Ilustrasi seseorang membaca komik (Sumber gambar: Unsplash/Keren Fedida)

Hypereport: Orat-Oret Ide & Imajinasi Jadi Karya yang Digandrungi

24 July 2023   |   12:22 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Ada berbagai tempat bagi para komikus dalam memulai dan menekuni proses kreatifnya. Setiap dari mereka punya cara dan tempat yang berbeda antara satu dengan yang lain, salah satunya melalui kamar. Kondisi ini dapat terjadi lantaran teknologi digital dan internet yang kian berkembang.

Komikus Muhammad Daniel Fahmi Rizal menuturkan bahwa proses kreatif seorang pembuat komik tidak bisa di-gebyah uyah. Setiap kreator memiliki treatment yang berbeda dalam memunculkan sebuah ide. Ada yang bisa mendapat ide lewat perenungan, terpikir begitu saja secara mendadak, atau berbagai macam dorongan lainnya yang membuat cerita bisa muncul di kepala. 

Begitu pun dengan tempat atau lokasinya, yang bisa di mana saja. “Bisa saat berkendara, di kamar mandi, saat menonton, berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya,” katanya kepada Hypeabis.id

Baca juga artikel terkait: 
> Hypereport: Perjalanan Musik Adhitia Sofyan, Masyhur dari Kamar Tidur
> Hypereport: Kerja Sambil Main Ala Game Streamer
> Hypereport: Meramu Konten Viral Lewat Permainan Karakter Hingga Jadi Aktor
 

Dia mengaku tidak memiliki tempat khusus dalam memunculkan sebuah ide yang akan dibuat untuk komiknya. Jadi, dia selalu siap sedia catatan guna menuliskan sebuah ide ketika melintas di dalam kepalanya.
 
Dalam proses kreatifnya, digitalisasi yang terjadi pada saat ini sangat membantu. Catatan-catatan tentang ide cerita yang muncul kerap dilakukan melalui gawai pintar. Begitu juga ketika berselancar di dunia maya dan menemukan ide, dapat langsung melakukan tangkapan layar, sehingga referensi terdokumentasikan dengan baik.
 
“Metode ini [memanfaatkan perangkat digital] seringkali saya pakai. Cara konvensional, seperti membawa buku catatan ataupun sketchbook, tentu saja masih bisa diterapkan. Namun, peranti digital sangat membantu kita dalam proses efisiensi kerja,” katanya. 
 
 

Proses Kreatif & Tantangan 

Dalam membuat komik, langkah pertama yang biasanya dilakukan adalah dengan mengenali terlebih dahulu sasaran pembacanya. Hal ini penting karena tiap media memiliki pangsa pasar yang berbeda-beda. Misalnya Webtoon yang umum dipakai untuk komik dengan cerita panjang, sementara media sosial Instagram bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan komik strip
 
“Jenis media akan menentukan karakter dari karya kita. Kedua, langsung berkarya. terakhir, ditutup dengan cek engagement karya kita. Apakah sudah tepat sasaran atau belum,” katanya.
 
Saat berkarya, tantangan yang kerap dihadapi oleh komikus profesional adalah mendapatkan umpan balik atau feedback yang seimbang. Tidak jarang proses pembuatan komik dengan tingkat kerumitan yang tinggi hanya memikat sedikit pembaca. Kondisi yang demikian, mau tidak mau akan berpengaruh pada kelanjutan karya yang dibuat. Terlebih jika sudah memiliki kontrak dengan platform komik digital. 

Daniel mengaku pernah mengalami kondisi yang seperti itu. Jumlah pembaca yang rendah bisa terjadi karena pasarnya ketika itu memang tidak begitu luas. 

“Mau bagaimana lagi. Semisal kita lihat dua film terakhir superhero, Bumilangit, berapa modal yang rumah produksi keluarkan untuk produksi film tersebut. Namun, karena memang pasar penggemar film superhero di Indonesia itu sempit, ya hasil akhirnya seperti yang kita lihat,” katanya.
 
Untuk menyiasatinya, dia mengaku lebih banyak membuat komik dengan genre humor atau komedi. Alasannya karena memang paling mudah diterima oleh pembaca dan masyarakat Indonesia. 

Dia mengaku memandang komik secara serius karena mulai mendalaminya ketika menjadi aktivis di kampus. Pada saat ini, dia kerap mempromosikan komik yang telah dibuat dengan memanfaatkan media sosial. 

Baca juga: Hypereport: Dinamika dan Pesona Dunia Komik Indonesia
 

Kerja Kreatif di Mana Saja 

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan bahwa banyak orang bisa melakukan banyak hal dari mana saja pada saat ini lantaran perkembangan teknologi digital dan internet, termasuk dari kamar atau rumah. Hal itu memudahkan para pembuat komik atau animasi melakukan inovasi dalam berkarya. “Sehingga bukan hal yang mengherankan lagi,” katanya.
 
Digitalisasi dan internet juga membuat para komikus dan animator yang ada di dalam negeri mudah untuk melakukan pemasaran dan memonetisasi karya yang dibuatnya. Mereka dapat menceritakan kepada banyak orang tentang karya yang telah dihasilkan melalui media tersebut.
 
Menurutnya, akan ada saja orang tertarik untuk membeli karya yang telah dibuat atau mengajak bekerja sama ketika pembuat konten memperlihatkan hasil karya mereka. Dia menuturkan bahwa kondisi seperti ini yang harus didorong oleh semua pihak.
 
“Jadi, memang perkembangan digital dan internet sebagai sebuah hal baik kalau dimanfaatkan baik dan buruk kalau dimanfaatkan buruk. Kita manfaatkan perkembangan ini untuk hal positif dan mencerdaskan kita,” katanya.
 
Dia menambahkan, komikus atau animator harus memiliki konten yang orisinal ketika membuat karya di era digitalisasi dan internet, terutama bagi mereka yang baru memulai berkarya. Penggunaan karya orang lain dapat membuat seseorang dimintai pertanggungjawaban.
“Perlu diperhatikan juga bahwa terdapat konten yang sudah memiliki hak kekayaan intelektual, sehingga tidak bisa sembarangan,” ujarnya.

Komikus atau animator juga dapat mendaftarkan karyanya guna mendapatkan hak kekayaan intelektual. Dengan begitu, maka mereka bisa meminta pertanggungjawaban kepada orang lain jika kedapatan menggunakannya tanpa izin. 

Baca juga: Hypereport: Lika-Liku Menata Karier & Masa Depan

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Cek Bocoran Huawei Mate 60 Anyar, Adopsi Fitur Mirip Dream Island iPhone?

BERIKUTNYA

Hypereport: Dari Kamar ke Panggung, Kisah Inspiratif Para Kreator

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: