Sejatining Isi (2022), Gogor Purwoko, 145 cm x 700 cm. (Sumber gambar: Galeri Nasional)

Melihat Hasil Eksplorasi Teknik Lipatan dalam Pameran Tunggal Gogor Purwoko

13 March 2023   |   11:57 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Like
Pengalaman masa kecil berkreasi menaruh campuran cat di atas kertas lalu melipatnya dan menjadi bentuk yang tidak terduga begitu melekat dalam ingatan perupa Gogor Purwoko. Memori masa kecilnya itu rupanya membawanya pada permenungan lebih jauh tentang teknik melipat.

Suatu hari, dia akan mengikuti workshop di salah satu studio temannya di Gandul, Depok, Jawa Barat. Kala itu, dia tidak bisa membawa kanvas berikut dengan bingkainya dengan sepeda motornya. Akhirnya, dia memutuskan untuk melipat kanvas yang ternyata masih setengah basah itu.

Sampai di tempat tujuan, dia takjub dengan efek lipatan kanvas yang dinilainya justru menghadirkan sensasi estetis tak terduga. Pengalaman ini seolah memanggil kembali memorinya yang telah lama memiliki ketertarikan pada teknik lipatan. "Dibalik ketakterdugaan tersebut ada gerak, dinamika, langkah, dan kehendak," katanya.

Baca juga: Seniman Gogor Purwoko Gelar Pameran di Galeri Nasional, Tampilkan Karya Abstrak Geometris

Keseriusannya mengeksplorasi teknik melipat lantas membawanya untuk menggelar pameran tunggal bertajuk Tanda Dalam Lipatan di Galeri Nasional yang dihelat pada 2-14 Maret 2023. Menghadirkan sebanyak 20 karya yang terdiri dari seni lukis dan media campuran, pameran ini memamerkan hasil eksplorasi Gogor terhadap teknik melipat untuk menciptakan karya-karya seni abstraknya.

Koleksi karya dalam pameran ini secara garis besar terdiri dari dua pendekatan seni lukis abstrak yakni ekspresionisme dan geometris. Lukisan abstrak ekspresionis tampak digubah dan diciptakan Gogor dengan sangat spontan, ekspresif, dinamis sekaligus puitis. Hal ini tentu tidak terlepas dari proses berkarya sang seniman melalui goresan dan cipratan pada kanvas. Lalu, bidang kanvas dilipat dari berbagai arah.

Salah satunya adalah lukisan bertajuk Sejatining Isi. Karya berdimensi 145 cm x 700 cm itu dibuat menggunakan teknik lipatan. Sang seniman menaruh cat dengan sejumlah warna seperti kuning, merah, hijau, dan jingga, pada salah satu bagian bidang kanvas. Lalu, dia melipat kertas tersebut yang akhirnya membentuk semacam sepasang goresan bercorak abstrak.

Sekilas, lukisan tersebut tampak menghadirkan sepasang goresan bercorak abstrak yang sama dan presisi. Namun, jika diamati lebih lanjut, kedua sisi goresan tersebut memiliki  bentuk dan hasil visualisasi yang berbeda. Ada warna yang tebal di bagian satu sisinya, tetapi pada sisi lainnya justru tampak warna yang lebih memudar. "Jadi presisi tapi tidak presisi juga sebetulnya," kata Gogor.
 

Salah satu koleksi di pameran Tanda Pada Lipatan (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Salah satu koleksi di pameran Tanda Dalam Lipatan (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Berbeda dengan lukisan abstrak ekspresionis, lukisan abstrak geometris Gogor memiliki karakter, kekuatan dan kedalaman ruang yang sangat berlawanan. Seni lukis abstrak geometris diciptakan sang seniman dengan ketepatan matematis dan ukuran yang rigid. Lukisannya tercipta bukan secara spontan, namun direncanakan dengan baik. Berawal dari sketsa di atas kertas lalu tertuang pada bidang kanvas.

Hal ini tidak terlepas dari latar belakang pendidikan Gogor sebagai lulusan Teknik Sipil. Dia terbiasa bekerja dengan sistematis dan terencana matang yang secara tidak langsung mempengaruhi proses kreatifnya sebagai perupa. Hasilnya, meski lukisannya bercorak abstrak, dia tetap memberikan elemen-elemen berbentuk geometris.

Kerangka estetika itulah yang tampak di beberapa lukisannya salah satunya bertajuk Room. Lukisan berdimensi 150 cm x 120 cm dengan cat akrilik di atas kanvas itu menampilkan dasar lukis bercorak abstrak berwarna cokelat. Di tengahnya, hadir pula elemen-elemen berbentuk geometris yang dinamis, yang sepintas membawa ingatan pada bentuk kubisme yang lebih tertata dengan apik.

Ketertarikan Gogor terhadap teknik lipatan juga membawanya pada proses penciptaan karya yang lebih eksploratif termasuk melalui ekspresi gerak tubuh, dimana dia sengaja menggunakan tubuhnya yang menggeliat di atas kanvas, sehingga menciptakan kejutan-kejutan visual. Seperti yang tampak pada lukisan berjudul Gumul 1 dan Gumul 2.

Pendekatan penciptaan karya dengan tema jiwa dan ketubuhan juga tampak pada karya lainnya yang bertajuk Nobody. Sebanyak 100 lukisan potret berdimensi 30 cm x 21 cm itu merupakan kumpulan lukisan wajah sang seniman yang diciptakan dengan berbagai karakter, mulai dari bentuk realis, ekspresionis hingga abstrak.

Lukisan itu tercipta berangkat ketertarikan Gogor terhadap stensil, teknik seni yang menggunakan cetakan sebagai alat utamanya. Dia lantas menggambar bentuk potret wajahnya dan menggandakannya menjadi 100 karya seni cetak. "Sebenarnya setiap kali proses yang ada [pada karya ini], itu simbolisasi perjalanan saya merespons gaya-gaya estetika yang berbeda-beda," jelas perupa kelahiran Lumajang itu.
 

Salah satu koleksi di pameran Tanda Dalam Lipatan (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Salah satu koleksi di pameran Tanda Dalam Lipatan (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Kurator Citra Smara Dewi menilai studi bentuk yang dilakukan Gogor bukan hanya pada gagasan di atas kertas namun juga eksekusi kreativitas. Sang seniman mempersiapkan dan menciptakan sendiri semua proses kreatif tanpa kerja artisan, mulai dari memotong multiplek sebagai dasar kanvas, melapisi dengan busa dan kanvas.

Sebagai perupa, Gogor mencoba mendobrak dan melintasi bidang konvensional kanvas, dari bentuk persegi, bujur sangkar, dan lingkaran ke bentuk-bentuk yang lebih ekstrem dan penuh tantangan yaitu bentuk organik dengan berbagai rongga dan kejutan bentuk.

Sisi bidang kanvas terkadang dibuat tumpul dan landai, seperti bentuk bulatan atau lingkaran dan terompet, namun di sisi lain juga terlihat bentuk-bentuk tajam meruncing. Begitupun dengan pemilihan warna yang diterapkan sebagian besar mengikuti komposisi warna monokromatik dan analogus, yang memberikan kesan harmonis sekaligus liris.

Dalam pameran, eksplorasi ini terlihat dalam sejumlah karya media campuran ciptaannya yang berjudul Breakthrough, Favor, Breath, Comes Down Like Rain, Not by Might, Lingkupi, Still, dan Melihat Bintang yang semuanya dibuat pada tahun 2022.

"Di sini terlihat upaya Gogor menyatukan kerja kreatif kriya seni dan seni murni, sehingga karya seni lukis abstrak geometrisnya memiliki karakter tersendiri dibandingkan karya-karya sebelumnya  yang pernah ada di Indonesia," kata Citra.

Di Indonesia, perupa yang memiliki kecenderungan abstrak geometris sangat kuat boleh dibilang tidak begitu banyak. Sebut saja Handrio dan Nunung W.S. Di sisi lain, dalam historiografi seni rupa Barat, dikenal pelukis Wassily Wassilyevich Kandinsky yang memperkenalkan seni lukis modern abstrak geometris.

Karya-karya seni lukis abstrak geometris Kandinsky identik dengan komposisi garis, bentuk, dan warna yang terinspirasi dari teori-teori yang berasal dari pelajaran spiritual dan hubungan yang intim antara musik dan warna. "Dalam hal ini, Gogor seakan melanjutkan peta jalan seni lukis abstrak Indonesia dengan berbagai pendekatan material, media dan teknik," ujar Citra.

Baca juga: Pameran Tunggal Suvi Wahyudianto Sajikan Beragam Karya yang Penuh Harapan

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Waspada Gangguan Ginjal Sering Tanpa Gejala, Cek Cara Pencegahannya

BERIKUTNYA

Trio Besixxs Merilis Single So Into You, Usung Musik Elektronik Bernuansa 1980-an

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: