Cerita Kezia Nevi: Sukses Berbisnis Cerutu Indonesia hingga Pasar Global
07 February 2023 |
15:48 WIB
1
Like
Like
Like
Bisnis yang dimulai dari hati tentu memiliki efek yang lebih hebat dibandingkan jika berbisnis hanya untuk mendapatkan keuntungan semata. Hal ini telah dibuktikan oleh seorang wanita bernama Kezia Nevi yang sukses menjalankan bisnis yang bermula dari hobi dan passion.
Wanita kelahiran 1977 ini sempat mengawali bisnisnya dengan menjadi pengusaha furnitur ketika dirinya pulang ke Indonesia dan menikah setelah menyelesaikan pendidikannya di University of California, Santa Barbara pada tahun 2000.
Namun, bisnis ini terpaksa harus gulung tikar setelah dirinya memutuskan bercerai dengan sang suami. Apalagi menjalankan bisnis furnitur bukanlah kesenangannya. Namun hidup terus berjalan, dia pun mencoba peruntungan dengan berbisnis di bidang fashion yaitu jual beli tas branded.
Baca juga: Kisah Denica Berdayakan Ribuan Petani dan Pengrajin Hingga Sukses Pasarkan Fesyen Berkelanjutan di 30 Negara
Kezia yang memang hobi traveling dan shopping ini sering mendapatkan titipan dari temannya untuk membelikan tas saat berlibur ke luar negeri.
"Karena banyak yang nitip maka saya menjadikan ini sebagai bisnis. Sambil traveling dan shopping bisa sekalian berbisnis," ujarnya. Apalagi harga tas yang dibeli di luar negeri bisa jauh lebih murah dibandingkan di Indonesia.
Namun, pandemi yang terjadi sejak 2020 lalu membuat bisnis ini sempat terkendala. Beruntung pada saat itu, Kezia sudah mencoba untuk memproduksi cigar atau cerutu yang kemudian menjadi penyelamat dan bisnisnya justru berkembang pesat hingga saat ini.
Memang selama ini cerutu atau sigar identik dengan kaum adam. Namun di tangan Kezia, lentingan sigar ini diracik dengan hati dan diberi sentuhan pribadi hingga menghasilkan cita rasa dan aroma khas nan seksi yang berhasil menembus pasar luar negeri.
Ya, dalam mengembangkan bisnis sigar ini, Kezia tidak hanya sekedar ingin mencari cuan. Namun dia ingin membawa nama Indonesia hingga ke mancanegara. Karena itulah ketika Kezia memutuskan untuk meluncurkan brand K-Boutique Cigars sejak Agustus 2020 lalu, dia sangat serius. Bahkan wanita berusia 45 tahun ini langsung menggandeng rekannya untuk membangun pabrikan sendiri yang berlokasi di Jember, Jawa Timur.
Sebelum fokus mengembangkan mereknya sendiri, Kezia memang telah mencoba berbagai jenis sigar termasuk mempelajari seluk beluk sigar dari berbagai Negara termasuk Indonesia. Namun ada satu hal yang membuatnya tergerak, yaitu ketika mencoba sigar produksi lokal, Kezia tidak menemukan rasa yang pas dan nikmat seperti sigar impor.
Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tembakau terbesar di dunia dengan kualitas yang juga sangat diperhitungkan. “Dari situ saya mulai belajar membuat dan meracik sigar dari tembaku pilihan, sebatas untuk diri saya sendiri dan teman dekat sebagai bagian dari lifestyle, tidak ada kepikiran untuk dijual,” ujarnya.
Nyatanya, cigar yang dia produksi sangat disukai oleh teman-temannya. Mereka pun berulang kali menyarankan agar Kezia mengembangkan brand cigar sendiri. Apalagi dia sudah aktif membuat sigar selama 3 tahun dengan jumlah mencapai 10.000an yang semuanya hanya disimpan untuk dipakai sesekali.
“Rupanya sigar yang sudah 2 hingga 3 tahun saya simpan itu, menghasilkan cita rasa yang kompleks dan premium. Sebab, antara batang tengah dan ujungnya itu memiliki rasa yang berbeda . Makin lama disimpan rasanya akan lebih enak,” jelasnya.
Benar saja, kehadiran K-Cigar berhasil menggebrak pasar sigar di Indonesia. Kezia pun tak segan-segan membuat berbagai event untuk mengekspos dan mempromosikan cigar produksinya kepada para customer dan jaringan pertemannya.
Dari situ mulai banyak orang yang mengenal K-Cigar sebagai salah satu brand sigar premium dari Indonesia yang memiliki cita rasa nikmat dan kompleks karena adanya proses aging yang cukup lama.
Sebab, menurutnya sigar hampir sama seperti wine yang makin lama disimpan aroma dan rasanya akan lebih nikmat. “Cigar its about taste. Tidak ada cigar yang tidak enak, hanya cocok-cocokan saja. Dan beruntungnya cigar saya bisa diterima banyak orang,” tuturnya.
Baca juga: Kisah Servasius Bambang Pranoto yang Sukses Kembangkan Bisnis Minyak Kutus Kutus
Wanita kelahiran 1977 ini sempat mengawali bisnisnya dengan menjadi pengusaha furnitur ketika dirinya pulang ke Indonesia dan menikah setelah menyelesaikan pendidikannya di University of California, Santa Barbara pada tahun 2000.
Namun, bisnis ini terpaksa harus gulung tikar setelah dirinya memutuskan bercerai dengan sang suami. Apalagi menjalankan bisnis furnitur bukanlah kesenangannya. Namun hidup terus berjalan, dia pun mencoba peruntungan dengan berbisnis di bidang fashion yaitu jual beli tas branded.
Baca juga: Kisah Denica Berdayakan Ribuan Petani dan Pengrajin Hingga Sukses Pasarkan Fesyen Berkelanjutan di 30 Negara
Kezia yang memang hobi traveling dan shopping ini sering mendapatkan titipan dari temannya untuk membelikan tas saat berlibur ke luar negeri.
"Karena banyak yang nitip maka saya menjadikan ini sebagai bisnis. Sambil traveling dan shopping bisa sekalian berbisnis," ujarnya. Apalagi harga tas yang dibeli di luar negeri bisa jauh lebih murah dibandingkan di Indonesia.
Namun, pandemi yang terjadi sejak 2020 lalu membuat bisnis ini sempat terkendala. Beruntung pada saat itu, Kezia sudah mencoba untuk memproduksi cigar atau cerutu yang kemudian menjadi penyelamat dan bisnisnya justru berkembang pesat hingga saat ini.
Kezia Nevi (sumber gambar : Himawan L Nugraha)
Ya, dalam mengembangkan bisnis sigar ini, Kezia tidak hanya sekedar ingin mencari cuan. Namun dia ingin membawa nama Indonesia hingga ke mancanegara. Karena itulah ketika Kezia memutuskan untuk meluncurkan brand K-Boutique Cigars sejak Agustus 2020 lalu, dia sangat serius. Bahkan wanita berusia 45 tahun ini langsung menggandeng rekannya untuk membangun pabrikan sendiri yang berlokasi di Jember, Jawa Timur.
Sebelum fokus mengembangkan mereknya sendiri, Kezia memang telah mencoba berbagai jenis sigar termasuk mempelajari seluk beluk sigar dari berbagai Negara termasuk Indonesia. Namun ada satu hal yang membuatnya tergerak, yaitu ketika mencoba sigar produksi lokal, Kezia tidak menemukan rasa yang pas dan nikmat seperti sigar impor.
Padahal, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tembakau terbesar di dunia dengan kualitas yang juga sangat diperhitungkan. “Dari situ saya mulai belajar membuat dan meracik sigar dari tembaku pilihan, sebatas untuk diri saya sendiri dan teman dekat sebagai bagian dari lifestyle, tidak ada kepikiran untuk dijual,” ujarnya.
Nyatanya, cigar yang dia produksi sangat disukai oleh teman-temannya. Mereka pun berulang kali menyarankan agar Kezia mengembangkan brand cigar sendiri. Apalagi dia sudah aktif membuat sigar selama 3 tahun dengan jumlah mencapai 10.000an yang semuanya hanya disimpan untuk dipakai sesekali.
“Rupanya sigar yang sudah 2 hingga 3 tahun saya simpan itu, menghasilkan cita rasa yang kompleks dan premium. Sebab, antara batang tengah dan ujungnya itu memiliki rasa yang berbeda . Makin lama disimpan rasanya akan lebih enak,” jelasnya.
Benar saja, kehadiran K-Cigar berhasil menggebrak pasar sigar di Indonesia. Kezia pun tak segan-segan membuat berbagai event untuk mengekspos dan mempromosikan cigar produksinya kepada para customer dan jaringan pertemannya.
Dari situ mulai banyak orang yang mengenal K-Cigar sebagai salah satu brand sigar premium dari Indonesia yang memiliki cita rasa nikmat dan kompleks karena adanya proses aging yang cukup lama.
Sebab, menurutnya sigar hampir sama seperti wine yang makin lama disimpan aroma dan rasanya akan lebih nikmat. “Cigar its about taste. Tidak ada cigar yang tidak enak, hanya cocok-cocokan saja. Dan beruntungnya cigar saya bisa diterima banyak orang,” tuturnya.
Baca juga: Kisah Servasius Bambang Pranoto yang Sukses Kembangkan Bisnis Minyak Kutus Kutus
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.