Mengenal Diffuse Axonal Injury, Cedera Otak yang Fatal
08 March 2023 |
10:09 WIB
Kepala merupakan salah satu bagian tubuh yang vital. Di sana terdapat otak yang menjadi sistem saraf pusat manusia untuk mengendalikan kerja tubuh, mulai dari mata yang melihat, tangan yang bergerak, hingga jantung yang berdetak.
Namun tidak jarang organ ini mengalami cedera hingga menyebabkan kerusakan pada jaringannya. Spesialis Saraf Eka Hospital BSD, dr. Herianto mengatakane cedera yang membuat kerusakan pada jaringan otak dinamakan cedera otak traumatik atau COT. Biasanya cedera tersebut disebabkan karena benturan permukaan keras, pukulan benda tumpul, dan kecelakaan.
Baca juga: Penyakit Terkait Saraf dan Otak Sering Dialami Kaum Millenial dan Gen Z, Ternyata Ini Pemicunya
“COT cenderung terjadi di dalam otak dan jarang menunjukan gejala luka fisik, tetapi sering menjadi alasan utama dari kecacatan hingga kematian seseorang,” ujar dikutip dari keterangan resmi, Rabu (8/3/2023).
COT memiliki banyak jenis dengan gejala serta penyebab yang bervariasi. Kendati demikian salah satu jenis COT yang memiliki dampak yang cukup fatal yaitu Diffuse Axonal Injury atau DAI. Istilah ini sempat viral beberapa waktu lalu terkait kasus penganiayaan David, anak petinggi GP Ansor.
Lepas dari persoalan tersebut, Diffuse Axonal Injury merupakan jenis dari cedera otak traumatik yang tergolong sebagai salah satu cedera otak yang paling parah. Herianto memaparkan, kondisi ini menyebabkan sistem saraf yang yang jumlahnya mencapai milyaran di dalam otak mengalami cedera yang cukup fatal.
Saraf sendiri terdiri atas beberapa bagian dengan fungsi yang berbeda-beda. Pada Diffuse Axonal Injury, bagian akson, tali kecil yang saling menghubungi saraf satu dan saraf lainnya mengalami kerusakan seperti sobek atau terkoyak. “Ini menyebabkan otak kehilangan fungsi utamanya untuk mengalirkan sinyal-sinyal listrik yang mengendalikan seluruh tubuh kita,” tuturnya.
Area cedera serta letak dari cedera ini juga bervariatif, tergantung dari penyebabnya. Namun, ukuran saraf yang sangat kecil membuat Diffuse Axonal Injury menjadi sulit untuk terdeteksi bahkan setelah menggunakan pemeriksaan pencitraan seperti CT Scan dan sinar-X. Ketika pasien diduga mengalami Diffuse Axonal Injury, dokter biasanya akan langsung memulai tindakan penanganan segera.
Sementara itu, Diffuse Axonal Injury memiliki gejala yang berbeda-beda tergantung dari letak dan luasnya area saraf yang mengalami cedera. Beberapa gejala yang bisa dirasakan seperti kehilangan kesadaran, ketidakmampuan berbicara dan mendengar.
Kemudian amnesia, kesulitan untuk berpikir atau kebingungan, kelumpuhan, kehilangan keseimbangan, dan akit kepala. “Pada kebanyakan kasus parah, Diffuse Axonal Injury dapat menyebabkan kematian, koma, atau memasuki kondisi vegetatif,” jelas Herianto.
Adapun kondisi vegetatif merupakan kondisi dimana serebrum atau bagian otak yang mengendalikan perilaku dan pikiran tidak dapat lagi berfungsi secara normal. Herianto menyebut, dalam kondisi ini seseorang tidak lagi mampu bergerak maupun berpikir dengan bebas, tetapi masih bisa merespon refleks terhadap hal-hal sekitar seperti berkedip atau menarik tangannya saat digenggam.
Baca juga: Kiat Mengotak-atik Portofolio Investasi Hadapi Tahun Resesi
Namun tidak jarang organ ini mengalami cedera hingga menyebabkan kerusakan pada jaringannya. Spesialis Saraf Eka Hospital BSD, dr. Herianto mengatakane cedera yang membuat kerusakan pada jaringan otak dinamakan cedera otak traumatik atau COT. Biasanya cedera tersebut disebabkan karena benturan permukaan keras, pukulan benda tumpul, dan kecelakaan.
Baca juga: Penyakit Terkait Saraf dan Otak Sering Dialami Kaum Millenial dan Gen Z, Ternyata Ini Pemicunya
“COT cenderung terjadi di dalam otak dan jarang menunjukan gejala luka fisik, tetapi sering menjadi alasan utama dari kecacatan hingga kematian seseorang,” ujar dikutip dari keterangan resmi, Rabu (8/3/2023).
COT memiliki banyak jenis dengan gejala serta penyebab yang bervariasi. Kendati demikian salah satu jenis COT yang memiliki dampak yang cukup fatal yaitu Diffuse Axonal Injury atau DAI. Istilah ini sempat viral beberapa waktu lalu terkait kasus penganiayaan David, anak petinggi GP Ansor.
Lepas dari persoalan tersebut, Diffuse Axonal Injury merupakan jenis dari cedera otak traumatik yang tergolong sebagai salah satu cedera otak yang paling parah. Herianto memaparkan, kondisi ini menyebabkan sistem saraf yang yang jumlahnya mencapai milyaran di dalam otak mengalami cedera yang cukup fatal.
Saraf sendiri terdiri atas beberapa bagian dengan fungsi yang berbeda-beda. Pada Diffuse Axonal Injury, bagian akson, tali kecil yang saling menghubungi saraf satu dan saraf lainnya mengalami kerusakan seperti sobek atau terkoyak. “Ini menyebabkan otak kehilangan fungsi utamanya untuk mengalirkan sinyal-sinyal listrik yang mengendalikan seluruh tubuh kita,” tuturnya.
Area cedera serta letak dari cedera ini juga bervariatif, tergantung dari penyebabnya. Namun, ukuran saraf yang sangat kecil membuat Diffuse Axonal Injury menjadi sulit untuk terdeteksi bahkan setelah menggunakan pemeriksaan pencitraan seperti CT Scan dan sinar-X. Ketika pasien diduga mengalami Diffuse Axonal Injury, dokter biasanya akan langsung memulai tindakan penanganan segera.
Penyebab & Gejala
Herianto menuturkan Diffuse Axonal Injury disebabkan karena adanya benturan benda atau permukaan tumpul yang keras di kepala. Benturan tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti kecelakaan lalu lintas, kepala terbentur permukaan keras saat terjatuh, kekerasan seperti pemukulan di kepala, dan shaken Baby Syndrome pada bayi.Sementara itu, Diffuse Axonal Injury memiliki gejala yang berbeda-beda tergantung dari letak dan luasnya area saraf yang mengalami cedera. Beberapa gejala yang bisa dirasakan seperti kehilangan kesadaran, ketidakmampuan berbicara dan mendengar.
Kemudian amnesia, kesulitan untuk berpikir atau kebingungan, kelumpuhan, kehilangan keseimbangan, dan akit kepala. “Pada kebanyakan kasus parah, Diffuse Axonal Injury dapat menyebabkan kematian, koma, atau memasuki kondisi vegetatif,” jelas Herianto.
Adapun kondisi vegetatif merupakan kondisi dimana serebrum atau bagian otak yang mengendalikan perilaku dan pikiran tidak dapat lagi berfungsi secara normal. Herianto menyebut, dalam kondisi ini seseorang tidak lagi mampu bergerak maupun berpikir dengan bebas, tetapi masih bisa merespon refleks terhadap hal-hal sekitar seperti berkedip atau menarik tangannya saat digenggam.
Baca juga: Kiat Mengotak-atik Portofolio Investasi Hadapi Tahun Resesi
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.