Ilustrasi pria yang mengalami migrain (Sumber gambar : Jcomp/Freepik)

Temuan Terbaru: Bukan Cuma Gaya Hidup Tak Sehat, Migrain Juga Dipengaruhi Faktor Ini

08 March 2023   |   09:36 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Migrain atau sakit kepala sebelah kerap dialami siapa pun. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh gangguan saraf dalam otak akibat tidak seimbangnya gula darah, stres, kelelahan, kualitas tidur buruk, pola makan tidak baik, dan fluktuasi hormon estrogen pada wanita. 

Kendati demikian, penelitian terbaru menyebut migrain juga disebabkan oleh faktor genetik. Dilakukan para peneliti dari Universitas Queensland Australia, mereka menganalisis data genomik dari puluhan ribu orang. Para peneliti percaya sakit kepala dan migrain berhubungan dengan glukosa, termasuk gula darah puasa dan diabetes tipe 2. 

Baca juga: Kalian Mengalami Migrain? Waspada Bahaya Kardiovaskular

Profesor Dale Nyholt, dari Universitas Center for Genomics and Personalized Health, mengatakan sejak 1935, migrain digambarkan sebagai sakit kepala glikemik. Ciri-ciri glikemik seperti resistensi insulin, terlalu banyak insulin ( hiperinsulinemia), kadar gula darah rendah (hipoglikemia) dan diabetes tipe 2 berhubungan dengan migrain dan sakit kepala.

“Dengan mengidentifikasi korelasi genetik dan berbagi lokus dan gen dalam analisis kami, kami telah menyimpulkan hubungan kausal dan dengan demikian mengonfirmasi dan meningkatkan pemahaman tentang hubungan antara migrain, sakit kepala, dan sifat glikemik,” ujarnya dikutip dari diabetes.org.uk, Rabu (8/3/2023). 

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), migrain dilaporkan telah memengaruhi hampir 15 persen penduduk dunia, dan tiga kali lipat terjadi pada wanita dibandingkan pria. Kondisi ini memang dapat dipicu seperti fluktuasi hormon, kurang tidur, dan bahkan makanan tertentu. 

Kendati demikian, para peneliti masih belum memahami mengapa beberapa orang cenderung sering mengalami migrain. Oleh karena itu, mereka memilah-milah genom untuk mencari petunjuk, mencari faktor risiko genetik, dan kaitannya dengan kondisi medis lainnya.

Peneliti dari Australia ini menganalisis data genetik lebih dari 100.000 pasien migrain dan 84.000 pasien sakit kepala, serta beberapa penelitian sebelumnya. Dengan membandingkan kumpulan data tersebut, tim mengidentifikasi wilayah genom yang diprediksi memengaruhi regulasi gula darah dan risiko migrain.

Rafiqul Islam, salah satu peneliti di universitas tersebut, mengatakan dari sembilan sifat glikemik yang diamati, pihaknya menemukan korelasi genetik yang signifikan untuk insulin puasa (tingkat insulin darah) dan hemoglobin terglikasi dengan migrain dan sakit kepala. Sementara itu, dua jam glukosa secara genetik berkorelasi hanya dengan migrain.

“Kami juga menemukan daerah yang menyimpan faktor risiko genetik yang dibagi antara migrain dan insulin puasa, glukosa puasa, hemoglobin terglikasi. Untuk sakit kepala, daerah yang sama dengan glukosa, insulin puasa, hemoglobin terglikasi, dan proinsulin puasa,” tuturnya. 

Proinsulin adalah prekursor kimia insulin, hormon yang menurunkan kadar gula darah. Proinsulin puasa mengacu pada jumlah proinsulin dalam darah setelah periode tanpa makanan. 

Memiliki kadar proinsulin puasa yang lebih tinggi dikaitkan dengan resistensi insulin pada diabetes tipe 2. Proinsulin puasa dalam sel juga bertanggung jawab untuk membuat insulin dalam tubuh. Akan tetapi, tingkat proinsulin puasa yang lebih tinggi mungkin juga melindungi terhadap migrain dan sakit kepala lainnya.

Rafiqul menyebut mempelajari lebih banyak tentang gen-gen ini adalah target untuk penelitian di masa depan. "Jika kita dapat mengidentifikasi fungsi dari gen-gen ini, kita dapat mengembangkan strategi pengobatan baru,” katanya. 

Baca juga: Coba Pijat di 6 Titik Ini untuk Meredakan Sakit Kepala
 

SEBELUMNYA

Pengusaha Kuliner Ini Sukses Raup Cuan dan Berdayakan Perempuan dalam Berbisnis

BERIKUTNYA

Mengenal Diffuse Axonal Injury, Cedera Otak yang Fatal

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: