Ilustrasi diet yang menyiksa (dok: Unsplash/engin aykurt)

Mau Diet Detoks? Awas Jangan Sembarangan Lho

19 May 2021   |   18:09 WIB
Image
Rezha Hadyan Hypeabis.id

Menjadi sehat, bugar, dan postur tubuh yang proporsional masih akan menjadi tren yang diminati terutama setelah proses pandemi Covid-19 yang mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan. Salah satu yang cukup diminati untuk bisa menurunkan berat badan dan menjaga kesehatan adalah melalui metode detoksifikasi.

Tips dengan fokus menjaga pola dan asupan makan untuk mengeluarkan racun dalam tubuh ini diyakini punya manfaat yang besar dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Misalnya saja jangka pendek detoksifikasi memberi janji bisa menghilangkan jerawat, tumpukan kolesterol terbuang, bebas maag dan GERD, PCOS dan kits membaik secara alami, serta jarang pusing dan sakit kepala.

Sementara dalam jangka panjang, detoksifikasi bisa menurunkan berat badan dan menjaganya tetap stabil menstruasi bagi perempuan lebih lancar dan tidak terasa sakit, pikiran pun menjadi lebih fokus, penyakit yang diderita sembuh dengan lebih cepat, serta pola makan lebih teratur sehingga keinginan nyemil pun berkurang.

Ilmuwan nutrisi Dr. Matthew Lantz Blaylock, mengatakan gaya hidup sehat untuk mencapai tubuh yang ideal terdiri dari 70 persen asupan gizi dan 30 persen olahraga.

Di saat terus berada di rumah dan tidak bisa berolahraga secara intensif seperti pergi ke gym atau melakukan olahraga lainnya, kalian bisa melakukan gerakan-gerakan ringan untuk tetap aktif bergerak.

Selain itu, porsi makanan yang dianjurkan terdiri dari 40 persen-60 persen karbohidrat, 20-30 persen lemak, dan 15-20 persen protein. Matthew menegaskan, sangat penting untuk bisa mencapai body goal dengan mengonsumsi makanan yang bervariasi dan mengubah menu makanan setiap harinya.

Ahli Gizi dr. Tan Shot Yen mengatakan, ada beberapa ciri diet yang salah dan masih sering dilakukan.

Pertama, kerap kali untuk mencapai body goals yang dimakan dan diminum justru bukan hal yang lazim di lingkungan dan keseharian hidup.
 

Diet/Endoc

Diet/Endoc



Kedua, diet yang dilakukan tanpa berkonsultasi misalnya, menghilangkan karbohidrat, protein, dan lemak.

Ketiga, diet yang dilakukan dengan mengurangi serapan makanan. Caranya dengan tidak makan, dan hanya mengonsumsi satu jenis makanan saja.

Keempat, adalah menggunakan istilah detoks tanpa menyeimbangkan pasokan dalam tubuh.

Kelima, rendahnya literasi pasien tentang pentingnya asupan gizi sehingga membuat pasien beralih ke pengobatan herbal tanpa studi kasus medis yang jelas.

“Memakai metode herbal harus dilihat, kalau itu menekan nafsu makan seseorang, nanti kebutuhan gizi menjadi kacau bisa malnutrisi. Atau jika pengobatan herbal membuat usus tak menyerap lemak, semua vitamin yang larut dalam lemak seperti A, D, E, K akan ikut melorot, hormon jadi kacau,” tutur Tan.

Tan menilai, pentingnya pasien berkonsultasi dan skeptis terhadap efektivitas kerja obat herbal untuk diet. Dia mengingatkan dalam mencapai badan ideal dan sehat sangat penting untuk berdialog dengan pakar yang memiliki lisensi.

Oleh sebab itu, dia menilai agar ragam peluang informasi untuk second opinion harus membantu pasien lebih terinformasi bukan dirugikan. 

Editor: M R Purboyo

SEBELUMNYA

Wow, Sotheby's Akan Lelang Karya Para Seniman NFT

BERIKUTNYA

Siap Rilis Judul Baru, Nintendo Switch Online Bakal Capai 104 Gim

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: