Ilustrasi pendidikan (Element5 Digital - Unsplash)

5 Kesalahan dalam Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

25 October 2021   |   06:34 WIB
Image
Dika Irawan Asisten Konten Manajer Hypeabis.id

Bagi orang tua yang memiliki anak, dana pendidikan adalah salah satu prioritas yang tak boleh dikesampingkan. Semakin matang persiapannya, semakin baik anak mendapatkan pendidikan. Begitu pun sebaliknya, telat atau bahkan tidak menyiapkannya, maka kian suram masa depan anak.

Bukan rahasia lagi bila pendidikan adalah jalan bagi seseorang meraih masa depan atau kesuksesannya. Pendidikan bukanlah hal yang datang dari langit begitu saja, melainkan perlu disiapkan sebaik dan sedini mungkin. Salah satunya menyiapkan dananya.

Namun tak jarang, sebagian orang tua justru gagal merencanakannya. Hal ini disebabkan berbagai faktor. Menurut perencana keuangan Irshad Wicaksono Ma’ruf, ada berbagai persoalan yang membuat orang tua kandas menyiapkan dana pendidikan anak. 
 

1. Tak Ada Rencana

Meski dana pendidikan anak sangat penting, tetapi beberapa orang tua mungkin atau bahkan tak menyiapkannya. Ini merupakan kesalahan paling fatal. Mereka bisa jadi menganggap enteng dana pendidikan. Padahal uang untuk masuk sekolah setiap tahunnya mengalami peningkatan. 

Sebagai informasi, kenaikan dana pendidikan di Indonesia adalah berkisar antara 15 sampai 20 % per tahun. Misalnya, jika kita saat ini memiliki uang Rp1 juta dengan inflasi 15% per tahun, maka dalam waktu 10 tahun bisa mencapai empat kali lipatnya.

Adapun, uang Rp1 juta dengan inflasi 20% pertahun dalam waktu 18 tahun pertambahannya dapat mencapai 27 kali lipat. 
 

2. Telat Merencanakan

Salah satu masalah yang jamak terjadi dalam menyiapkan dana pendidikan adalah telat merencanakan. Keterlambatan ini biasanya terjadi karena orang tua senang menunda-nunda. Umpamanya, uang yang sejatinya disiapkan untuk dana pendidikan, justru digunakan untuk membeli mobil. Alhasil, dana pendidikan anak tidak terkumpul-kumpul, atau bahkan kandas. 

Oleh karena itu segeralah siapkan dana pendidikan, agar kelak tidak menyusahkan diri sendiri dan juga anak. Jika memungkinkan, atur dana pendidikan ketika sebelum menikah. Hasil akan lebih optimal bila direncanakan seawal dan sebaik mungkin. 
 

3. Melupakan Inflasi

Selain mengumpulkan uang, persoalan yang tak boleh dilupakan dalam menyiapkan dana pendidikan adalah inflasi. Sebab jika kita melupakannya, bisa-bisa perhitungan yang sudah kita siapkan bisa buyar. Umumnya kenaikan biaya pendidikan di Indonesia adalah 15% – 20% per tahun. Terdapat beberapa sekolah yang mengalami kenaikan 10% per semester atau setara dengan 21% per tahun.
 

4. Keliru Menentukan Waktu

Ketika uangnya sudah disiapkan, sebagian orang tua justru keliru dalam menentukan waktu sekolah anak dan tujuan investasi. Sebagai contoh, kita menyiapkan dana pendidikan untuk sekolah dasar menggunakan strategi investasi jangka panjang. Dengan cara itu, maka hasilnya tidak optimal. 

Sebagai contoh, bila anak kita masih bayi berusia 0 tahun, maka ada lima tahapan yang mesti diperhatikan. Pertama, untuk masuk playgroup atau taman kanak-kanak, maka diperlukan persiapan waktu 3 tahun dari sekarang. Terkait hal ini kita disarankan menjalankan strategi investasi jangka menengah. 

Kedua, untuk sekolah dasar, diperlukan perencanaan 6 tahun dari sekarang. Orang tua bisa menerapkan strategi investasi jangka menengah dan panjang pada tahap ini. Ketiga, sekolah menengah pertama, perlu disiapkan 12 tahun dari sekarang.Orang tua bisa menggunakan strategi investasi jangka panjang.

Keempat, bila anak masuk sekolah menengah atas, maka dibutuhkan persiapan sekitar 15 tahun dari sekarang. Kelima, masuk universitas, maka dipersiapkan sekitar 18 tahun dari sekarang. Adapun strategi investasinya untuk kedua tingkat pendidikan ini bisa memanfaatkan tujuan jangka panjang. 
 

5. Terlalu Pelit Menabung atau Berinvestasi

Ketika kalian menghitung kebutuhan dana pendidikan, idealnya menggunakan asumsi realistis atau cenderung konservatif. Umpamanya, dari rencana yang telah disusun, semestinya kalian berinvestasi sebesar Rp4 juta per bulan. Akan tetapi, dalam perjalanannya hanya menyisihkan uang Rp2 juta per bulan. Tentunya hal ini akan menyulitkan pada kemudian hari.

Editor Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Sejarah Hari Dokter Nasional 24 Oktober, Perjuangan Menyehatkan Bangsa

BERIKUTNYA

Begini Asal Mula Olahraga Jalan Nordik Dikenal di Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: