilikinya. 

Kemudian, contoh lainnya adalah Pengabdi Setan karya Sutradara Joko Anwar. Karya dari sang sutradara juga merupakan film orisinalnya lantaran terdapat ciri khas seperti gaya, warna, adegan, dan dialog meskipun karya dengan judul yang sama sudah ada pada 1980.

Joko Anwar juga menerapkan kebaruan terhadap film itu dengan memasukkan teori konspirasi dalam ceritanya. Keunikan, kebaruan, dan kekhasan personal dari para sineas itu membuat cerita klasik yang dibuat berulang-ulang tetap terasa orisinal.

Hikmat tidak tahu apakah perfilman Indonesia bisa disebut mengalami krisis orisinalitas. Hanya saja, pada saat ini perfilman di dalam negeri kurang beragam jika dibandingkan dengan era 1990an. Banyak sineas dalam negeri yang memiliki sikap latah.

Kondisi itu terlihat dari genre film yang beredar. Sejumlah sineas akan membuat karya berjenis horor ketika sedang diminati dengan gaya dan cerita mirip. Padahal, genre seharusnya tidak menghilangkan orisinalitas. “Orisinalitas tidak terperangkap oleh genre,” ujarnya.

Para pembuat film di dalam negeri bisa melakukan banyak hal agar karya yang dihasilkan tetap orisinal. Mereka yang kerap latah dalam berkarya tidak menutup kemungkinan takut akan risiko modal produksi yang tidak akan kembali.

Kondisi tersebut membuat naskah cerita atau gaya pengambilan gambar yang diproduksi oleh sineas dalam pembuatan film pun lebih terkait bisnis intelectual property (IP), yang tentu saja dianggap lebih menguntungkan meskipun dalam kenyataannya tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan.

Aspek bisnis dalam membuat sebuah karya memang menjadi salah satu dari sejumlah pertimbangan ketika memutuskan untuk memproduksi film, baik hasil remake, reboot, adaptasi, atau pengembangan sendiri. 

Liani Kawati, produser film Keluar Main 1994 dan juga salah satu pendiri rumah produksi DL Entertainment, mengungkapkan bahwa keberaniannya memproduksi film Keluar Main 1994 yang bukan karya remake, reboot, atau adaptasi karena melihat ada potensi dan peluang karya tersebut mendapatkan tanggapan yang positif dari masyarakat.

Dia mengungkapkan langsung setuju ketika melihat film pitch deck yang diajukan oleh sutradara sebelum karya pertama dari perusahaan itu dibuat. “Bagaimana membuat film yang bisa dinikmati anak muda dan 35 tahun ke atas. Potensi pasar bukan anak muda saja, tetapi semua umur,” ujarnya
.
Selain melihat potensi pasar dari deck yang diajukan, keberaniannya memproduksi karya ini juga sebagai bentuk upaya perusahaan memberikan ruang kepada sineas di dalam negeri untuk terjun dan mengambil bagian dalam industri perfilman di dalam negeri. 

Film Keluar Main 1994 yang akan tayang di bioskop pada 28 Maret 2024 itu mengangkat tema tentang dilema antara minat bakat seorang anak dengan harapan orang tua terhadap masa depan sang buah hati.

Karya ini bercerita tentang karakter bernama Ibo yang memiliki cita-cita menjadi pemain sepak bola. Namun, dia mendapatkan tekanan dari sang orang tua yang menginginkannya fokus terhadap pendidikan.

Mohammed Sabeq, Penulis Skenario, Casting Director, dan Asisten Sutradara film Keluar Main 1994, mengungkapkan bahwa cerita yang terdapat dalam karya ini merupakan hasil riset yang dibangun dari nol.

Dalam pengembangannya, dia berusaha menjaga orisinalitas karena mewakil banyak pihak dan terdapat kebanggaan lantaran membawa nama besar sineas Kota Makassar. “Kami tidak ada komparasi mau seperti film apa. Hanya saja, referensi komedi kami mau seperti film Stephen Chow dan Warkop DKI,” ujarnya.

Sebelum memasuki tahap produksi, film ini memiliki sekitar 7-9 draf. Namun, rancangan naskah terakhir yang digunakan juga masih mengalami perubahan sampai proses reading. Terkait dengan orisinalitas dalam industri perfilman di dalam negeri, dia menginginkan para pembuat film lebih mengangkat budaya di dalam negeri.

“Jangan kalah dengan film dari luar negeri seperti Korea Selatan. Kami bangga melakukanitu, tetapi dengan kemasan yang modern,” ujarnya.


Memacu Karya Orisinal

Untuk mendorng karya orisinalitas terus mengalami peningkatan, Hikmat menilai bahwa semua pihak dalam ekosistem perfilman Indonesia memiliki peranan yang sangat penting, yakni sekolah atau lembaga lainnya yang mencetak Sumber Daya manusia, rumah produksi, sineas, distributor film, dan juga pemerintah.
 
Dari sisi sumber daya manusia, jarang ada pembinaan untuk memunculkan keunikan dari setiap sineas jika mengacu pada orinsinalitas dalam pengertian kebaruan, unik, dan memiliki ciri khas personal.

Sekolah atau lembaga lain terkait itu perlu memberikan pelajaran yang dapat mendorong para individu yang akan menjadi pembuat film mampu menghasilkan karya orisinal. Selain itu, rumah produksi juga memiliki peran penting sebagai pihak yang membuat suatu karya.

Pada saat ini, belum banyak rumah produksi yang menghasilkan karya-karya orisinal dalam pengertian baru, unik, dan memiliki ciri khas dari senimannya. Rumah produksi yang melakukan itu masih terbatas terhadap nama yang sama.

Sementara itu, pemerintah perlu mengupayakan lebih jauh sejumlah hal meskipun pada saat ini sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan dahulu. Contoh upaya itu adalah terkait dengan perizinan syuting dan insentif untuk produksi karya yang dianggap bagus.

Selain itu, penting bagi seluruh pihak untuk mendorong pasar film yang majemuk di dalam negeri. Pasar perfilman di dalam negeri harus mendukung keberadaan slot atau jatah tayang terhadap film yang sifatnya art atau alternatif. “Ada kemungkinan film-film alternatif itu menciptakan box office-nya sendiri,” katanya.

Dia menilai bahwa pada saat ini perfilman di dalam negeri – tidak bisa dimungkiri – memiliki pasar tunggal yang hanya mendahulukan film blockbuster atau karya laris. Tidak jarang, sejumlah karya harus rela berbagi layar dengan karya lain yang tengah diminati oleh masyarakat.

Kondisi tersebut membuat peluang film lain yang memiliki kemungkinan mencetak box office menjadi gagal lantaran tidak mendapatkan cukup layar.


Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Bocoran Fitur Baru iOS 18 Customize Layout Homescreen, Bebas Atur Ikon Aplikasi di Ponsel

BERIKUTNYA

Kronologi Aksi Teroris di Konser Crocus City Hall Moskow Rusia, Ratusan Orang Tewas

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: