Begini Cara Memutus Rantai Generasi Sandwich
21 May 2022 |
15:37 WIB
Idealnya bila seseorang sudah memiliki penghasilan, maka dia akan memanfaatkan pencapaiannya itu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Adapun, jika dia sudah berkeluarga, maka seluruh pendapatannya akan dikerahkan untuk famili. Namun, ada beberapa orang yang berada dalam kondisi berbeda.
Kendati sudah bekerja atau memiliki penghasilan sendiri, mereka masih harus berbagi penghasilan dengan keluarga lainnya. Misalnya, mereka memiliki tanggung jawab untuk menafkahi orang tua atau adik-adiknya. Berada dalam situasi terhimpit, mereka adalah generasi roti lapis (sandwich generation).
Baca juga: 5 Tips Sejahtera Finansial pada Hari Tua
Istilah ini dipakai untuk menggambarkan orang-orang di usia paruh baya (middle age) yang terjepit (sandwiched) dalam memenuhi kebutuhan anak-anak mereka dan juga orang tuanya dari mulai kebutuhan finansial sehari-hari hingga kesehatan secara bersamaan.
Berdasarkan survei Pew Research Center pada 2013 disebutkan hampir 47% orang-orang yang berusia 40-50 tahun memiliki orang tua yang berusia 65 tahun atau lebih, dan juga sedang membesarkan anak yang berusia 18 tahun atau lebih, dan sekitar 15% di antaranya bertanggung jawab terhadap kebutuhan finansial orang tua dan anaknya.
Baca juga: 6 Tips Praktis Biar Tambah Melek Finansial
Bahkan, dia menilai tidak begitu banyak yang memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup bagaimana mengelola keuangan mereka.
“Sering kali diundang untuk [seminar] persiapan pensiun di beberapa perusahaan, ternyata faktanya mereka baru mempersiapkan masa pensiunnya pada 2-3 tahun sebelum pensiun, atau bahkan satu tahun sebelumnya,” tutur Andoko.
Perencana keuangan ZAP Finance Prita Hapsari Ghozie menambahkan bahwa selain lalai mempersiapkan masa pensiun, faktor lain yang menyebabkan terjadi generasi sandwich adalah lantaran seseorang tidak memperhitungkan kebutuhan primer dengan baik, bahkan mendahulukan keinginan-keinginan yang bersifat tersier.
“Selain itu juga karena tidak memiliki asuransi kesehatan, sehingga saat sakit membutuhkan bantuan dana dari orang lain, “ tambah Prita.
Apabila hal tersebut benar-benar terjadi, generasi sandwich memiliki tantangan yang berat lantaran memiliki potensi terkurasnya keuangan karena kesulitan untuk mengelola hidup di masa sekarang dan masa depan.
Baca juga: Simak Hacks Keuangan ala Financial Planner Ini buat Kamu yang Baru Mulai Bekerja
Perencanaan yang matang adalah kunci untuk memutus rantai generasi sandwich. Memutus rantai bukan berarti menghentikan dukungan finansial untuk orang tua, pasalnya bagaimanapun orang tua juga menjadi kewajiban.
Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah memulai menata tujuan keuangan pada masa akan datang. Menghitung dengan cermat antara beban biaya hidup sehari-hari, dan biaya hidup saat pensiun, sehingga akan membuat hari senja menjadi lebih bernilai tanpa membebani anak-anak pada kemudian hari.
Sebagai ilustrasi perhitungan dana pensiun, katakanlah anda saat ini berusia 25 tahun, masa pensiun datang saat anda usia 55 tahun. Selama satu tahun penghasilan yang didapatkan adalah Rp60 juta. Gaya hidup pensiun dari gaji adalah sebesar 70%.
Baca juga: Mudah Tertipu, Literasi Keuangan Masyarakat Indonesia Masih Rendah
Dia melanjutkan, semakin menunda untuk merencanakan masa tua maka akan semakin besar pula beban persentase investasi setiap tahunnya, untuk mencapai target masa tua seperti yang diinginkan. Belum lagi jika harus menanggung biaya kehidupan orang tua dan juga anak-anak.
Memutuskan generasi sandwich memang tidak mudah di tengah situasi ekonomi yang semakin kompleks, dan kebutuhan dan biaya hidup pun terus meningkat. Setiap generasi pasti memiliki tantangannya masing-masing.
“Apalagi bisa jadi di masa yang akan datang persaingan anak-anak kita jauh lebih besar dibandingkan dengan persaingan yang kita hadapi sekarang, baik dari sisi pekerjaan atau gaya hidup yang lebih kompleks,” paparnya.
Selain itu, Andoko mencermati sering kali orang tua telah menyiapkan dana untuk pernikahan ataupun warisan untuk anaknya. Meskipun hal tersebut sudah menjadi kewajiban, namun jangan sampai mereka melupakan menyiapkan dana untuk dirinya sendiri.
“Karena begitu pensiun mereka harus mempertahankan gaya hidup mereka paling tidak sebesar 70%,” jelasnya.
Baca juga: Perhatikan 2 Hal Penting ini Agar Ketahanan Finansial Kalian Terjaga
Adapun, beberapa orang juga melakukan investasi dengan membeli tanah atau properti yang menghasilkan seperti kontrakan atau kos-kosan. “Ini dapat menjadi pemasukan lainnya yang dapat mengganti gaji saat pensiun nanti,” tambahnya. (Bisnis Indonesia Weekly)
Editor: Dika Irawan
Kendati sudah bekerja atau memiliki penghasilan sendiri, mereka masih harus berbagi penghasilan dengan keluarga lainnya. Misalnya, mereka memiliki tanggung jawab untuk menafkahi orang tua atau adik-adiknya. Berada dalam situasi terhimpit, mereka adalah generasi roti lapis (sandwich generation).
Apa itu Generasi Sandwich
Sandwich generation merupakan istilah bagi orang-orang yang terhimpit secara finansial untuk mencukupi kebutuhan banyak pihak, tak hanya dirinya tetapi juga anak-anak bahkan orang tuanya dalam waktu bersamaan. Sebenarnya istilah ini pertama kali dikemukakan oleh pekerja sosial bernama Dorothy Miller pada 1981.Baca juga: 5 Tips Sejahtera Finansial pada Hari Tua
Istilah ini dipakai untuk menggambarkan orang-orang di usia paruh baya (middle age) yang terjepit (sandwiched) dalam memenuhi kebutuhan anak-anak mereka dan juga orang tuanya dari mulai kebutuhan finansial sehari-hari hingga kesehatan secara bersamaan.
Berdasarkan survei Pew Research Center pada 2013 disebutkan hampir 47% orang-orang yang berusia 40-50 tahun memiliki orang tua yang berusia 65 tahun atau lebih, dan juga sedang membesarkan anak yang berusia 18 tahun atau lebih, dan sekitar 15% di antaranya bertanggung jawab terhadap kebutuhan finansial orang tua dan anaknya.
Faktor Pemicu
Menurut perencana keuangan M. Andoko menuturkan salah satu faktor pemicu timbulnya generasi sandwich adalah orang tua yang kurang bisa menyisihkan sebagian uang sebagai simpanan dana pensiun yang menjadi beban untuk generasi sandwich.Baca juga: 6 Tips Praktis Biar Tambah Melek Finansial
Bahkan, dia menilai tidak begitu banyak yang memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup bagaimana mengelola keuangan mereka.
“Sering kali diundang untuk [seminar] persiapan pensiun di beberapa perusahaan, ternyata faktanya mereka baru mempersiapkan masa pensiunnya pada 2-3 tahun sebelum pensiun, atau bahkan satu tahun sebelumnya,” tutur Andoko.
Perencana keuangan ZAP Finance Prita Hapsari Ghozie menambahkan bahwa selain lalai mempersiapkan masa pensiun, faktor lain yang menyebabkan terjadi generasi sandwich adalah lantaran seseorang tidak memperhitungkan kebutuhan primer dengan baik, bahkan mendahulukan keinginan-keinginan yang bersifat tersier.
“Selain itu juga karena tidak memiliki asuransi kesehatan, sehingga saat sakit membutuhkan bantuan dana dari orang lain, “ tambah Prita.
Apabila hal tersebut benar-benar terjadi, generasi sandwich memiliki tantangan yang berat lantaran memiliki potensi terkurasnya keuangan karena kesulitan untuk mengelola hidup di masa sekarang dan masa depan.
Baca juga: Simak Hacks Keuangan ala Financial Planner Ini buat Kamu yang Baru Mulai Bekerja
Menata Tujuan Keuangan
Ilustrasi keuangan (Sumber gambar: Unsplash/Ibrahim Rifath)
Perencanaan yang matang adalah kunci untuk memutus rantai generasi sandwich. Memutus rantai bukan berarti menghentikan dukungan finansial untuk orang tua, pasalnya bagaimanapun orang tua juga menjadi kewajiban.
Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah memulai menata tujuan keuangan pada masa akan datang. Menghitung dengan cermat antara beban biaya hidup sehari-hari, dan biaya hidup saat pensiun, sehingga akan membuat hari senja menjadi lebih bernilai tanpa membebani anak-anak pada kemudian hari.
Sebagai ilustrasi perhitungan dana pensiun, katakanlah anda saat ini berusia 25 tahun, masa pensiun datang saat anda usia 55 tahun. Selama satu tahun penghasilan yang didapatkan adalah Rp60 juta. Gaya hidup pensiun dari gaji adalah sebesar 70%.
Tak Boleh Ditunda
Apabila merencanakan dana pensiun untuk kebutuhan selama 15 tahun, paling tidak kebutuhan hari tua adalah sebesar Rp3 miliar. Guna mencukupi kebutuhan tersebut paling tidak kalian harus melakukan investasi sebesar Rp5,9 juta secara tahunan.Baca juga: Mudah Tertipu, Literasi Keuangan Masyarakat Indonesia Masih Rendah
Dia melanjutkan, semakin menunda untuk merencanakan masa tua maka akan semakin besar pula beban persentase investasi setiap tahunnya, untuk mencapai target masa tua seperti yang diinginkan. Belum lagi jika harus menanggung biaya kehidupan orang tua dan juga anak-anak.
Memutuskan generasi sandwich memang tidak mudah di tengah situasi ekonomi yang semakin kompleks, dan kebutuhan dan biaya hidup pun terus meningkat. Setiap generasi pasti memiliki tantangannya masing-masing.
“Apalagi bisa jadi di masa yang akan datang persaingan anak-anak kita jauh lebih besar dibandingkan dengan persaingan yang kita hadapi sekarang, baik dari sisi pekerjaan atau gaya hidup yang lebih kompleks,” paparnya.
Mengatur Cashflow
Oleh karena itu, menurutnya sudah saatnya generasi saat ini harus cerdas melakukan managing cashflow, harus memulai menata persiapan pensiun, juga asuransi kesehatan untuk mengurangi beban di masa setelah pensiun.Selain itu, Andoko mencermati sering kali orang tua telah menyiapkan dana untuk pernikahan ataupun warisan untuk anaknya. Meskipun hal tersebut sudah menjadi kewajiban, namun jangan sampai mereka melupakan menyiapkan dana untuk dirinya sendiri.
“Karena begitu pensiun mereka harus mempertahankan gaya hidup mereka paling tidak sebesar 70%,” jelasnya.
Alternatif investasi
Selanjutnya, banyak alternatif yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan hari tua. Misalnya dapat menambah kontribusi dalam program dana pensiun, membeli reksadana, program asuransi yang memiliki manfaat tabungan maupun investasi lainnya, atau emas.Baca juga: Perhatikan 2 Hal Penting ini Agar Ketahanan Finansial Kalian Terjaga
Adapun, beberapa orang juga melakukan investasi dengan membeli tanah atau properti yang menghasilkan seperti kontrakan atau kos-kosan. “Ini dapat menjadi pemasukan lainnya yang dapat mengganti gaji saat pensiun nanti,” tambahnya. (Bisnis Indonesia Weekly)
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.