Penyakit degeneratif mulai bergeser ke remaja. (Sumber gambar: Unsplash/Alora Griffiths)

Hypereport: Menakar Efek Pola Makan Sehat

22 January 2023   |   18:36 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Like
Risiko penyakit sindrom metabolik seperti jantung, strok, dan diabetes tipe 2 meningkat seiring tingginya konsumsi makanan yang mengandung gula, garam, serta lemak berlebih, terutama di kalangan remaja dan anak-anak. Buaian makanan kekinian yang memicu penyakit ini harus diminimalisir bahkan dihindari demi kualitas hidup sehat. 

Konsumsi makanan kekinian yang masuk kategori junkfood serta makanan ultraproses, memang menjadi fokus dunia dalam beberapa waktu terakhir. Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah menerangkan jenis makanan ini erat kaitannya dengan kondisi seperti diabetes, obesitas, dan hipertensi yang kini muncul pada usia remaja. 

“Jadi penyakit degeneratif, sindrom metabolik ini sudah mulai banyak bergeser ke remaja, padahal kan biasanya itu [terjadi] pada orang tua,” ujarnya dalam diskusi virtual, Selasa (17/1/2023). 

Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Intaian Gula dalam Gaya Hidup, Makanan & Minuman Viral
2. Hypereport: Berbagi Kisah Sukses Diet yang Bukan Untuk Ditiru
3. Hypereport: Asupan Gizi Tetap Terjaga Meski Jauh dari Rumah


Oleh karena itu, wanita berusia 29 tahun ini mengingatkan untuk menghindari junkfood dan makanan. Sebaiknya para remaja, tidak terkecuali anak-anak mulai menerapkan dan menjaga pola makan sehat.

Kesadaran pentingnya pola makan sehat dilakoni Intan Umbari sejak akhir 2016 lalu. Dipicu berat badan berlebih dan tidak ideal yang mencapai 84,5 kg dengan tinggi 149 cm, kerap kali membuat lututnya nyeri terutama setelah beraktivitas. 

Setelah berkonsultasi dengan spesialis gizi, ternyata Intan sudah masuk ke tahap obesitas. Alhasil nyeri yang timbul di lutut akibat tidak mampu menopang berat badannya.

Mengikuti saran dokter, dia memutuskan untuk fokus menurunkan berat badan sebanyak 2 kg selama 1 bulan. Dalam tahap itu, Intan diberi menu pola makan seimbang agar berat badannya bisa turun secara sehat. 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Umbi (@intanumbarip)


Mendapatkan hasil memuaskan, Intan pun tertarik mencoba pola makan vegetarian selama satu tahun. Namun ternyata metode itu tidak sesuai untuknya sebab kebutuhan proteinnya menjadi berkurang.

“Walaupun sumber protein ada di tempe, tahu, tapi gue ternyata butuh protein lain. Jadi gue balik ke pola makan seimbang,” tutur wanita yang bekerja sebagai asisten editor di sebuah perusahaan swasta ini. 

Pola makan seimbang yang diadopsi Intan tidak lepas dari ketentuan Isi Piringku yang dianjurkan Kementerian Kesehatan. Dalam ketentuan tersebut, porsi makan dalam satu piring terdiri dari 50 persen buah dan sayur, kemudian 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein. “Nasi merah sekarang gue konsumsi walaupun cuma 1 minggu 3 kali. Lebih banyak makan sayur, buah, dan protein,” imbuhnya.

Menerapkan pola makan seimbang bukan berarti Intan stop menikmati makanan atau camilan yang menjadi favoritnya. Dia tetap bisa makan gorengan atau brownies, dengan catatan utama membuatnya sendiri.

Baca jugaJangan Sampai Terlewat, Simak 5 Makanan Pantangan Bagi Penderita Diabetes

Keterampilan memasak dan menghadirkan kreasi makanan pun menjadi terasah. Tidak ada beban walau harus membuatnya sendiri. Kini memasak dan menyiapkan makanan sudah menjadi rutinitasnya selepas berolahraga pada pagi hari.

Kendati demikian, ada kalanya Intan memberikan waktu santai, satu hari dalam sepekan untuk dirinya makan apa saja, tidak terkecuali es krim. “Kalau lagi ingin ya makan saja. Jadikan pola makan yang saat ini dijalani bikin hidup happy, tanpa ada siksaan,” tegas wanita yang sedang mengikuti pelatihan menjadi instruktur pound fit dan sport nutrition ini. 

Selain menerapkan pola makan sehat, Intan juga menunjang gaya hidup sehatnya dengan berolahraga setiap hari. Dia menekuni olahraga lari, pound fit, zumba, body combat, dan yoga. Tidur teratur setidaknya 7-8 jam sebelum jam 12 juga diterapkan. 

Memang tidak instan, semua butuh proses. Dengan menerapkan pola makan seimbang, olahraga, dan tidur teratur, ditambah mindset positif sejak 2016 lalu, kini Intan memiliki berat badan ideal, yani 48 kg. Nyeri lututnya sudah hilang, tubuhnya jauh lebih segar, dan tampaknya penyakit enggan hinggap. Kini dia juga tidak lagi rutin ke dokter gizi untuk mengecek kadar gula darah. 


Kabur dari Diabetes

Piston Andriyanto tidak pernah menyangka jikalau dirinya mengidap diabetes tipe 2 atau melitus pada 2013 lalu. Sempat tidak sadar mengalami kondisi tersebut karena merasa tidak ada gejala, ternyata gula darahnya tinggi dan HbA1c di atas  6. 

HbA1C atau hemoglobin A1C test adalah sebuah pemeriksaan menggunakan sampel darah yang digunakan untuk mendiagnosis diabetes. Untuk orang normal, HbA1C di bawah 6. “Saya 9, didiagnosis diabetes tipe 2. Artinya tubuh masih produksi insulin tapi tidak bisa efektif serap gula,” sebut pemilik akun Instagram @lawan_diabetes_t itu. 
 

Piston lantas diminta dokter untuk menjaga pola makannya dan menurunkan berat badan. Kala itu berat badannya lebih dari 8 kg. Dia diminta untuk tidak lagi mengkonsumsi gula dan wajib berolahraga.

Tentu hal ini menjadi tantangan baginya. Dia butuh minuman manis seperti kopi dan soda untuk menunjang pekerjaannya yang berlangsung hingga malam hari. Namun semua bisa dijalani sekitar 3-6 bulan. Melakukan pemeriksaan HbA1c kembali, ternyata angkanya masih 8.

Dia berkonsultasi kembali dan disarankan untuk menambah olahraga selama 30 menit setiap rutin. “Dari situ pola makan sehatnya tetap, ditambah lagi olahraga meskipun jalan kaki,” sebutnya. 

Perlahan dan bertahap, pada 2014 pegawai di salah satu perusahaan energi ini turut mengurangi porsi nasi putih. Sampai akhirnya dia mengganti karbohidrat tersebut dengan sayur dan buah terutama pada malam hari. Tidak lupa dia memperbanyak minum air putih 2,5-3 liter per hari diiringi dengan aktivitas memperbanyak langkah 10.000 per hari. 

Terasa tubuhnya menjadi lebih baik, Piston mulai mengikuti gym didampingi personal trainer pada 2014 seraya tetap menjaga pola makannya mengikuti saran dokter. Rutin menjalani pola hidup ini, akhirnya pada 2015, dia mulai lepas mengkonsumsi obat diabetes seraya memonitor kadar gula darah. 

“Satu setengah tahun saya lepas dari obat diabetes karena parameter HbA1c kurang dari 6 dengan masih rutin olahraga terus berlanjut sampai akhirnya mulai lari di luar, biasanya di treadmill. Dari situ hobi ikut lomba maraton,” tuturnya. 

Ya, diabetes memberikan dampak untuk dia menjalani pola hidup sehat. Selain mengontrol makanan, Piston jadi gemar berolahraga. Setiap harinya dia menyempatkan diri untuk berjalan, berlari, hingga berenang di sela-sela kesibukan. Ada waktu dimana dia 3 kali berolahraga dalam sehari, mulai dari pagi, siang, hingga malam.

Pria berusia 45 tahun ini pun jarang absen mengikuti event seperti marathon, triathlon, dan sepeda ultra. Dana untuk mengikuti ajang olahraga ini berasal dari bajet berobat diabetes yang difasilitasi kantornya lho, Genhype. “Saya tidak konsumsi obat. Obat saya olahraga,” ungkapnya.

Uniknya, ajang olahraga ini dijadikan Piston untuk bebas mengkonsumsi gula, namun tetap dengan perhitungan matang. Sebagai contoh ketika dia mengikuti sepeda ultra sejauh 600 km, setiap 2 jam sekali atau dalam jarak 60-90 kilometer, dia mengonsumsi karbohidrat berupa roti, kemudian elektrolit, dan minuman manis 1 botol. 

Dia tidak khawatir lantaran makanan yang dikonsumsi tersebut nantinya secara cepat diubah kembali menjadi energi ketika bersepeda. “Masuk ke strategi saya. Jadi gula yang saya konsumsi dibakar masuk ke dalam sel,” imbuhnya. 

Dia pun kerap mengecek kadar gula darah setelah berolahraga. Hasilnya selalu bagus. Oleh karena itu, Piston akan terus menjalani pola hidup ini demi mengontrol diabetes yang dimilikinya. Tentu, dengan menjaga pola makan termasuk mengurangi makanan berminyak dan memperbanyak sayur.

Baca jugaDiabetes di Depan Mata, Begini Cara Terhindar dari Faktor Risiko

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Asyik, Film Dokumenter J-hope in The Box Siap Tayang 17 Februari 2023 

BERIKUTNYA

Hypereport: Berbagi Kisah Sukses Diet yang Bukan Untuk Ditiru

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: