Abandoned (2021) karya Prabu Perdana. (Sumber foto: Artsphere Gallery)

Hypereport: Menggugah Kesadaran Lingkungan Melalui Sapuan Kuas

24 December 2023   |   12:42 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Lebih dari sekedar nilai estetika, seni lukis yang tercipta dari kreativitas seniman juga dapat menjadi medium untuk menyebarkan pesan kepada banyak orang – termasuk tentang keberlangsungan lingkungan dan alam demi masa depan yang lebih baik. 

Pohon – pohon yang terus berkurang, polusi udara yang kian memburuk, atau plastik yang kian menumpuk di bumi menjadi masalah yang harus diselesaikan oleh semua pihak. Bukan tanpa sebab, keadaan itu akan berdampak buruk bagi umat manusia di dunia pada saat ini atau masa depan.

Organisasi Persatuan Bangsa Bangsa menuliskan perubahan iklim dapat memengaruhi kesehatan masyarakat, kemampuan untuk menanam pangan, perumahan, keselamatan, dan pekerjaan. Beberapa dari masyarakat sudah lebih rentan terhadap dampak iklim, seperti individu yang tidak di negara pulau kecil dan berkembang lainnya.

Baca juga: Instalasi Bilik Unik di Bintaro Design District 2023, Punya Pesan tentang Merawat Lingkungan


Kondisi alam seperti kenaikan permukaan laut dan intrusi air asin telah meningkat ke titik yang mengharuskan suatu masyarakat pindah. Tidak hanya itu, kekeringan yang berkepanjangan akibat pemanasan global membuat banyak orang berada dalam risiko kelaparan.

Pada masa yang akan datang, lembaga tersebut memperkirakan masyarakat yang mengungsi akibat perubahan iklim dapat mengalami peningkatan. Keadaan ini membuat banyak orang peduli dan mencoba mengingatkan satu sama lain agar tetap menjaga alam.

Mereka mengingatkan banyak orang dengan berbagai cara dan kemampuan yang dimiliki, salah satunya seniman seni rupa yang menggunakan karyanya untuk menggugah banyak individu agar lebih peduli terhadap alam.

Seniman Ugo Untoro salah satunya. Sang seniman mengungkapkan lingkungan atau alam menjadi salah satu tema yang kerap dihadirkan dalam karya – karya lukisannya. “Pada 1995-an, sebenarnya, saya mulai melukis tema my tropical jungle,” katanya.

24 tahun kemudian atau tepatnya pada 2019, tema yang sama kembali hadir dalam karyanya. Bukan tanpa alasan, lingkungan – terutama di sekitarnya – begitu cepat mengalami perubahan. Sawah-sawah dan pepohonan besar berganti menjadi perumahan. Jalan – jalan menjadi keras karena aspal atau cor, mengalai pelebaran, dan sebagainya.

“Memang persoalan yang dilematis, tetapi seharusnya jalur hijau dan lahan produktif harus dipertahankan tanahnya. Pembangunan rumah atau perumahan sudah harus mulai berkonsep vertikal,” ujarnya.

Pria kelahiran Purbalingga itu juga memberikan perhatiannya kepada gas buang atau emisi dari kendaraan bermotor. Bagi Ugo, pemerintah juga harus membatasi jumlah motor dan mobil yang beredar di dalam negeri.

Pembatasan itu dengan cara pembelian yang tidak mudah, pajak yang tidak murah. Di satu sisi terdapat pembatasan. Di sisi lain, pemerintah perlu membuat pelayanan angkutan umum yang memuaskan.

“Pendidikan formal juga ikut berperan dalam hal ini. Jadi, saya pikir masalah lingkungan adalah masalah kita bersama, kita harus bekerja bersama sebelum tanah-tanah habis dan pohon-pohon hanya di pot-pot atau diminikan,” katanya.

Ugo tidak sendirian. Seniman lainnya, yakni Prabu Perdana juga kerap membuat karya dengan tema lingkungan. Dia memberikan perhatian kepada alam ketika pandemi Covid-19 yang mengalami kebangkitan lantaran aktivitas manusia yang terhenti.

Setelah itu, karya tentang lingkungan lainnya berlanjut ke seri peradaban manusia yang lebih maju. Namun, alam sekitar makin subur hidup bersama berdampingan. “Alam yang subur tanpa terganggu oleh peradaban manusia,” ujarnya.

Ide karya dengan tema itu datang setelah melakukan pengamatan terhadap alam yang kian segar ketika pandemi Covid-19 melanda di dalam negeri. Dia pun berharap keadaan alam itu dapat berlangsung seterusnya meskipun pandemi tidak ada lagi.


Tidak Pernah Berhenti

 

Meskipun kerap membuat karya tentang lingkungan, kedua seniman tidak pernah tahu dampaknya terhadap masyarakat. Prabu mengatakan tidak ada parameter solid untuk mengetahui seberapa besar dampak pesan tentang kesadaran lingkungan dalam karya yang merupakan ekspresi keresahan seniman melihat lingkungan sekitarnya.

“Apakah masyarakat sudah sedemekian bebalnya, tetapi di satu sisi karya seni memberikan kesadaran untuk menikmatinya,” katanya.

Menurutnya, seni memang dapat memengaruhi kebijakan pemerintah melalui seni terapan yang langsung bersinggungan dengan masyarakat luas. Poster, misalnya, yang bergambar sangat komunikatif bisa bicara langsung dicerna masyarkaat, yaitu tentang kesadaran lingkungan.

Sementara itu bagi Ugo, besaran dampak pesan tentang lingkungan yang kerap hadir di tengah masyarakat melalui seni belum bisa dilihat sampai dengan saat. Kondisi ini dapat terjadi lantaran mau tidak mau seni atau pihak-pihak terkait dengan lingkungan memang selalu berbenturan dengan kekuasaan dan kepentingan yang tidak bisa disentuh.

Meskipun demikian, sangat penting bagi seniman untuk menyampaikan pesan tentang lingkungan terlepas dapat memengaruhi kebijakan pemerintah atau tidak.

Wong disampaikan saja sering tidak didengar, bagaimana kalau tidak disampaikan. Bisa menjadi padang pasir tanah kita ini. Minimal diri kita dan lingkungan yang bisa kita jangkau mau peduli dengan lingkungan,” tegasnya.

Saat ini, seniman makin kritis dan sadar dengan tempat tinggalnya, yakni rumah, kebun, bumi, dan sebagainya. Tidak hanya itu, bahasa yang terpakai juga lebih bisa cepat dipahami oleh masyarakat umum atau luas. Seniman kini juga memiliki semangat dan cara yang lebih tinggi dan efektif dalam beperan serta membuat lingkungan menjadi lebih baik. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

7 Rekomendasi Lagu Natal dari Penyanyi Populer Sepanjang Masa

BERIKUTNYA

Berkenalan dengan Nilam, Asisten Virtual Berbasis AI Besutan KAI dan Microsoft

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: