Gangguan Saraf Banyak Dialami Masyarakat Usia Produktif. (Sumber foto: Unsplash/Towfiqu Barbhuiya)

Penyakit Terkait Saraf dan Otak Sering Dialami Kaum Millenial dan Gen Z, Ternyata Ini Pemicunya

08 February 2023   |   13:50 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Like
Gejala penyakit terkait saraf dan otak sudah mengintai masyarakat di usia produktif seperti kaum millenial dan Gen Z. Kondisi seperti sakit kepala, nyeri tengkuk, nyeri pinggang bawah, kesemutan, kebas, hingga diagnosis stroke biasanya diderita oleh orang tua. Namun, kini banyak anak muda yang mengalami keluhan itu.

dr. Zicky Yombana, Sp. S, Capt of Neuro Care mengatakan tak sedikit masyarakat salah persepsi mengenai gangguan saraf. Misalnya menganggap bahwa permasalahan terkait saraf sama artinya dengan gangguan jiwa. Hal ini karena kesamaan kata 'saraf' dengan 'sarap' yang mengacu pada gangguan mental dan kejiwaan. Padahal dua kondisi tersebut tentu hal yang sangat berbeda.

"Seluruh tubuh kita punya saraf kecuali kuku dan rambut. Jadi kalau ada rasa nyeri seperti kesemutan atau kebas yang dirasakan seluruh tubuh, semuanya adalah gangguan saraf. Dengan kata lain, jika mengalami rasa yg seharusnya tidak ada, artinya terdapat gangguan saraf di tubuh kita," kata dr. Zicky dalam acara konferensi pers peluncuran Neuro Care by Klinik Pintar, Rabu (8/2/2023).

Baca juga: Waspada Stroke di Usia Muda, Pantau Gejala & Penyebabnya

Sayangnya, banyak masyarakat di usia produktif memiliki kesadaran yang rendah untuk segera melakukan konsultasi ke dokter spesialis saraf. Mereka cenderung melakukan pengobatan mandiri seperti mengonsumsi obat penghilang nyeri atau melakukan pijat. Padahal penting sekali untuk mengenali tolak ukur kapan kita harus konsultasi ke dokter terkait gangguan saraf.

"Kalau merasa sakit dan tidak nyaman, kita bisa meredakannya dengan obat-obatan. Tapi setelah itu di cek. Makanya dalam obat-obatan itu tertulis 'apabila sakit berlanjut segera hubungi dokter'," jelas dr. Zicky.

Misalnya untuk keluhan yang paling sederhana seperti sakit kepala saja, lebih cepat diredakan dengan obat-obatan. Padahal apabila sakit kepala terus berlanjut bisa memicu kondisi yang lebih serius. Selain itu, banyak dari mereka yang suka self diagnosis, atau sembarangan mendiagnosa kondisi tubuhnya sendiri sehingga salah persepsi.

"Orang-orang yang bekerja di kantor dan duduk di depan komputer sambil menunduk seharian, seringkali salah persepsi. Contohnya, saat mengalami sakit  kepala atau nyeri tengkuk, seringkali dikaitkan dengan angin, kolesterol, dan asam urat," kata dr. Zicky.

Dia memaparkan, angin seringkali dicurigai jadi penyebab sakit kepala. Misalnya karena berlama-lama duduk di bawah AC. Padahal angin atau AC itu adalah pencetus. dr. Zicky menjelaskan, analoginya saat berendam di air laut kita baik-baik saja. Tapi, kalau sudah ada luka di tubuh pasti terasa perih saat kena air laut. Disini bukan air laut yang menyebabkan perih tapi luka kita.

Begitupun dengan kolesterol dan asam urat, kenyataannya kolesterol dan asam urat tidak akan menyebabkan nyeri tengkuk ataupun sakit kepala. Stigma-stigma seperti ini membuat orang-orang jadi sembarangan mendiagnosa kondisi tubuhnya sendiri, sehingga engan berkonsultasi ke dokter karena takut. Nah, kira-kira apa yang memicu gangguan saraf pada anak muda?

"Gangguan saraf pada usia produktif paling sering karena ergonomi (postur tubuh), atau mengonsumsi makanan seperti lemak dan gula yang menyebabkan faktor risiko gangguan pembuluh darah," kata dr. Zicky.

Gangguan pembuluh darah menjadi salah satu faktor pemicu stroke. dr. Zicky sendiri menyebutkan bahwa stroke banyak terjadi pada masyarakat di usia muda. Salah satu pemicunya memang disebabkan oleh faktor keturunan, namun gaya hidup juga berperan besar.

"Penting sekali untuk melakukan pencegahan, deteksi dini dengan melakukan screening. Dokter akan melakukan metode diagnostik Transcranial Doppler (TCD)," jelas dr. Zicky.

Transcranial Doppler (TCD) merupakan semacam USG untuk mengecek pembuluh darah yang ada diotak dan menuju otak. Dengan pemeriksaan ini akan diketahui, misalnya apakah pembuluh darah otak mengalami penumpukan kolesterol atau tidak. Maka harus segera diobati, karena jika dibiarkan kemungkinan bisa memicu gejala stroke.

Baca juga: 4 Makanan Pemicu Penyakit Stroke, Bisa Mengintai Sejak Usia Muda

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Duh, Ajang Comic Frontier 16 Ditunda Jadi Mei 2023

BERIKUTNYA

Game Play to Earn, Dulu Tenar Sekarang Mulai Ditinggalkan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: