Pameran Seraut Wajah Indonesia di Kanvas Kita di Bentara Budaya, Jakarta (Sumber gambar: Bentara Budaya)

Melihat Wajah Keberagaman Indonesia di Atas Kanvas Para Seniman

05 October 2022   |   11:30 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Like
Siang itu cuaca kota Jakarta sangat terik. Di sebuah rumah Joglo dengan desain khas dan halaman yang luas, sayup-sayup suara rekaman gamelan Jawa diputar. Di salah satu ruangan, terpajang puluhan lukisan yang menjadi bagian dari pameran Seraut Wajah Indonesia di Kanvas Kita oleh Bentara Budaya.

Pameran yang digelar untuk merayakan hari ulang tahun ke-40 Bentara Budaya itu menampilkan 77 karya dari 40 seniman lintas zaman, yang merupakan koleksi milik Bentara Budaya. Angka 77 sendiri mewakili peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang memasuki usia serupa, sedangkan angka 40 merujuk pada usia Bentara Budaya tahun ini, yang memasuki empat dekade. 

Kata Indonesia dalam tema kuratorial pameran ini diwakili oleh karya-karya yang menampilkan ragam gambaran negeri Pertiwi. Mulai dari pemandangan alam yang indah, kekayaan flora fauna yang eksotik, hingga adat budaya yang begitu beragam.

Ditampilkan juga dengan sosok manusia Indonesia dengan wajah yang khas, seperti roman dan gesture petani di sawah atau suasana rakyat di pasar. Termasuk ragam sosial budaya atau peristiwa dahsyat yang punya pengaruh besar bagi seluruh lapisan masyarakat. 

Baca juga: Ulang Tahun ke-40, Bentara Budaya Suguhkan Ragam Acara Kesenian & Kebudayaan

"Kami ingin karya-karya yang dibuat oleh para [perupa] pendahulu itu tetap relevan dengan saat ini, agar anak-anak milenial itu bisa paham," kata Kurator Bentara Budaya, Efix Mulyadi, kepada Hypeabis.id belum lama ini. 

Seperti namanya, pameran Seraut Wajah Indonesia di Kanvas Kita coba menampilkan karya dari para perupa lintas zaman, yang dinilai telah merepresentasikan atau lebih tepatnya menuangkan arti Indonesia dalam karya seni mereka.

Bentuk ke-Indonesia-an itu dapat disibak dari perjalanan sejarah seni rupa yang dimulai dari periode seniman Raden Saleh, perintis seni rupa modern. Misalnya melalui lukisan  berjiwa 'kethok' atau jujur dan mengekspresikan bangsa Indonesia senyatanya dalam lukisan para seniman Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi).

Baca juga: Yuk Kenalan dengan Para Pelukis Perang di Tanah Air
 

d

Gerilya (S. Sudjojono, 1968, dimensi 250x14 cm, cat minyak di atas kanvas)- Sumber gambar: Bentara Budaya

Ketika Indonesia masih diperjuangkan, termasuk lewat perang gerilya, maka kanvas-kanvas pelukis Persagi juga kerap dipenuhi gambar para gerilyawan, pengungsian, perang, atau perjuangan. Setidaknya, mereka terbiasa menggambar keseharian rakyat di desa-desa. Dalam pameran, kondisi tersebut salah satunya dapat dilihat dari lukisan Gerilya (1968) karya S. Sudjojono.

Lukisan berdimensi 250x14 cm itu dengan media cat minyak di atas kanvas itu menampilkan keindahan alam pegunungan. Di sudut halaman rumah yang terlindung oleh banyak pepohonan, sepasang suami-istri beserta anak perempuan tengah bercanda dengan si bungsu.

Sementara itu, dua lelaki yang terlibat dalam kegembiraan itu tampak tegang dan terlihat dalam posisi siaga. Merekalah para gerilyawan semasa revolusi yang dilukiskan secara realis oleh Sudjojono. Dengan warna-warna berat dan gelap, karya ini digarap dengan penjiwaan yang baik dan kuat, menciptakan suasana yang temaram sekaligus menyentuh.

"Jejak semangat keindonesiaan bisa kita telusuri dari berbagai karya yang disodorkan kepada kita oleh para perupa lama yang semuanya penganut modernisme," imbuh Efix. 

Selain S. Sudjojono, sederet nama perupa yang karyanya ditampilkan dalam pameran ini pun cenderung tak asing lagi di telinga, karena sebagian besar diantaranya merupakan maestro seni lukis Indonesia seperti Hendra Gunawan, Affandi, Basuki Abdullah, Masmundari, Nashar, dan masih banyak lagi. 

Baca juga: Tidak Hanya Old Master, Ini 4 Seniman Muda Indonesia yang Karyanya Mendunia
 

Kurasi Karya

Dalam proses kurasinya, Efix menuturkan karya-karya yang ditampilkan dalam pameran dipilih berdasarkan konteksnya yang paling mewakili tema. Setelah itu, dilihat pula dari sisi “ketokohan” sang pelukis itu sendiri, serta peran dan pengaruhnya secara umum di dalam lingkungan pergaulan seni.

Dia pun menilai bahwa sesudah periode para perupa era modernisme tersebut, laju perkembangan seni rupa di Indonesia saat ini sangat pesat. Hal ini salah satunya dipicu oleh fenomena gerakan seni rupa baru yang membuat banyak seniman tidak lagi mengikuti pakem-pakem dalam kanonisasi seni rupa di Barat, seperti impresionisme atau abstrakisme.

"Batas-batas antara bentuk-bentuk ekspresi itu begitu cair belakangan ini, dan Indonesia seperti juga banyak negara lain masuk ke masa-masa pasca modern," ujar Efix. 
1
2


SEBELUMNYA

5 Tips Desain Etnik untuk Interior, Bikin Rumah Makin Klasik

BERIKUTNYA

Lincah & Humor Penari Balet Italia dalam Pertunjukan Balloon!

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: