Hypereport Resolusi 2024: Cerita Para Seniman yang Terus Menggores Pesan di Atas Kanvas
14 January 2024 |
18:00 WIB
Membuka lembar baru tahun 2024, sejumlah pelaku industri kreatif kian menggelorakan semangatnya dalam berkarya. Tak terkecuali para seniman yang siap menggores kanvasnya dengan resolusi, target, dan harapan baru yang diharapkan bisa terwujud sepanjang tahun berjalan.
Faza Meonk, seniman grafis di balik komik populer Si Juki melihat kembali bagaimana karakter tersebut bisa membawanya sampai ke titik ini. Pemilik nama asli Faza Ibnu Ubaidillah Salman tersebut menciptakan Si Juki pada 2011 melalui komik online berjudul DKV4, kemudian diterbitkan dalam buku Ngampus! Buka-bukaan Aib Mahasiswa oleh Bukune.
Baca juga laporan terkait:
> Hypereport Resolusi 2024: Eksplorasi Baru Sineas Lokal Wujudkan Film yang Lebih Berwarna
Si Juki merupakan seorang anak laki-laki yang cuek, usil, seronok, tidak tahu malu, menyebalkan, tetapi selalu beruntung, sama seperti akronimnya, Juki (Juru Hoki). Sampai saat ini Faza telah mengadaptasi Si Juki dalam bentuk animasi dan film.
Resolusinya yang diharapkan bisa terwujud sepanjang 2024 ini adalah terus mengeksplorasi karyanya selain dari segi teknik dan storytelling, tapi juga mediumnya. Selama ini Faza berkarya dalam media komik, animasi, dan film. Tahun ini dia akan mencoba media seni lukis tradisional dan Art Toys 3D.
"Saya juga mulai terjun kembali ke lukisan tradisional yang tetap mengusung gaya-gaya pop, ini cukup menantang karena karya-karya saya biasanya selalu bentuk digital," katanya.
Dalam berkarya dengan bentuk media itu, kesulitannya terletak pada akurasi. Biasanya Faza bisa lebih mudah mentransfer semua ide kreatif di kepalanya ke media lukis digital. Apalagi dengan dukungan berbagai tools untuk menggambar yang makin canggih. Namun, lain halnya dengan seni lukis tradisional yang menurutnya terbilang rumit.
"Kalau mau mendapatkan warna yang pas, kita harus campur-campur dulu semua catnya, lalu mengatur konsistensi dari brush stroke-nya untuk mendapatkan goresan yang tepat," jelasnya.
Sebetulnya Faza sudah mulai menggarap seni lukis tradisional ini sejak tahun lalu. Karyanya sempat dipajang di pameran All The Small Things, CAN's Gallery. Kedepannya dia berharap bisa merilis banyak karya dengan media lukis tersebut. Selain itu, Faza juga mengembangkan ketertarikannya pada Art Toys lantaran pasarnya yang besar di Asia, terutama Thailand dan Hong Kong.
"Walaupun tahun lalu kita sudah launching art toys Si Juki, tahun ini semoga bisa rilis lebih banyak art toys atau statue-statue yang formatnya 3D," paparnya.
Selama berkarier di industri kreatif, tak jarang Faza menghadapi tantangan berat. Misalnya saat mengerjakan proyek skala besar seperti animasi yang melibatkan tim lebih dari 100 orang. Terlebih kalau proyek tersebut menggunakan berbagai jenis teknologi, mau tak mau dia dan timnya harus mengikuti.
"Animasi Si Juki The Movie, ini adalah proyek tahun kemarin yang belum selesai, harapannya bisa kita rilis tahun ini Karena proses pekerjaannya juga sudah lama, sejak 2018," ujar Faza.
Selain mempersiapkan perilisan animasinya, dalam waktu dekat ini Faza juga akan meluncurkan proyek kolaborasi Si Juki dengan salah satu karakter dari film Hollywood tepatnya pada akhir Januari 2024. Secara umum, resolusinya sepanjang 2024 adalah terus mengeksplorasi Si Juki yang menjadi IP (intellectual property) miliknya sejak awal berkarier di industri kreatif.
Terakhir Faza berpesan, sebagai seniman menurutnya memang penting untuk terus berkarya, tapi kita juga perlu terhubung dengan banyak audiens melalui teknologi. Minimal mengetahui apa yang sedang terjadi di tengah masyarakat, melalui media sosial.
"Prinsip saya berkarya memang harus sepersonal mungkin, tapi kalau bisa kita juga harus peka dengan keadaan di sekitar, sehingga apa yang kita sampaikan melalui karya bisa dirasakan oleh banyak orang," ujarnya.
Baca juga: 5 Film Animasi Lokal yang Mendunia, Ada Si Juki dan Kuku Rock You
Selain Faza Meonk, seniman lainnya yang juga menargetkan resolusi dalam berkarya sepanjang 2024 adalah Naufal Abshar. Alumni LASALLE College of the Arts dan Goldsmith University London ini merupakan seorang pelukis yang karyanya telah mendunia.
Naufal dikenal melalui lukisannya yang mengusung aliran contemporary art dengan berfokus pada gagasan dari social commentary. Dalam karyanya yang dibuat sepanjang 2012-2020 bertajuk HH Series, ciri khasnya menyisipkan kata “haha” dalam setiap lukisannya.
"HH Series terinspirasi dari tertawa yang selalu identik dengan humor, tapi ternyata enggak semua tawa terlahir dari humor, bisa jadi karena nervous atau sekadar basa-basi," paparnya.
Tak jarang dia juga memasukkan kritik sosial subtil melalui karyanya, seperti bagaimana sebuah tawa bisa berwujud kritik atau satir dalam social commentary. Selanjutnya mulai 2021 sampai sekarang, Naufal banyak mengeksplorasi konsep everyday life dengan kuasnya.
"Katakanlah kita menjalani tujuh hari yang sama dari senin sampai minggu, tapi setiap orang punya cerita yang berbeda, kadang saking sibuknya kita sampai lupa hari," katanya.
Goresan kuasnya yang kuat berpadu dengan pewarnaan yang ekspresif dan berani, menjadi ciri khas lukisannya. Meski begitu, Naufal terus mencoba berinovasi dengan beragam teknik baru. Bermula dari penggunaan cat minyak, akrilik, lalu eksplorasi dengan kolase koran bekas era 1930-1950.
"Sekarang aku lagi aktif mengeksplor spray paint dan airbrush, biasanya karya-karyaku itu goresannya cukup ekspresif dan tajam, tapi kali ini aku mencoba untuk membuat sesuatu yang lebih smooth," katanya.
Mengawali 2024, Naufal merancang gambaran resolusi besarnya dalam menghasilkan karya yang lebih berkembang dan matang. Diharapkan hal tersebut bisa mengantarkannya untuk mendapatkan representasi galeri di luar negeri, terutama di Amerika dan Eropa.
"Aku pengen karyaku bisa diapresiasi di museum Amerika dan Eropa supaya bisa membawa nama Indonesia di kancah global," katanya.
Karyanya yang sempat tertunda juga diharapkan bisa selesai pada 2024 ini. Naufal sedang mengerjakan instalasi berbentuk robot dengan mesin di dalamnya yang memungkinkannya untuk bergerak dengan remote control. "Sebenarnya yang sulit adalah membuat mekaniknya, aku pengennya pertengahan atau paling lambat akhir tahun sudah selesai," ujarnya.
Selama berkarier sebagai seniman, Naufal menghadapi sejumlah tantangan yang berpusat pada dirinya sendiri seperti mengelola mood. Katakanlah kita sedang menggarap karya yang hampir selesai, lalu tiba-tiba muncul pemikiran untuk memperbaiki atau merombaknya, akhirnya karya tersebut tak kunjung selesai.
"Kalau misalnya sudah stuck lebih baik ditinggal saja, kalau dipaksakan malah jadi rusak, biasanya saya mencoba mengerjakan karya lain atau refreshing supaya bisa kembali lagi dengan ide dan mood baru," katanya.
Terakhir Naufal juga mengisyaratkan sejumlah kolaborasi yang akan diluncurkannya sepanjang 2024. Meski belum bisa memaparkan dengan detail, proyek terbarunya yakni bersama jenama perhiasan dan kreator lain yang diharapkan bisa mendapat banyak apresiasi.
Baca juga: Kaleidoskop 2023: Pameran Seni Rupa Penting Sepanjang 2023
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Faza Meonk, seniman grafis di balik komik populer Si Juki melihat kembali bagaimana karakter tersebut bisa membawanya sampai ke titik ini. Pemilik nama asli Faza Ibnu Ubaidillah Salman tersebut menciptakan Si Juki pada 2011 melalui komik online berjudul DKV4, kemudian diterbitkan dalam buku Ngampus! Buka-bukaan Aib Mahasiswa oleh Bukune.
Baca juga laporan terkait:
> Hypereport Resolusi 2024: Eksplorasi Baru Sineas Lokal Wujudkan Film yang Lebih Berwarna
Si Juki merupakan seorang anak laki-laki yang cuek, usil, seronok, tidak tahu malu, menyebalkan, tetapi selalu beruntung, sama seperti akronimnya, Juki (Juru Hoki). Sampai saat ini Faza telah mengadaptasi Si Juki dalam bentuk animasi dan film.
Resolusinya yang diharapkan bisa terwujud sepanjang 2024 ini adalah terus mengeksplorasi karyanya selain dari segi teknik dan storytelling, tapi juga mediumnya. Selama ini Faza berkarya dalam media komik, animasi, dan film. Tahun ini dia akan mencoba media seni lukis tradisional dan Art Toys 3D.
"Saya juga mulai terjun kembali ke lukisan tradisional yang tetap mengusung gaya-gaya pop, ini cukup menantang karena karya-karya saya biasanya selalu bentuk digital," katanya.
Dalam berkarya dengan bentuk media itu, kesulitannya terletak pada akurasi. Biasanya Faza bisa lebih mudah mentransfer semua ide kreatif di kepalanya ke media lukis digital. Apalagi dengan dukungan berbagai tools untuk menggambar yang makin canggih. Namun, lain halnya dengan seni lukis tradisional yang menurutnya terbilang rumit.
"Kalau mau mendapatkan warna yang pas, kita harus campur-campur dulu semua catnya, lalu mengatur konsistensi dari brush stroke-nya untuk mendapatkan goresan yang tepat," jelasnya.
Sebetulnya Faza sudah mulai menggarap seni lukis tradisional ini sejak tahun lalu. Karyanya sempat dipajang di pameran All The Small Things, CAN's Gallery. Kedepannya dia berharap bisa merilis banyak karya dengan media lukis tersebut. Selain itu, Faza juga mengembangkan ketertarikannya pada Art Toys lantaran pasarnya yang besar di Asia, terutama Thailand dan Hong Kong.
"Walaupun tahun lalu kita sudah launching art toys Si Juki, tahun ini semoga bisa rilis lebih banyak art toys atau statue-statue yang formatnya 3D," paparnya.
Selama berkarier di industri kreatif, tak jarang Faza menghadapi tantangan berat. Misalnya saat mengerjakan proyek skala besar seperti animasi yang melibatkan tim lebih dari 100 orang. Terlebih kalau proyek tersebut menggunakan berbagai jenis teknologi, mau tak mau dia dan timnya harus mengikuti.
"Animasi Si Juki The Movie, ini adalah proyek tahun kemarin yang belum selesai, harapannya bisa kita rilis tahun ini Karena proses pekerjaannya juga sudah lama, sejak 2018," ujar Faza.
Selain mempersiapkan perilisan animasinya, dalam waktu dekat ini Faza juga akan meluncurkan proyek kolaborasi Si Juki dengan salah satu karakter dari film Hollywood tepatnya pada akhir Januari 2024. Secara umum, resolusinya sepanjang 2024 adalah terus mengeksplorasi Si Juki yang menjadi IP (intellectual property) miliknya sejak awal berkarier di industri kreatif.
Terakhir Faza berpesan, sebagai seniman menurutnya memang penting untuk terus berkarya, tapi kita juga perlu terhubung dengan banyak audiens melalui teknologi. Minimal mengetahui apa yang sedang terjadi di tengah masyarakat, melalui media sosial.
"Prinsip saya berkarya memang harus sepersonal mungkin, tapi kalau bisa kita juga harus peka dengan keadaan di sekitar, sehingga apa yang kita sampaikan melalui karya bisa dirasakan oleh banyak orang," ujarnya.
Baca juga: 5 Film Animasi Lokal yang Mendunia, Ada Si Juki dan Kuku Rock You
Selain Faza Meonk, seniman lainnya yang juga menargetkan resolusi dalam berkarya sepanjang 2024 adalah Naufal Abshar. Alumni LASALLE College of the Arts dan Goldsmith University London ini merupakan seorang pelukis yang karyanya telah mendunia.
Naufal dikenal melalui lukisannya yang mengusung aliran contemporary art dengan berfokus pada gagasan dari social commentary. Dalam karyanya yang dibuat sepanjang 2012-2020 bertajuk HH Series, ciri khasnya menyisipkan kata “haha” dalam setiap lukisannya.
"HH Series terinspirasi dari tertawa yang selalu identik dengan humor, tapi ternyata enggak semua tawa terlahir dari humor, bisa jadi karena nervous atau sekadar basa-basi," paparnya.
Tak jarang dia juga memasukkan kritik sosial subtil melalui karyanya, seperti bagaimana sebuah tawa bisa berwujud kritik atau satir dalam social commentary. Selanjutnya mulai 2021 sampai sekarang, Naufal banyak mengeksplorasi konsep everyday life dengan kuasnya.
"Katakanlah kita menjalani tujuh hari yang sama dari senin sampai minggu, tapi setiap orang punya cerita yang berbeda, kadang saking sibuknya kita sampai lupa hari," katanya.
Goresan kuasnya yang kuat berpadu dengan pewarnaan yang ekspresif dan berani, menjadi ciri khas lukisannya. Meski begitu, Naufal terus mencoba berinovasi dengan beragam teknik baru. Bermula dari penggunaan cat minyak, akrilik, lalu eksplorasi dengan kolase koran bekas era 1930-1950.
"Sekarang aku lagi aktif mengeksplor spray paint dan airbrush, biasanya karya-karyaku itu goresannya cukup ekspresif dan tajam, tapi kali ini aku mencoba untuk membuat sesuatu yang lebih smooth," katanya.
Mengawali 2024, Naufal merancang gambaran resolusi besarnya dalam menghasilkan karya yang lebih berkembang dan matang. Diharapkan hal tersebut bisa mengantarkannya untuk mendapatkan representasi galeri di luar negeri, terutama di Amerika dan Eropa.
"Aku pengen karyaku bisa diapresiasi di museum Amerika dan Eropa supaya bisa membawa nama Indonesia di kancah global," katanya.
Karyanya yang sempat tertunda juga diharapkan bisa selesai pada 2024 ini. Naufal sedang mengerjakan instalasi berbentuk robot dengan mesin di dalamnya yang memungkinkannya untuk bergerak dengan remote control. "Sebenarnya yang sulit adalah membuat mekaniknya, aku pengennya pertengahan atau paling lambat akhir tahun sudah selesai," ujarnya.
Selama berkarier sebagai seniman, Naufal menghadapi sejumlah tantangan yang berpusat pada dirinya sendiri seperti mengelola mood. Katakanlah kita sedang menggarap karya yang hampir selesai, lalu tiba-tiba muncul pemikiran untuk memperbaiki atau merombaknya, akhirnya karya tersebut tak kunjung selesai.
"Kalau misalnya sudah stuck lebih baik ditinggal saja, kalau dipaksakan malah jadi rusak, biasanya saya mencoba mengerjakan karya lain atau refreshing supaya bisa kembali lagi dengan ide dan mood baru," katanya.
Terakhir Naufal juga mengisyaratkan sejumlah kolaborasi yang akan diluncurkannya sepanjang 2024. Meski belum bisa memaparkan dengan detail, proyek terbarunya yakni bersama jenama perhiasan dan kreator lain yang diharapkan bisa mendapat banyak apresiasi.
Baca juga: Kaleidoskop 2023: Pameran Seni Rupa Penting Sepanjang 2023
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.