Ilustrasi (Sumber gambar: CDC/ Unsplash)

Terlewat Jadwal Imunisasi untuk si Kecil? Ini Saran Dokter Anak

07 February 2023   |   16:00 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Like
Bunda pasti sudah tahu kan jadwal imunisasi si kecil. Kalau memang tidak ada halangan atau kondisi mendesak sebaiknya jangan ditunda ya bun. Sebab, menunda pemberian imunisasi pada anak cukup berisiko untuk kesehatan dan daya tahan.

Ikatan Dokter Anak Indonesia sudah memiliki jadwal imunisasi yang akan menjadi patokan bagi seluruh orang tua. Jadwal imunisasi dibuat berdasarkan penelitian, terutama kapan anak sudah mampu membentuk jenis antibodi tertentu.

Misalnya vaksin campak yang kini bernama MR (campak dan rubela), diberikan pada usia 9 bulan. Mengapa 9 bulan? Karena di usia ini sel kekebalan sudah bisa merespon kuman penyebab campak dan rubela dengan efektif. Dengan begitu pemberian imunisasi akan memberikan manfaat yang optimal.

Baca juga: Sambut Hari Imunisasi Sedunia, Ini Daftar Vaksin Penting Berdasarkan Usia Menurut CDC

Selain itu penelitian juga berdasarkan angka penyakitnya. Beberapa penyakit seperti pneumonia dan diare misalnya, rentan menjangkiti anak usia di bawah 1 tahun, maka imunisasi PCV dan rotavirus diberikan mulai usia 2 bulan.

Bagaimana jika jadwal vaksin anak terlambat atau tidak beraturan?

Dokter spesialis anak, dr. Caessar Pronocitro SpA, Msc mengatakan keterlambatan pemberian vaksin memang tidak lantas vaksin yang diberikan kemudian akan menjadi sia-sia. Imunisasi yang diberikan di usia berapapun tetap akan membentuk daya tahan tubuh.  

“Namun harus diingat, ada risiko bayi terserang penyakit di masa ia belum mendapatkan vaksin. Inilah pentingnya mendapatkan imunisasi sesuai jadwal,” ujarnya dalam live Teman Parenting.

Menurut dr. Caessar dari semua jenis imunisasi, tidak ada yang dianggap lebih penting dari lainnya. Memang ada jenis vaksin yang sudah disubsidi pemerintah sehingga lebih populer dan dianggal wajib, padahal vaksin di luar itu yang tidak disubsidi pemerintah juga bukan berarti tidak penting.

“Jadi sebisa mungkin semua anak mendapatkan semua jenis vaksin, baik yang menjadi program pemerintah maupun yang belum masuk program pemerintah,” tuturnya.

Imunisasi juga harus diberikan pada semua bayi sejak dilahirkan, tanpa memandang apakah terlahir normal, atau prematur. Imunisasi harus diberikan sesuai usia kronologis. Jadi jadwalnya sama, kecuali untuk vaksin hepatitis B menunggu berat badan 2 kg jika bayi terlahir prematur.

Memang selama pandemi cakupan imunisasi terbilang cukup rendah karena banyak orang tua yang khawatir membawa anaknya ke fasilitas kesehatan. Selain karena pandemi masih banyak orang tua yang sengaja tidak memberikan imunisasi pada anak karena berbagai alasan.

Pertama karena berpikir hanya dengan memberikan ASI dan makanan bergizi, ditambah suplemen herbal seperti madu saja, sudah cukup memberikan anak kekebalan tubuh.

Padahal hal tersebut tidak tepat. dr. Caessar menyebutkan bahwa ada dua jenis kekebalan tubuh, yaitu kekebalan tubuh yang bersifat umum dan kekebalan tubuh khusus atau spesifik.

Daya tahan tubuh yang yang bersifat umum ibarat tentara atau satpam yang akan menangkap siapa saja orang yang mencurigakan atau berpotensi jahat. Adapun kekebalan spesifik hanya menyerang virus atau bakteri tertentu, seperti Densus 88 yang hanya menangkap teroris.

“Kekebalan spesifik ini hanya didapatkan melalui imunisasi. Misalnya antibodi campak hanya akan dibentuk dengan imunisasi campak, antibodi hepatitis B hanya terbentuk setelah imunisasi hepatitis B. Jadi tidak bisa kekebalan spesifik ini hanya diperkuat dengan ASI atau makanan,” urainya.

Selain itu, orang tua juga melewatkan pemberian imunisasi karena anak sakit. Padahal, menurut dr. Caessar, sakit ringan tidak menjadi kontraindikasi imunisasi, kecuali sakit berat. “Yang bisa menilai apakah sakitnya ringan adalah dokter, jadi bawa ke dokter sebelum vaksin jika si Kecil demam atau batuk pilek ringan,” jelasnya.

Hal yang juga menjadi momok yang membuat banyak ibu tidak memberikan imunisasi pada anak adalah khawatir akan efek samping vaksin karena termakan mitos dan hoax soal vaksin yang masih ada sampai sekarang.

Bagi yang terlambat imunisasi atau terlewati jadwalnya, dokter menyarankan agar imunisasi tetap bisa disusulkan tanpa perlu mengulang vaksin yang sudah diberikan. “Jadi orang tua tidak perlu ragu untuk membawa anak ke tenaga kesehatan untuk mengejar jadwal imunisasi,” jelasnya.

Baca juga: Wajarkah Anak Demam Setelah Imunisasi? Begini Penjelasan Kemenkes

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla
 

SEBELUMNYA

Agate Dorong Pengembangan Game AA dan Game AAA di Indonesia

BERIKUTNYA

Cerita Kezia Nevi: Sukses Berbisnis Cerutu Indonesia hingga Pasar Global

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: