Hypereport: Asupan Gizi Tetap Terjaga Meski Jauh dari Rumah
22 January 2023 |
17:00 WIB
Bagi Ahmad Fajrin, salah seorang pegawai di sebuah perusahaan swasta, kesehatan adalah yang utama. Selain berolahraga, makanan juga menjadi faktor penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Jadi, mengontrol asupan gizi yang tepat merupakan kegiatan yang wajib.
Pria yang kerap disapa Fajrin itu tetap berusaha menjaga asupan sehari-hari meskipun jauh dari orang tua, dan tinggal sendiri di tempat kost di Cilandak, Jakarta. Dia tidak mengonsumsi makanan – makanan seperti gorengan yang dijual di luar dengan kondisi minyak yang kerap digunakan berkali-kali. Kemudian, dia juga menghindari untuk mengonsumsi makanan cepat saji yang banyak dijual.
Sebagai bagian menjaga kesehatan dan memenuhi asupan gizi, buah dan sayur – sayuran adalah makanan yang tidak pernah alpha setiap harinya. Selain itu, dia juga kerap mengonsumsi vitamin setiap hari.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Berbagi Kisah Sukses Diet yang Bukan Untuk Ditiru
2. Hypereport: Intaian Gula dalam Gaya Hidup, Makanan & Minuman Viral
3. Hypereport: Menakar Efek Pola Makan Sehat
Pada pagi hari, makanan seperti oatmeal atau muesli menjadi menu yang kerap disantap untuk sarapan setiap pagi. Bukan tanpa sebab, dirinya rutin mengonsumsi kedua makanan itu guna mengurangi kadar kolesterol yang ada di dalam tubuh.
Fajrin sadar, memiliki kolesterol tinggi yang harus membuatnya menjaga asupan gizi harian. Tidak hanya kolesterol, asam urat yang diderita juga membuatnya lebih ketat dalam mengonsumsi makanan tertentu. Dia menuturkan bahwa dirinya perlu mengeluarkan uang yang sedikit lebih banyak ketika memperhatikan makanan yang dikonsumsi, dan tidak sembarangan makan.
Fajrin adalah satu dari banyak generasi milenial yang memperhatikan makanan sehat. Namun, tak sedikit pula generasi milenial dan Z yang tidak menerapkan pola makanan sehat, bahkan cenderung abai tentang kandungan gizi yang terdapat di dalam makanan.
Ahli Gizi dr. Inge Permadi menuturkan makin banyak generasi milenial dan Z yang peduli akan kesehatan. Kepedulian generasi milenial dan Z akan makanan kesehatan tidak lepas dari beragam informasi yang dapat diakses seiring perkembangan teknologi internet. Tidak hanya itu, mereka juga menjadi lebih peduli lantaran melihat lingkungan sekitar.
Keluarga yang memiliki penyakit tertentu membuat generasi milenial dan Z enggan mengalami hal yang sama. Selain itu, pemeriksaan kesehatan atau medical check up yang kerap diadakan oleh perusahaan untuk karyawan juga membuat mereka sadar akan kondisi kesehatannya.
“Kalau tidak melihat dengan bukti bahwa tidak sehat biasanya tenang saja. Lihat bukti tidak sehat, dan [contoh] orang tua mengalami. Biasanya menyadarkan untuk kembali ke jalan yang ‘benar’,” katanya.
Menurutnya, generasi milenial dan Z bisa hidup sehat jika memang mau untuk hidup sehat. Namun, menerapkan pola hidup sehat kerap agak sulit dilakukan di tengah maraknya makanan cepat saji atau makanan tinggi kalori. Terlebih ketika mereka tinggal sendiri.
Meski demikian, mereka yang jauh dari orang tua tetap dapat menerapkan hidup sehat dengan makan sehat dengan mencoba belajar menyiapkan makanan sendiri dalam memenuhi kebutuhan makanan daripada mengonsumsi makanan ultra proses atau beli makanan jadi.
Selain sehat, memasak makanan yang hendak dikonsumsi bersama-sama juga akan lebih murah. Saat memasak makanan yang hendak dimakan sendiri, biasanya individu akan memikirkan banyak hal, termasuk kesehatan.
Jadi, bahan makanan yang hendak digunakan, bumbu seperti garam, minyak goreng, dan sebagainya akan menjadi pertimbangan agar dapat tetap memberikan kesehatan bagi tubuh. Sementara terkait dengan menu makanan, dia menuturkan sesuai dengan panduan Isi Piringku dari Kementerian Kesehatan.
Senada, Dokter Tan Shot Yen menuturkan generasi milenial dan Z yang tinggal sendiri atau merantau tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal untuk memenuhi asupan gizi harian yang tepat dan sehat selama memenuhi isi piringku dengan pangan lokal di tempat yang ditinggali.
“Justru jatuhnya sangat murah. Tubuh manusia membutuhkan gizi seimbang di mana pun dia tinggal," katanya.
Dalam memenuhi kebutuhan gizi dan makanan yang sehat, memasak sendiri jauh lebih baik dibandingkan dengan membeli. Tak hanya itu, sejumlah studi turut menunjukkan bahwa risiko kesehatan meningkat ketika seseorang terlalu sering membeli makanan dari luar.
Dokter Tan juga menjelaskan, meski beberapa restoran menyediakan makanan berkualitas tinggi, makanan yang dibuat di rumah jauh lebih sehat, terutama dari rantai makanan cepat saji. Bukti telah menunjukkan bahwa makanan dari luar cenderung lebih tinggi dalam kepadatan energi, lemak, dan natrium, dan rendah akan aspek buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan nutrisi pelindung seperti serat makanan dan antioksidan.
“Orang berjualan makanan tidak membuat Anda lebih sehat, tapi membuat Anda balik lagi ke dia,” katanya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Pria yang kerap disapa Fajrin itu tetap berusaha menjaga asupan sehari-hari meskipun jauh dari orang tua, dan tinggal sendiri di tempat kost di Cilandak, Jakarta. Dia tidak mengonsumsi makanan – makanan seperti gorengan yang dijual di luar dengan kondisi minyak yang kerap digunakan berkali-kali. Kemudian, dia juga menghindari untuk mengonsumsi makanan cepat saji yang banyak dijual.
Sebagai bagian menjaga kesehatan dan memenuhi asupan gizi, buah dan sayur – sayuran adalah makanan yang tidak pernah alpha setiap harinya. Selain itu, dia juga kerap mengonsumsi vitamin setiap hari.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Berbagi Kisah Sukses Diet yang Bukan Untuk Ditiru
2. Hypereport: Intaian Gula dalam Gaya Hidup, Makanan & Minuman Viral
3. Hypereport: Menakar Efek Pola Makan Sehat
Pada pagi hari, makanan seperti oatmeal atau muesli menjadi menu yang kerap disantap untuk sarapan setiap pagi. Bukan tanpa sebab, dirinya rutin mengonsumsi kedua makanan itu guna mengurangi kadar kolesterol yang ada di dalam tubuh.
Fajrin sadar, memiliki kolesterol tinggi yang harus membuatnya menjaga asupan gizi harian. Tidak hanya kolesterol, asam urat yang diderita juga membuatnya lebih ketat dalam mengonsumsi makanan tertentu. Dia menuturkan bahwa dirinya perlu mengeluarkan uang yang sedikit lebih banyak ketika memperhatikan makanan yang dikonsumsi, dan tidak sembarangan makan.
Fajrin adalah satu dari banyak generasi milenial yang memperhatikan makanan sehat. Namun, tak sedikit pula generasi milenial dan Z yang tidak menerapkan pola makanan sehat, bahkan cenderung abai tentang kandungan gizi yang terdapat di dalam makanan.
Ahli Gizi dr. Inge Permadi menuturkan makin banyak generasi milenial dan Z yang peduli akan kesehatan. Kepedulian generasi milenial dan Z akan makanan kesehatan tidak lepas dari beragam informasi yang dapat diakses seiring perkembangan teknologi internet. Tidak hanya itu, mereka juga menjadi lebih peduli lantaran melihat lingkungan sekitar.
Keluarga yang memiliki penyakit tertentu membuat generasi milenial dan Z enggan mengalami hal yang sama. Selain itu, pemeriksaan kesehatan atau medical check up yang kerap diadakan oleh perusahaan untuk karyawan juga membuat mereka sadar akan kondisi kesehatannya.
“Kalau tidak melihat dengan bukti bahwa tidak sehat biasanya tenang saja. Lihat bukti tidak sehat, dan [contoh] orang tua mengalami. Biasanya menyadarkan untuk kembali ke jalan yang ‘benar’,” katanya.
Menurutnya, generasi milenial dan Z bisa hidup sehat jika memang mau untuk hidup sehat. Namun, menerapkan pola hidup sehat kerap agak sulit dilakukan di tengah maraknya makanan cepat saji atau makanan tinggi kalori. Terlebih ketika mereka tinggal sendiri.
Meski demikian, mereka yang jauh dari orang tua tetap dapat menerapkan hidup sehat dengan makan sehat dengan mencoba belajar menyiapkan makanan sendiri dalam memenuhi kebutuhan makanan daripada mengonsumsi makanan ultra proses atau beli makanan jadi.
Selain sehat, memasak makanan yang hendak dikonsumsi bersama-sama juga akan lebih murah. Saat memasak makanan yang hendak dimakan sendiri, biasanya individu akan memikirkan banyak hal, termasuk kesehatan.
Jadi, bahan makanan yang hendak digunakan, bumbu seperti garam, minyak goreng, dan sebagainya akan menjadi pertimbangan agar dapat tetap memberikan kesehatan bagi tubuh. Sementara terkait dengan menu makanan, dia menuturkan sesuai dengan panduan Isi Piringku dari Kementerian Kesehatan.
Senada, Dokter Tan Shot Yen menuturkan generasi milenial dan Z yang tinggal sendiri atau merantau tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal untuk memenuhi asupan gizi harian yang tepat dan sehat selama memenuhi isi piringku dengan pangan lokal di tempat yang ditinggali.
“Justru jatuhnya sangat murah. Tubuh manusia membutuhkan gizi seimbang di mana pun dia tinggal," katanya.
Dalam memenuhi kebutuhan gizi dan makanan yang sehat, memasak sendiri jauh lebih baik dibandingkan dengan membeli. Tak hanya itu, sejumlah studi turut menunjukkan bahwa risiko kesehatan meningkat ketika seseorang terlalu sering membeli makanan dari luar.
Dokter Tan juga menjelaskan, meski beberapa restoran menyediakan makanan berkualitas tinggi, makanan yang dibuat di rumah jauh lebih sehat, terutama dari rantai makanan cepat saji. Bukti telah menunjukkan bahwa makanan dari luar cenderung lebih tinggi dalam kepadatan energi, lemak, dan natrium, dan rendah akan aspek buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan nutrisi pelindung seperti serat makanan dan antioksidan.
“Orang berjualan makanan tidak membuat Anda lebih sehat, tapi membuat Anda balik lagi ke dia,” katanya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.