Adhitia Sofyan (Sumber foto: IG/adhityasofyan/wulanasrt)

Hypereport: Perjalanan Musik Adhitia Sofyan, Masyhur dari Kamar Tidur

22 July 2023   |   13:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Dahulu, banyak musisi lahir dari jalanan atau tongkrongan. Kini, tak sedikit pula musisi lahir dari kamar tidur. Berbekal instrumen, komputer, dan koneksi internet, mereka meracik karya-karya musik dari kamar. Awalnya sekadar hobi, tetapi beberapa dari mereka lantas meraih popularitas dari sana. 

Nadin Amizah, Idgitaf, Rahmania Astrini, Brisia Jodie, Stephanie Poetri, NIKI, dan Rich Brian adalah segelintir musisi kamar atau bedroom musician. Sebelum populer dan dikenal publik, karier mereka bermula karena sering mengunggah konten-konten musik seperti cover lagu atau karya original sendiri di media sosial. Seiring waktu, karya-karya mereka pun dikenal publik hingga membawa mereka bertemu dengan label ataupun berkarier secara independen.
 

Baca juga: 
Disebut sebagai musisi kamar atau bedroom musician, karena mereka memulai karier bermusik dari ruang kamar pribadi. Dari kamar, mereka menulis lagu, merekam, mixing, bahkan mendistribusikan karya mereka ke sejumlah platform media sosial. Dengan kemudahan akses informasi, mereka bisa dengan leluasa belajar tentang memproduksi musik hingga akhirnya merilis karya.

Jika dahulu merilis karya harus melewati label rekaman dan mendistribusikannya dalam bentuk fisik, sekrang mereka hanya perlu mengunggahnya di platform streaming musik digital  ataupun media sosial pribadi mereka. 

Bicara soal musisi kamar tentu tak bisa melepaskan nama Adhitia Sofyan. Sejak 1999, penyanyi kelahiran Bandung, Jawa Barat, itu telah membuat proyek musik solo. Bahkan, kala itu, salah satu lagunya, pernah memuncaki tangga lagu indie di radio Ardan FM Bandung. Namun, karier bermusiknya tidak lanjut dan dia justru berkecimpung di industri periklanan dengan menjadi desainer grafis di sebuah kantor periklanan.

Di samping bekerja sebagai karyawan kantoran, Adhitia akhirnya memutuskan untuk kembali bermusik. Dari kamar tidurnya, dia menciptakan sejumlah lagu dengan format akustik dan mulai merekamnya hingga menghasilkan mini album perdana berjudul I’m Not Getting Any Slimmer, So Here We Go... pada 2008. 

Album yang terdiri atas 5 trek itu dia satukan dalam bentuk CD lalu dibagi-bagikan secara gratis kepada para pendengarnya.

Oleh stasiun radio Prambors, dua trek dalam album itu, Adelaide Sky dan Memilihmu, lantas dipilih menjadi lagu andalan hingga berhasil menjadi puncak di tangga lagu NuBuzz. Respons positif dari para penikmat musik Tanah Air kala itu akhirnya membuat asa Adhitia untuk menjadi musisi, yang sempat terkubur pun bangkit kembali.

Setelah itu, Adhitia kembali merilis album berjudul Quiet Down pada 2009 dan mengunggahnya di situs blog pribadinya. Dari situ, siapapun bisa mengunduh lagu-lagunya dengan gratis. Namun, dalam album ini, sang musisi akhirnya menggandeng distributor musik indie asal Jepang Disques Desinee dan Tower Records untuk mendistribusikan albumnya.

Begitu pun dengan album keduanya, Forget Your Plans (2010), Adhitia masih mengandalkan format musik akustik dan mendistribusikan karya-karyanya secara gratis. Kali ini, dia menggaet label Demajors sebagai distributor, dan kembali didistribusikan di Jepang secara eksklusif oleh perusahaan rekaman Production Desinee.

Adhitia menuturkan bahwa sebutan musisi kamar pada kurun waktu akhir 2007 silam boleh dibilang sebagai istilah yang tidak biasa, tetapi sekaligus menjadi self branding tersendiri bagi dirinya. Pasalnya, kala itu, masyarakat lebih sering mendengar karya-karya musik yang diproduksi dengan proporsional baik secara materi maupun teknis.

Sebaliknya, saat itu lagu-lagu yang sifatnya lebih personal dan sederhana atau seringkali hanya berupa demo musik terbilang sedikit muncul di pasaran. "Jadi lagu-lagu yang enggak overproduced, hanya musik gitar aja, itu terdengar asing di telinga banyak orang saat itu," katanya saat diwawancarai Hypeabis.id.

Ada sejumlah alasan mengapa kala itu Adhitia tetap setia untuk berkarya dari kamar pribadinya, alih-alih bermusik secara profesional. Pria yang akrab disapa Adit itu mengaku kala itu dia hanya ingin bermusik untuk kesenangan dan kepuasan pribadinya, dengan menciptakan karya-karya personal yang lirih.

Di sisi lain, kala itu dia juga tidak memiliki informasi yang cukup dan jejaring yang memadai untuk merilis karyanya secara profesional. Akhirnya, seiring karyanya makin dikenal oleh audiens luas, Adit mulai dipanggil untuk manggung di sejumlah acara baik on air maupun off air. Dari situ, dia pun memutuskan untuk mulai berkarier secara profesional.

Berbekal informasi dari duo musisi Endah N Rhesa, akhirnya Adit mulai bergabung dengan label musik Demajors karena dia merasa sudah memerlukan tim untuk membantunya dalam bermusik. "Sebagai bedroom musician, gue memang membuat musik di kamar dan vibe lagu-lagunya juga enggak berisik dan itu terbawa sampai sekarang," ucap penyanyi berusia 45 tahun itu.

Akhirnya, seiring waktu, dari manggung seadanya sebagai penyanyi solo dengan gitar akustiknya, perlahan Adit pun mulai memiliki tim yang terdiri dari manajer, sound, hingga full band yang membantunya dalam bermusik. Hingga saat ini, pria pelantun lagu Sesuatu di Jogja itu telah berkarier di industri musik selama 15 tahun.

Sudah ada lima album dan puluhan lagu yang telah dia ciptakan sepanjang kariernya. Terbaru, Adit merilis album berjudul Stubborn Heart pada Mei 2023 lalu. Masih mengusung tema-tema kisah percintaan, album tersebut bercerita tentang kondisi seseorang yang menjalani hubungan asmara yang dirasa tidak mungkin berhasil, atau yang lebih dikenal dengan istilah impossible relationship.

"Salah satu dari orang ini sudah kehilangan faith atau keyakinan terhadap ikatan dan yang satu lagi masih sangat kuat untuk mempertahankan. Dia lah yang punya Stubborn Heart ini,” katanya.

Menariknya, dalam album ini, karya-karya musik akustik tidak lagi mendominasi seperti dalam rilisan sebelumnya. Kali ini, Adit menghadirkan lagu-lagu dengan aransemen musik yang lebih upbeat plus iringan gitar overdrive. Hal ini juga menjadi salah satu bukti perkembangan musiknya yang berusaha untuk tetap relevan khususnya bagi kalangan pendengar yang lebih muda di tengah banyaknya penyanyi baru bermunculan.

Strategi Promosi
Ya, dengan kemudahan berkarya, belantika musik Indonesia terus diramaikan dengan kehadiran para talenta muda baru. Tak hanya berbakat, mereka juga hadir dan berusaha menawarkan sajian musik yang segar baik itu dari materi, genre, maupun eksplorasi musik.

Meski demikian, di tengah semakin ketatnya persaingan, mereka juga harus memiliki sejumlah strategi khususnya dalam hal promosi musik agar mendapatkan audiens dan dikenal publik. Oleh karena itu, selain membuat karya, para musisi muda saat ini juga seolah dituntut untuk bisa beradaptasi dengan ritme ekosistem industri musik saat ini yang serba digital.

Country Director of Believe Indonesia Dahlia Wijaya mengatakan penting bagi seorang penyanyi untuk memiliki sebuah konsep strategi promosi pada tiap kali merilis lagu baru. Misalnya, sebelum merilis lagu, membuat konten-konten di media sosial yang membuat audiens penasaran dengan karya tersebut mulai dari cuplikan lagu dalam video pendek hingga foto-foto teaser video klip.

Setelah lagu dirilis, bisa juga membuat rilisan lain seperti video lirik, video klip, ataupun konten yang menceritakan tentang makna dan proses di balik pembuatan materi lagu tersebut. "Supaya dapat engagement dan audiens itu merasa senasib sepenanggungan dengan lagu itu," katanya.

Di samping itu, untuk tetap menjaga ikatan (engagement) sebuah lagu dengan pendengar, penyanyi juga bisa membuat proyek kolaborasi dengan penyanyi lain dalam bentuk pertunjukan live  di media sosial seperti YouTube. Dahlia menilai semua hal itu penting dilakukan oleh semua musisi baik itu yang baru maupun yang telah mapan (established).

"Karena di dunia digital yang paling penting adalah bagaimana engagement kamu [musisi] dengan pendengar karena mereka mudah ter-distract dengan artis-artis lain," ucapnya.

Sementara itu, menurutnya, sebagai penyanyi baru, penting bagi seseorang untuk kontinyu merilis karya minimal tiga single di awal berkarier. Ketika lagu pertama tidak begitu mendapatkan respons yang besar dari pendengar, mereka masih bisa merilis karya-karya yang lain.

Selain itu, penting juga untuk mengemas cerita dalam lagu semenarik mungkin dan membagikannya kepada pendengar sehingga mereka merasa relevan dan dekat dengan karya sang artis. "Penting juga seorang artis memiliki DNA yang kuat, jangan sampai terlalu terbawa oleh pasar," imbuhnya.

Baca juga: Hypereport: Wisuda Tingkat Sekolah, Membahagiakan atau Merisaukan?

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Bioskop Online Rilis Film Dokumenter tentang Konser Grup Band Mocca, Cek Informasinya

BERIKUTNYA

Apa Itu Proyek Manhattan, yang melibatkan Oppenheimer?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: