Isabel and Alfredo Aquilizan. Here, There, and Everywhere 2018 (Sumber gambar: Museum Macan)

Museum MACAN Siapkan Pameran Eksklusif Seniman Populer Sepanjang 2023

14 March 2023   |   18:54 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Ada kabar gembira bagi para pencinta seni di Indonesia. Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) akan menyuguhkan beragam proyek pameran yang menyatukan suara-suara artistik dari perupa Indonesia, Asia Tenggara, dan global mulai pertengahan tahun ini. 

Museum akan mengadakan pameran mulai Juni 2023 dari pasangan perupa kelahiran Filipina yang berbasis di Brisbane, Australia, yakni Isabel dan Alfredo Aquilizan.

Baca juga: Goethe-Institut Bandung Bakal Gelar Pameran Sound of X

Setelah itu, MACAN juga akan mengadakan pameran berdasarkan pengembangan dari koleksi museum. Pameran ini menghadirkan karya-karya penting dari periode Indonesia modern dan sejumlah perupa kontemporer ternama, termasuk karya-karya dari akuisisi terbaru museum. Demikian dikutip dari publikasi resminya.

Pada November 2023, sebuah pameran berjudul Voice Against Reason akan hadir untuk mempertemukan suara-suara penting dari seluruh dunia. Berikut penjelasan tentang pameran yang akan diselenggarakan di Museum Macan.


Isabel and Alfredo Aquilizan: Somewhere, Elsewhere, Nowhere (17 Juni–8 Oktober 2023)

Pameran pertama yang akan berlangsung pada 17 Juni–18 Oktober 2023 berjudul Somewhere, Elsewhere, Nowhere. Pameran survei tersebut dipamerkan di Museum Macan, setelah ditunjukan secara luas di berbagai pameran utama dan biennial penting dunia.

Somewhere, Elsewhere, Nowhere akan menampilkan berbagai karya seni instalasi berskala besar yang menyoroti tema seputar pembangunan perkotaan, perjalanan dan pergerakan manusia, eksplorasi akan pencarian jati diri, dan bagaimana identitas terbentuk melalui pergerakan manusia.

Praktik kolaboratif keduanya kerap berkisar tentang lingkungan rumah dan keluarga serta menggabungkan material-material yang mudah ditemukan seperti kardus, kertas, dan kantong plastik.

Indonesia disebut memiliki peranan khusus yang penting bagi kedua perupa lantaran mereka membangun hubungan yang kuat dengan seni di Yogyakarta melalui salah satu seri karya, yakni Belok Kiri Jalan Terus (2017–2018) yang terinspirasi dari perjalanan dan proses kerja mereka ketika di Indonesia.

Dalam pameran ini, Museum MACAN juga akan mengomisi alias memeriksa sebuah karya baru, meneruskan hubungan yang sudah terjalin antara para perupa dengan praktik artisan di Indonesia.

Maria Isabel Gaudinez-Aquilizan (l. 1965) and Alfredo Juan Aquilizan (l. 1962) adalah pasangan perupa asal Filipina yang berbasis di Brisbane. Mereka mulai aktif sebagai perupa di Filipina pada akhir 1990an dan 2000an.

Keduanya pindah ke Australia pada 2006 bersama dengan kelima anak dan menetap di sana pada saat ini. Sepanjang praktik kolaboratifnya, Isabel dan Alfredo telah menciptakan karya instalasi berskala besar yang menyoroti gagasan mengenai rumah dan keluarga, identitas dan kepemilikan, perjalanan dan perpindahan, merasakan kehadiran dalam ketiadaan, dan akumulasi ingatan.

Melalui material dan objek yang berasal dari pengalaman pribadi, pasangan ini mengundang penikmat seni ke dalam narasi kompleks yang menghubungkan dengan sejarah dan geografi.

Sejak akhir 1990an, keduanya telah terlibat dalam berbagai pameran dan biennial di Australia dan dunia internasional. Proyek kolaboratif penting mereka dimulai dengan Project Be-longing (1997) dan kemudian dipamerkan di Sixth Havana Biennial, Havana, Kuba (1997).

Setelah pindah ke Australia, mereka memulai proyek berikutnya berjudul Project Another Country (2008). Kemudian, berkembang menjadi In-Habit: Project Another Country (2012). Proyek tersebut dipamerkan di sejumlah museum dan ruang seni di Negeri Kanguru, seperti Sherman Contemporary Art Foundation di Sydney, Pinnacles Regional Art Gallery di Queensland, dan SAMSTAG Museum di Adelaide (2012–15).

Pameran dan bienial lainnya antara lain 1st Asian Art Triennale, Fukuoka Asian Art Museum, Fukuoka, Jepang (1998); 3rd and 6th  Asia Pacific Triennale of Contemporary Art, Brisbane, Australia (1999 and 2009); 50th Venice Biennale, Venice, Italia (2003); 2nd Singapore Biennale, Marina Bay, Singapura (2008).

Kemudian, 'TOUCHED,' Liverpool Biennale, TATE Liverpool, Britania Raya (2010); dan 'Cosmopolis #1.5’, Mao Jihong Arts Foundation bekerja sama dengan Center Pompidou, Chengdu, China.

Baca juga: Melihat Hasil Eksplorasi Teknik Lipatan dalam Pameran Tunggal Gogor Purwoko

Sejumlah karya Isabel dan Alfredo telah menjadi koleksi dari MAIIAM Museum of Art, Chiang Mai, Thailand; 21st Century Museum of Contemporary Art, Kanazawa, Jepang; Singapore Art Museum, Singapura; The Cultural Center of the Philippines, Manila, Filipina; dan MSK, Museum of Fine Arts Ghent, Gent, Belgia.

 
1
2


SEBELUMNYA

Begini Cara Memilih Treatment Kecantikan yang Sesuai dengan Kondisi Kulit

BERIKUTNYA

7 Matematikawan Paling Berpengaruh Sepanjang Masa, Al-Khawarizmi hingga Alan Turing

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: