Dukungan Keluarga Jadi Faktor Penting Penyintas Kanker Bertahan
07 February 2023 |
16:50 WIB
1
Like
Like
Like
Gelisah, bingung, dan takut dirasakan ibu Lily ketika mengetahui fakta bahwa dirinya terkena kanker payudara pada beberapa tahun yang lalu. Penyintas kanker dari Komunitas Samudera Kasih itu mencoba bertahan. Dengan segala cobaan berat yang dihadapinya, keluarga jadi faktor penting dirinya bisa bertahan.
“Dunia seperti runtuh” adalah kata pertama yang ibu Lily ucapkan saat menceritakan hidupnya dalam menghadapi masa-masa sulit itu. Ada banyak pertanyaan yang bergelayut di kepalanya. Berkali-kali, ibu Lily ingin memprotes kenapa harus dirinya yang harus terkena penyakit ini, tetapi entah ke siapa.
Semangatnya pelan-pelan meredup saat itu. Namun, dukungan keluarga kemudian menguatkannya kembali. Ada semangat baru untuk sembuh dan menjalani proses pengobatan dengan baik.
Baca juga: Melawan Stigma, Kanker Payudara Bukan Sebuah Kutukan
“Kanker itu bukan akhir dari hidup, tetapi awal dari hidup. Penyakit ini mengajarkan saya bersyukur. Mungkin selama ini saya sehat, tetapi setelah diberi sakit saya lebih intropeksi diri dan memperbaiki diri,” ujar ibu Lily dalam acara diskusi Close the Care Gap: Siloam Initiates Massive Breast Cancer Early Detection to Save More Lives.
Ibu Lily bercerita bahwa sebelum terkena kanker payudara, dirinya sama sekali tidak memiliki gejala tertentu. Kehidupannya berjalan normal seperti orang pada umumnya. Akan tetapi, siapa sangka kanker telah bersarang di tubuhnya.
Beruntungnya, dirinya termasuk ibu-ibu yang suka melakukan screening. Saat itu, bersama kawan-kawannya, ibu Lily mencoba melakukan screening untuk tujuan deteksi dini.
Dari hasil screening itu, ibu Lily baru menyadari bahwa ada benjolan padat sebesar 1 cm di payudara sebelah kiri. Dirinya pun langsung menjalani rangkaian penyembuhan agar kanker di tubuhnya bisa hilang.
Kanker sebesar 1 cm itu masih dalam tahap stadium awal. Hal itu membuat ibu Lily tak perlu melakukan kemoterapi. Jadi, cukup dengan radiasi 25 kali.
Baca juga: Cegah Kanker Payudara, Kenali Risikonya Yuk!
Sebab, semakin lama menunda, kemungkinan stadium kanker bertambah menjadi lebih besar. Jika sudah dalam stadium akhir, kanker termasuk penyakit yang sulit disembuhkan.
Samuel menjelaskan bahwa kanker stadium 1 memiliki kemungkinan sembuh sebesar 100 persen. Jika sampai pada stadium kedua, kemungkinan sembuh menjadi 93 persen. Pada stadium tiga, angkanya makin turun menjadi 72 persen. Begitu sampai pada stadium 4, angka kesembuhan hanya tinggal 22 persen.
“Lalu kapan mulai melakukan deteksi dini? Rekor paling muda kanker payudara sudah dialami oleh anak-anak berusia belasan tahun. Jadi, lebih dini lebih baik,” ujar Samuel.
Untuk tahap awal, pengecekan kanker payudara bisa dilakukan dengan cara SADARI atau periksa payudara sendiri. Caranya ialah dengan menggunakan pandangan mata dan rabaan tangan untuk mendeteksi adanya benjolan. Kemudian, masyarakat juga bisa melakukan SADANIS atau pemeriksaan payudara klinis.
Namun, yang perlu diingat ialah SADARI dan SADANIS tidak menggantikan peran USG dan mamografi untuk deteksi yang lebih detail.
Baca juga: Buku Panduan Navigasi Bagi Pasien Kanker Payudara Diluncurkan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
“Dunia seperti runtuh” adalah kata pertama yang ibu Lily ucapkan saat menceritakan hidupnya dalam menghadapi masa-masa sulit itu. Ada banyak pertanyaan yang bergelayut di kepalanya. Berkali-kali, ibu Lily ingin memprotes kenapa harus dirinya yang harus terkena penyakit ini, tetapi entah ke siapa.
Semangatnya pelan-pelan meredup saat itu. Namun, dukungan keluarga kemudian menguatkannya kembali. Ada semangat baru untuk sembuh dan menjalani proses pengobatan dengan baik.
Baca juga: Melawan Stigma, Kanker Payudara Bukan Sebuah Kutukan
“Kanker itu bukan akhir dari hidup, tetapi awal dari hidup. Penyakit ini mengajarkan saya bersyukur. Mungkin selama ini saya sehat, tetapi setelah diberi sakit saya lebih intropeksi diri dan memperbaiki diri,” ujar ibu Lily dalam acara diskusi Close the Care Gap: Siloam Initiates Massive Breast Cancer Early Detection to Save More Lives.
Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id
Ibu Lily bercerita bahwa sebelum terkena kanker payudara, dirinya sama sekali tidak memiliki gejala tertentu. Kehidupannya berjalan normal seperti orang pada umumnya. Akan tetapi, siapa sangka kanker telah bersarang di tubuhnya.
Beruntungnya, dirinya termasuk ibu-ibu yang suka melakukan screening. Saat itu, bersama kawan-kawannya, ibu Lily mencoba melakukan screening untuk tujuan deteksi dini.
Dari hasil screening itu, ibu Lily baru menyadari bahwa ada benjolan padat sebesar 1 cm di payudara sebelah kiri. Dirinya pun langsung menjalani rangkaian penyembuhan agar kanker di tubuhnya bisa hilang.
Kanker sebesar 1 cm itu masih dalam tahap stadium awal. Hal itu membuat ibu Lily tak perlu melakukan kemoterapi. Jadi, cukup dengan radiasi 25 kali.
Baca juga: Cegah Kanker Payudara, Kenali Risikonya Yuk!
Harapan Besar dari Deteksi Lebih Awal
Ketua Breast Cancer Care Alliance (BCCA) Rumah Sakit MRCCC Siloam Samuel J Haryono mengatakan kanker yang dideteksi dalam stadium awal memiliki kemungkinan sembuh lebih besar. Fakta ini seharusnya membuat semua orang tidak takut untuk melakukan deteksi kanker payudara.Sebab, semakin lama menunda, kemungkinan stadium kanker bertambah menjadi lebih besar. Jika sudah dalam stadium akhir, kanker termasuk penyakit yang sulit disembuhkan.
Samuel menjelaskan bahwa kanker stadium 1 memiliki kemungkinan sembuh sebesar 100 persen. Jika sampai pada stadium kedua, kemungkinan sembuh menjadi 93 persen. Pada stadium tiga, angkanya makin turun menjadi 72 persen. Begitu sampai pada stadium 4, angka kesembuhan hanya tinggal 22 persen.
“Lalu kapan mulai melakukan deteksi dini? Rekor paling muda kanker payudara sudah dialami oleh anak-anak berusia belasan tahun. Jadi, lebih dini lebih baik,” ujar Samuel.
Untuk tahap awal, pengecekan kanker payudara bisa dilakukan dengan cara SADARI atau periksa payudara sendiri. Caranya ialah dengan menggunakan pandangan mata dan rabaan tangan untuk mendeteksi adanya benjolan. Kemudian, masyarakat juga bisa melakukan SADANIS atau pemeriksaan payudara klinis.
Namun, yang perlu diingat ialah SADARI dan SADANIS tidak menggantikan peran USG dan mamografi untuk deteksi yang lebih detail.
Baca juga: Buku Panduan Navigasi Bagi Pasien Kanker Payudara Diluncurkan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.