Ilustrasi produksi film. (Sumber gambar: Unsplash/Rendy Novantino)

Hypereport: Menantang Keragaman Genre Film Tanah Air

01 April 2023   |   18:48 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Like
Kualitas film Indonesia semakin berkembang. Tidak sedikit karya para sineas Tanah Air yang mejeng di layar festival film internasional, mendapat penghargaan, dan diacungi jempol para moviemania di banyak negara. Begitu pula di dalam negeri.

Beberapa judul film bahkan mampu menyita antusiasme yang tinggi hingga memecahkan rekor film terlaris sepanjang sejarah. Namun demikian di balik kualitas produksi film yang mumpuni ini, satu yang menjadi catatan bahwa genre yang disajikan kurang beragam. Tiga yang mendominasi yakni horor, drama, dan komedi.

Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Ramai-ramai Nonton Film Pendek

2. Hypereport: Saat Kesuksesan Film Melahirkan Bisnis dari Merchandise hingga Kafe
3. 
Hypereport: Ketika Insan Perfilman Dituntut Beradaptasi Cepat dengan Lanskap Baru

Tersaji dalam data filmindonesia.or.id, 5 teratas film terlaris sepanjang masa yang tayang di bioskop yakni KKN Desa Penari (10,06 juta penonton), Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 (6,86 juta penonton). Kemudian, Pengabdi Setan 2: Communion (6,39 juta), Dilan 1990 (6,32 juta), dan Miracle in Cell No 7 (5,86 juta). Sementara itu, jika melirik film yang meraih penonton terbanyak pada 2023, didominasi oleh genre horor seperti Waktu Magrib, Mangkujiwo 2, Bayi Ajaib, dan Perjanjian Gaib
 


Sutradara Joko Anwar mengatakan mendominasinya genre film horor tidak lepas dari budaya dan masyarakat Indonesia yang percaya dengan hal mistik atau mistisisme. “Genre horor selalu diminati dari berpuluh-puluh tahun lalu,” ujarnya kepada Hypeabis.id belum lama ini. 

Senada, menurut Ketua Asosiasi Film Indonesia (Aprofi) Edwin Nazir, film horor memiliki sejarah panjang basis penonton yang kuat di luar kualitas produksinya yang semakin baik. Tidak heran jika genre ini cukup mendominasi.

Basis kuat inilah yang menghantarkan para produser memilih film horor untuk diproduksi dan ditayangkan. Tidak salah juga karena memang kunci utama bisnis adalah mencari untung di tengah market dengan perhitungan matang.

Edwin menyebut ragam genre akan sangat bergantung kepada skala industri. Pada saat penonton semakin banyak, bioskop semakin banyak layarnya, otomatis kebutuhan orang menonton film beragam semakin besar. “Semakin besar skala industri perfilman, keragaman genre semakin tumbuh. Itu yang kami harapkan,” tuturnya.

Begitu pun yang dikatakan Joko Anwar yang kerap disapa Jokan. Sutradara film Pengabdi Setan itu menyatakan masih sangat terbatas minat masyarakat terhadap genre film di luar horor, drama, dan komedi. Bahkan genre yang di luar negeri bisa diterima dengan lebih baik seperti action saja di Indonesia masih belum diterima baik. 

“Jangankan mau mengembangkan genre yang belum pernah dibuat seperti science fiction (sci-fi), genre yang di luar negeri bisa meraih penonton seperti action saja di Indonesia masih sulit,” jelasnya.  

Padahal, tidak sedikit sineas yang punya kemampuan mumpuni untuk membuat film bagus dengan berbagai genre. Dari segi kualitas, teknis, dan estetikanya, menurut Jokan sudah sangat maju dan diakui masyarakat perfilman internasional. Namun sekali lagi, pasar lah yang menentukan.

Penonton Indonesia sudah semakin pintar, media diskusi pun terbuka lebar untuk membahas layak tidaknya film tersebut ditonton, terlepas dari genrenya. “Kuncinya, film yang (produksinya) baik, itu yang banyak diminati,” imbuh Edwin.

Ya, bicara keragaman, sejatinya dalam beberapa tahun terakhir genre film baru selalu tumbuh. Seperti munculnya film-film superhero atau cross genre seperti menggabungkan antara horor dengan gaya thriller. Film yang berbasis daerah tertentu pun cukup sukses menarik perhatian para movielovers.

Keragaman ini didukung dengan hadirnya platform digital streaming. Ketika ada beberapa genre film yang jika ditayangkan di bioskop penontonnya segmented, platform digital streaming ini bisa menjadi alternatif. 

Baca juga: Ini Cara Merayakan Hari Film Nasional 2023

Seperti film Sri Asih maupun action lainnya yang dibuat Jokan. Dia menyebut ketika di bioskop Indonesia tidak begitu berhasil, di platform streaming, film ini sangat diminati dan di luar negeri pun lumayan penjualannya.

Jokan menilai platform streaming bisa menjadi tempat yang ideal untuk sineas berkarya membuat film yang tidak populer di bioskop. Memang pada awal kemunculannya, layanan over the top (OTT) dianalogikan seperti jendela kedua bagi para filmmaker. Namun belakangan, OTT pun memproduksi konten atau film sendiri yang sifatnya original. 

“Itu kesempatan membuat genre baru atau konsepnya yang lebih edgy dan alternatif mungkin kalau di pasar saat ini penonton segmented, tetapi di OTT bisa jadi sangat cocok,” terang Edwin. 

Akan tetapi menurutnya, pasar bioskop masih terbuka lebar untuk menampilkan keragaman genre film Indonesia. Saat ini Indonesia baru memiliki 500 unit bioskop dengan sekitar 2.000 layar. Jika mengacu standar The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) UNESCO sesuai dengan jumlah penduduk, minimal ada 10.000 layar bioskop di Tanah Air

Nah, 10.000 layar jika direalisasikan, akan lebih banyak orang yang menonton film. “Pada saat semua berkembang, skala industri semakin besar, genre semakin luas dan skala produksinya besar. Mungkin saja kita bisa bikin film perang kolosal seperti Korea atau Hollywood pada akhirnya, semoga,” tutup Edwin.

Sementara itu, Jokan menilai mandeknya genre film Tanah Air mungkin lebih kepada selera dan ketertarikan masyarakat. Namun penyebab pastinya belum bisa ditemukan sutradara Virgo and The Sparklings itu. 

Kendati demikian, lepas dari kurang berkembangnya genre film di Indonesia, Jokan berharap agar para sineas tidak berhenti untuk berkarya membuat sesuatu yang baru atau tidak populer. Apabila tidak ada pembaruan atau penyegaran genre yang diminati pun bisa ditinggalkan penonton karena bosan.

“Mungkin bisa memperkenalkan genre yang tidak populer tadi ke dalam genre yang populer. Misal film horor ceritanya ada science fiction-nya. Jadi orang sedikit demi sedikit bisa terima,” harap Jokan.

Baca juga: Jumlah Penonton Bioskop Awal 2023 Lesu, Ada Apa dengan Film Indonesia?

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Resep Es Campur Betawi, Sajian Buka Puasa yang Manis & Segar

BERIKUTNYA

Jurus Jitu Hempaskan Double Chin dengan Latihan & Pengobatan Rumahan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: