Kisah Generasi Terakhir Perajin Tusuk Konde Patri Tiup
15 December 2021 |
11:13 WIB
Indonesia kaya akan keragaman budaya dan warisan leluhur. Namun, kemajuan peradaban yang begitu cepat mengorbankan banyak aspek dalam kehidupan, termasuk warisan budaya leluhur. Salah satu warisan budaya yang hampir punah adalah tusuk konde Patri Tiup.
Patri Tiup adalah teknik pertama dan merupakan warisan leluhur yang digunakan oleh masyarakat Kotagede, Yogyakarta, untuk membuat tusuk konde.
Bagi masyarakat Jawa, tusuk konde merupakan aksesori penting yang berfungsi sebagai hiasan sanggul. Aksesori ini senantiasa digunakan oleh perempuan Jawa dalam berbagai keperluan seperti penari tradisional, pengantin perempuan, hingga acara-acara resmi.
Seperti namanya, proses pembuatan tusuk konde satu ini menggunakan tangan (handmade) dengan metode patri, kemudian ditiup.
(Baca juga: Kolaborasi Perajin & Perancang Jadi Kunci Keberlanjutan Warisan Budaya)
Sayangnya, saat ini perajin pembuat tusuk konde dengan teknik patri tiup semakin berkurang dan hanya menyisakan Pak Bardian (67), perajin patri tiup generasi terakhir yang ada di wilayah Kotagede.
Pak Bardian sudah menekuni kerajinan tusuk konde sejak SD melalui didikan sang kakak. Meski beragam alat modern bisa memudahkan proses pembuatan sanggul, Pak Bardian masih mengandalkan kemampuan tiupnya untuk membuat tusuk konde yang terbuat dari bahan kuningan.
Founder of Nusantara Documentary, Bonfilio Yosafat, membagikan proses di balik pembuatan tusuk konde patri tiup dalam karya dokumenter bertajuk Generasi Terakhir Pengrajin Tusuk Konde Patri Tiup yang bekerja sama dengan manufaktur sepeda motor India, Royal Enfield.
Menurut Bonfilio, hal yang paling menarik dalam membuat tusuk konde ini adalah ketika menyambungkan antara motif dan tangkai tusuk konde. Pak Bardian, kata Bonfilio, perlu mengolah napas kapan dihembuskan dan kapan ditahan dalam proses pemanasan patrinya.
“Pembuatan tusuk konde ini menggunakan metode patri tiup. Metode patri sendiri ada gembosan dan ada tiup,” katanya dalam diskusi daring, Selasa (14/12/2021).
Patri Tiup adalah teknik pertama dan merupakan warisan leluhur yang digunakan oleh masyarakat Kotagede, Yogyakarta, untuk membuat tusuk konde.
Bagi masyarakat Jawa, tusuk konde merupakan aksesori penting yang berfungsi sebagai hiasan sanggul. Aksesori ini senantiasa digunakan oleh perempuan Jawa dalam berbagai keperluan seperti penari tradisional, pengantin perempuan, hingga acara-acara resmi.
Seperti namanya, proses pembuatan tusuk konde satu ini menggunakan tangan (handmade) dengan metode patri, kemudian ditiup.
(Baca juga: Kolaborasi Perajin & Perancang Jadi Kunci Keberlanjutan Warisan Budaya)
Tusuk konde patri tiup (Dok. Bonfilio Yosafat)
Pak Bardian sudah menekuni kerajinan tusuk konde sejak SD melalui didikan sang kakak. Meski beragam alat modern bisa memudahkan proses pembuatan sanggul, Pak Bardian masih mengandalkan kemampuan tiupnya untuk membuat tusuk konde yang terbuat dari bahan kuningan.
Founder of Nusantara Documentary, Bonfilio Yosafat, membagikan proses di balik pembuatan tusuk konde patri tiup dalam karya dokumenter bertajuk Generasi Terakhir Pengrajin Tusuk Konde Patri Tiup yang bekerja sama dengan manufaktur sepeda motor India, Royal Enfield.
Menurut Bonfilio, hal yang paling menarik dalam membuat tusuk konde ini adalah ketika menyambungkan antara motif dan tangkai tusuk konde. Pak Bardian, kata Bonfilio, perlu mengolah napas kapan dihembuskan dan kapan ditahan dalam proses pemanasan patrinya.
“Pembuatan tusuk konde ini menggunakan metode patri tiup. Metode patri sendiri ada gembosan dan ada tiup,” katanya dalam diskusi daring, Selasa (14/12/2021).
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.