Incantation, Film Horor Taiwan tentang Kutukan dari Larangan Agama
09 July 2022 |
15:24 WIB
1
Like
Like
Like
Namun, beberapa klaim dan laporan ini tidak pernah dikonfirmasi oleh sang sutradara. Comicbook menulis bahwa sutradara dari film Invitation Only (2009) dan A-Choo (2020) itu hanya menyebutkan bahwa film tersebut terinspirasi dari sebuah kisah nyata di Taiwan yang berkaitan dengan keluarga pemuja sekte tertentu.
Meski tidak ada respons terinci atas kejadian tersebut, Kevin Ko tetap menyatakan bahwa inspirasinya juga berasal dari berbagai budaya internet. Dia menyebutkan bahwa thread forum komunitas, testimoni dalam kolom komentar atau video Youtube, hingga rentetan kiriman surel (email) adalah beberapa inspirasinya.
Inspirasi lainnya juga datang dari beberapa film Asia yang hit seperti Ring atau Ringu, Ju-On, One Missed Call, dan Dark Water dari Jepang serta The Eye dari Hong Kong. Baginya, film horor Asia memiliki kelembutan yang bisa menggerakkan hati bahkan memulihkan seseorang, di saat yang sama juga memiliki gore atau kekerasan brutal yang eksplisit.
Baca Juga : Rekomandasi! 6 Film Horor Thailand yang Wajib Kalian Tonton
Pada 18 Maret 2022, film ini pertama kalinya tayang di bioskop domestik di Taiwan. RTI melaporkan bahwa per awal April 2022, film ini berhasil mendapatkan keuntungan sebesar 100 juta dolar Taiwan dan direspons cukup baik oleh publik saat dua pekan penayangan.
Respons yang diterima sebagian besar cukup baik. Sejumlah kritikus dan penggemar film menyatakan bahwa karya sinematik tersebut menawarkan ketegangan dan kisah yang kental dengan supranatural yang dekat dengan masyarakat Asia.
Meski jumlah penonton yang hadir untuk menyaksikan film ini tidak dijelaskan secara rinci, Incantation dianggap sebagai salah satu film lokal dengan pendapatan tertinggi pada tahun ini sejak film The Tag Along 2 (2015). Dampak ini juga mulai dirasakan kala beberapa film seperti The Rope Curse (2018), Detention (2019), dan The Bridge Curse (2020) ikut populer setelahnya.
Peningkatan ini terjadi bersamaan dengan fenomena a year of terror atau setahun penuh teror di Taiwan dengan banyaknya film horor yang rilis selama 2022. Sebagaimana dilansir The Hollywood Reporter, film ini dianggap meningkatkan kepopuleran film horor dan bisa meningkatkan pemulihan industri film Taiwan.
Namun, respons kritikus bervariasi untuk film ini. Han Cheung dari Taipei News menganggap film ini memiliki elemen interaktif yang penting dalam plot, tapi beberapa hal justru dipandang kurang menarik seperti cerita yang kurang mendasari ketakutan dan tokohnya yang kurang masuk akal. Tidak hanya itu, film ini juga dinilai kurang bervariasi dalam gaya sinematografi karena menggunakan penggambaran serupa.
Meski demikian, film ini dianggap mampu memberikan ketegangan melalui adegan dan penampilan aktris Tsai Hsuan-yen yang realistis. Far East Film Festival memberi ulasan bahwa film ini memiliki dua elemen yang membawa keseraman dalam tingkatan yang berbeda: tokoh yang harus membayar perbuatannya atas hal yang seharusnya tidak mereka lakukan dan hal-hal yang tidak bisa dilihat dalam kegelapan selalu lebih seram.
Editor : Syaiful Millah
Meski tidak ada respons terinci atas kejadian tersebut, Kevin Ko tetap menyatakan bahwa inspirasinya juga berasal dari berbagai budaya internet. Dia menyebutkan bahwa thread forum komunitas, testimoni dalam kolom komentar atau video Youtube, hingga rentetan kiriman surel (email) adalah beberapa inspirasinya.
Inspirasi lainnya juga datang dari beberapa film Asia yang hit seperti Ring atau Ringu, Ju-On, One Missed Call, dan Dark Water dari Jepang serta The Eye dari Hong Kong. Baginya, film horor Asia memiliki kelembutan yang bisa menggerakkan hati bahkan memulihkan seseorang, di saat yang sama juga memiliki gore atau kekerasan brutal yang eksplisit.
Baca Juga : Rekomandasi! 6 Film Horor Thailand yang Wajib Kalian Tonton
Respons Publik dan Kritikus
Cuplikan film Incantation. (Sumber gambar: Far East Film Festival)
Cuplikan film Incantation. (Sumber gambar: Far East Film Festival)
Pada 18 Maret 2022, film ini pertama kalinya tayang di bioskop domestik di Taiwan. RTI melaporkan bahwa per awal April 2022, film ini berhasil mendapatkan keuntungan sebesar 100 juta dolar Taiwan dan direspons cukup baik oleh publik saat dua pekan penayangan.
Respons yang diterima sebagian besar cukup baik. Sejumlah kritikus dan penggemar film menyatakan bahwa karya sinematik tersebut menawarkan ketegangan dan kisah yang kental dengan supranatural yang dekat dengan masyarakat Asia.
Meski jumlah penonton yang hadir untuk menyaksikan film ini tidak dijelaskan secara rinci, Incantation dianggap sebagai salah satu film lokal dengan pendapatan tertinggi pada tahun ini sejak film The Tag Along 2 (2015). Dampak ini juga mulai dirasakan kala beberapa film seperti The Rope Curse (2018), Detention (2019), dan The Bridge Curse (2020) ikut populer setelahnya.
Peningkatan ini terjadi bersamaan dengan fenomena a year of terror atau setahun penuh teror di Taiwan dengan banyaknya film horor yang rilis selama 2022. Sebagaimana dilansir The Hollywood Reporter, film ini dianggap meningkatkan kepopuleran film horor dan bisa meningkatkan pemulihan industri film Taiwan.
Namun, respons kritikus bervariasi untuk film ini. Han Cheung dari Taipei News menganggap film ini memiliki elemen interaktif yang penting dalam plot, tapi beberapa hal justru dipandang kurang menarik seperti cerita yang kurang mendasari ketakutan dan tokohnya yang kurang masuk akal. Tidak hanya itu, film ini juga dinilai kurang bervariasi dalam gaya sinematografi karena menggunakan penggambaran serupa.
Baca Juga : Merinding! Ini Rekomendasi Film Thriller dan Horor saat Ngabuburit
Beda versi ulasan disampaikan oleh Andrew Heskins dari Eastern Kicks yang menyebutkan bahwa Incantation memiliki kekuatan pada ide found footage dan menjadikannya dua rangkaian kronologi berbeda: masa lalu dan masa kini. Akan tetapi, dia juga beranggapan bahwa perangkat visual yang digunakan untuk memaksimalkan konsep ini justru menjadikan penonton bingung dalam beberapa hal.Meski demikian, film ini dianggap mampu memberikan ketegangan melalui adegan dan penampilan aktris Tsai Hsuan-yen yang realistis. Far East Film Festival memberi ulasan bahwa film ini memiliki dua elemen yang membawa keseraman dalam tingkatan yang berbeda: tokoh yang harus membayar perbuatannya atas hal yang seharusnya tidak mereka lakukan dan hal-hal yang tidak bisa dilihat dalam kegelapan selalu lebih seram.
Editor : Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.