Film The White Tiger menggambarkan kesenjangan status sosial di India. (Dok. Netflix)

The White Tiger, Kisah Kewirausahaan dikemas dengan Konsep Satir nan Kelam

11 May 2021   |   15:52 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Film original Netflix yang akhir tahun lalu dirilis, The White Tiger, adalah adaptasi dari novel debut pemenang Booker Prize dengan judul yang sama oleh penulis India Aravind Adiga.

Film produksi Priyanka Chopra Jonas dan disutradarai oleh Ramin Bahrani ini menawarkan kisah suram tentang korupsi dan pengkhianatan, meneliti dinamika kompleks dari hubungan antara majikan dan pelayan di India sambil menyelidiki perbedaan antara status sosial kaya-miskin yang mencolok di negara itu serta masalah kelas dan kasta.

Balram Halwai (Adarsh Gourav), seorang anak laki-laki India miskin yang dibesarkan di desa dan tokoh sentral film The White Tiger, setelah menemukan kebuntuan di kampung dia pergi bekerja sebagai sopir seorang pengusaha kaya di Delhi.

Vulture melaporkan cerita pada film ini disusun sebagai susunan ingatan Balram tentang masa lalunya, sebelum pada 2010 dia telah menjadi pemilik bisnis penyewaan mobil kaya di Bangalore.

Balram (yang menjadi buronan) jalannya yang licik menuju kekuasaan serta pendapat dan pengamatan tentang negaranya dalam apa yang dia sebut "Kegelapan," sebuah metafora untuk India yang luas, tidak berpendidikan, dan miskin.

Dalam dunia Balram yang kacau, dia dipertemukan dengan The Stork (Mahesh Manjrekar) yang menghalalkan segala cara seperti korupsi, dan eksploitasi tenaga kerja untuk sukses.

Perubahan karakter Balram untuk menjadi seperti Ashok (Rajkummar Rao), putra bungsu The Stork yang awalnya dia idolakan, adalah salah satu contoh tindakan kewirausahaan - bisnis untuk bertahan hidup.

Ashok menempuh pendidikan di Amerika, di mana dia bertemu dengan istrinya yang lahir di Brooklyn, Pinky (Priyanka Chopra Jonas). Mereka adalah pasangan yang menarik, lebih berpikiran terbuka ala barat dan berpikiran maju daripada yang lain.

Kesenjagan kelas digambarkan secara harfiah dalam perbedaan antara suite hotel mewah yang ditempati Ashok dan Pinky selama perjalanan panjang ke Delhi, sementara Balram dan pelayan serta pengemudi lainnya tidur di garasi parkir bawah tanah yang lembap.

Ceritanya secara cepat berubah menjadi menakutkan, Balram ternyata dimanfaatkan sebagai kambing hitam, ketika Pinky menyebabkan suatu kecelakaan lalu lintas.

LA Times menulis bahwa klimaks dari The White Tiger sangat gelap dan penuh kekerasan, tetapi bagian penutupnya terasa tidak memuaskan, seolah-olah film tersebut tidak sepenuhnya puas dengan akhir cerita yang dipilih.

Setelah melakukan aksinya Balram hidup dengan identitas baru dan pada akhirnya menjadi pengusaha hebat, sayangnya film itu sendiri dianggap kurang berhasil dalam menutup kisah The White Tiger.

Kisah kesenjangan kelas sosial berbalut genre thriller cukup populer beberapa tahun belakangan seperti Knives Out, Joker dan terutama Parasite, yang menampilkan seorang supir secara diam-diam menyimak setiap perbincangan bosnya di kursi belakang.

Namun, menurut LA Times, The White Tiger memberikan gambaran yang kurang lebih senada dengan film Slumdog Millionaire.

Film populer pemenang Oscar itu memutar cerita yang jauh lebih optimis tentang seorang pemuda yang keluar dari kemiskinan dan menyadari takdirnya dengan latar belakang India yang beradaptasi dengan globalisasi.

Editor: Purboyo

SEBELUMNYA

Tak Perlu Repot, Atur Perangkat Smart Home Kini Bisa dalam Satu Aplikasi Saja

BERIKUTNYA

Stylish Dengan Vespa Warna Baru

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: